15

3.6K 546 27
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

"Barusan ... apa yang Taeyong lakukan?" tanya Yuta dengan wajah tercengang pada kedua sahabatnya.

"Mencium pelipis Jisoo, bukan?" timpal Ten yang sudah tersadar dari keterkejutan mereka sesaat tadi.

"Memang Taeyong sudah berpacaran dengan Jisoo?" Jaehyun mengernyit sangsi.

"Setahuku belum," jawab Ten sekenanya.

"Rose juga belum memberiku kabar semacam itu," timpal Yuta menambahi.

Tanpa mereka bertiga sadari, ada seseorang yang mendengarkan percakapan mereka itu. Orang tersebut menyeringai dalam hati atas info yang baru dia dapatkan. Lalu setelahnya orang tersebut langsung melenggang pergi tanpa diketahui oleh ketiga sahabat Taeyong. Bahkan, kini di dalam otaknya sudah terbentuk berbagai macam cara untuk mendapatkan gadis yang disukainya.

---

Keesokkan harinya seperti biasa, kampus sangat ramai dengan mahasiswa. Begitu pula dengan kelas Jisoo. Namun, bedanya ramai di kelasnya karena perilaku dari Jinyoung yang kebetulan sedang mengajar di kelasnya saat ini. Tidak Jisoo ingkari jika Jinyoung termasuk dosen yang tampan dan masih muda. Keramahan dan kemurah senyumannya menjadi andalan dosen pengganti tersebut.

Banyak mahasiswi di kelasnya yang secara terang-terangan mengagumi Jinyoung. Apalagi sebagian besar teman kelasnya adalah wanita. Jadi, tidak heran jika mereka bersemangat saat pelajaran yang diberikan oleh Jinyoung. Namun, berbeda dengan Jisoo. Dia merasa selalu ingin melewatkan kelas Jinyoung.

Entah kenapa semenjak Jisoo meminta Taeyong untuk membantunya, semenjak itu juga Jinyoung mulai melancarkan aksinya. Tentang aksi Jinyoung, itu menurut pengamatan Rose. Jangan lupakan bahwa mereka berada di kelas Psikologi, jadi mereka akan bisa membaca gerak-gerik seseorang. Tingkah Jinyoung di kelas sudah sangat terlihat jelas bahwa dia tertarik dengan Jisoo.

Bahkan, tidak jarang dia selalu melempar pertanyaan pada gadis itu atau hanya sekadar meminta pendapatnya. Akibatnya tidak jarang teman sekelas Jisoo yang mengatakan rasa irinya langsung kepada gadis itu. Jisoo yang beruntung lah, yang menang banyak lah, dan masih banyak gerutuan yang lain. Jika boleh memilih, Jisoo ingin menjadi yang tidak terlihat dan menonjol. Karena dia benci menjadi pusat perhatian, apalagi karena rasa iri.

Hari ini tepat rasa kesabaran Jisoo memuncak. Dia benar-benar merasa jengah dengan perhatian yang diberikan oleh Jinyoung padanya yang sangat kentara. Tentu saja dengan keluhan-keluhan teman kelasnya juga, itu membuat Jisoo menjadi pusing. Maka dari itu, diam-diam Jisoo mengirimkan pesan kepada Taeyong untuk menjemput di kelasnya. Beruntunglah dia hari ini, karena kelas pria itu selesai satu jam sebelum kelasnya berakhir.

"Mari kuantar kau pulang," tawar Jinyoung pada Jisoo dengan senyum andalannya.

"Saya bisa pulang sendiri dan saya juga sudah dijemput," tolak Jisoo sesopan mungkin.

"Batalkan saja dan bilang jika aku yang akan mengantarmu," bujuk Jinyoung yang membuat Jisoo mengernyit.

"Anda tidak bisa seenaknya. Lagipula yang menjemput saya sebentar lagi sampai." Jisoo tidak berusaha menyembunyikan nada sebalnya. Kenapa Jinyoung menjadi orang yang tidak masuk akal seperti ini?

"Kau sudah menolakku sepuluh kali, Jisoo. Apa kau tidak kasihan denganku?" tanya Jinyoung dengan wajah terluka. "Hanya sekali ini saja," imbuhnya memohon.

"Boleh saya beri saran?" timpal Jisoo sedikit menahan kesal. "Anda bisa mengantar orang lain yang jelas-jelas akan langsung menerima tawaran Anda."

"Tetapi aku hanya ingin mengantarmu," balas Jinyoung santai.

"Kenapa harus saya? Ada wanita lain yang seperti saya, bahkan banyak."

"Aku hanya tertarik denganmu," jawab Jinyoung lancar tanpa ragu. Padahal Jisoo harus memutar otaknya untuk membalas pria itu yang entah kenapa hari ini benar-benar gencar mengejarnya.

"Apa yang membuat Anda tertarik?" tanya Jisoo pada akhirnya. Setelah ini dirinya pastikan akan merubah hal yang Jinyoung sukai darinya.

"Kau berbeda dari wanita lain," jawab Jinyoung dengan senyum hangat. "Dan aku suka itu," imbuhnya masih tersenyum. Jawaban mengambang Jinyoung tersebut membuat rencana Jisoo gagal untuk mengubah dirinya setelah ini.

"Apa yang membuat saya berbeda dari yang lain?" tanya gadis itu lagi pada akhirnya.

Sebenarnya dia hanya sedang mengulur waktu untuk menunggu kedatangan Taeyong ke kelasnya. Namun, tanggapan Jinyoung sejak tadi membuat Jisoo risi. Karena secara tidak langsung, pria itu sedang mengungkapkan perasaannya pada Jisoo. Akan tetapi, belum sempat Jinyoung menjawab ucapan Jisoo, tiba-tiba Rose berteriak memanggil nama gadis itu.

"Jisoo! Kau dicari kak Taeyong!" pekik Rose dengan tidak elit dari luar kelas.

Pasalnya sedari tadi hanya Jisoo dan Jinyoung yang tersisa di kelas. Tentu saja karena pria itu yang menahan kepergian Jisoo dengan meminta untuk mengantarnya pulang. Namun, sebisa mungkin gadis itu akan menolaknya. Sekarang akhirnya bantuan yang Jisoo minta sejak tadi sudah datang.

Ngomong-ngomong, ketiga sahabat Jisoo dan gadis itu sendiri sudah bersekongkol untuk membuat Jinyoung menjauh dari Jisoo. Karena bagaimanapun seorang sahabat ingin yang terbaik bagi sahabatnya sendiri, bukan? Apalagi secara tidak langsung mereka sudah pro dengan Taeyong.

"Aku datang," balas Jisoo singkat dan langsung melenggang pergi keluar kelas. Tentu saja Jinyoung mengikuti langkah gadis itu.

"Kenapa lama? Yang lain sudah keluar sejak tadi," protes Taeyong pada Jisoo sembari melirik Jinyoung sekilas.

"Biar aku yang mengantar Jisoo," sela Jinyoung cepat sebelum gadis itu sempat menjawab.

Keberadaan dosen pengganti yang tampan tersebut, ditambah Taeyong yang tentu saja tampan, membuat beberapa mahasiswa mengerumuni area depan kelas Jisoo. Mereka penasaran dengan apa yang kedua pria tampan itu lakukan. Apalagi ketegangan yang mulai terpancar di antara keduanya.

"Saya sudah menjemputnya sampai ke sini," timpal Taeyong tenang.

"Tetapi aku lebih dulu akan mengantarnya," balas Jinyoung sama tenangnya.

"Oh, ya? Kalau saya melarangnya?" Taeyong masih terlihat santai.

"Hak apa yang kau miliki untuk melarangku?" tanya Jinyoung sembari menyeringai. "Bahkan, kalian tidak memiliki sebuah hubungan apapun, bukan?" imbuh pria itu sarkas yang membuat Taeyong mengumpat dalam hati.

Sedangkan Jisoo dan ketiga sahabatnya hanya bisa berdiri kaku mendengar ucapan Jinyoung yang mengena. Jadi, apa rencana Jisoo meminta Taeyong untuk menjadi kekasihnya gagal? Bahkan, sebelum dimulai? Tetapi bagaimana Jinyoung bisa tahu jika Jisoo dan Taeyong tidak memiliki hubungan apapun?

"Lalu apa Anda memiliki hubungan dengan Jisoo?" balas Taeyong sedikit tajam.

"Aku memang tidak memiliki hubungan dengannya," jawab Jinyoung enteng yang melihat Taeyong mulai terprovokasi. Pandangannya kini beralih ke Jisoo. "Tetapi aku akan mencoba membuatnya."

Ya sangat jelas terlihat jika Jinyoung sedang menantang Taeyong saat ini. Di dalam hati, Jinyoung sedang menyeringai menanti balasan Taeyong. Bagaimana tanggapan seseorang yang kalah telak seperti Taeyong saat ini?

"Saya juga bisa, bahkan lebih cepat dari Anda." Seringai Taeyong tiba-tiba muncul. "Jisoo, apa kau mau menjadi kekasihku?" imbuhnya cepat pada Jisoo yang langsung membuat hampir semua orang di situ menahan napas.

Tak terkecuali Jisoo dan ketiga sahabatnya. Jisoo memang meminta tolong pada Taeyong untuk membantunya. Namun, bukan dengan cara seperti ini. Bahkan, Jinyoung yang berdiri di depan Taeyong hanya bisa terdiam kaku mendengar ucapan pria itu barusan. Pasalnya dia akan membuat Taeyong malu. Akan tetapi, dia tidak tahu jika Taeyong memiliki pemikiran yang luar biasa. Sepertinya Jinyoung salah perhitungan.

---

Tbc

P: 05 Februari 2019

Berawal dari Sketsa ::√::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang