8

3.8K 582 15
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

Setelah memakan perjalanan cukup lama, akhirnya Taeyong dan Jisoo sampai di bandara tempat orang tua Jisoo menunggu. Entah gadis itu yang terlalu senang atau apa, Taeyong justru ditinggalkan begitu saja setelah mereka masuk ke bandara. Karena pria itu orang yang cukup sabar, dia tetap mengikuti langkah Jisoo meskipun tertinggal cukup jauh. Asalkan gadis itu masih dalam jarak pandangnya, itu tidak merepotkan Taeyong.

"Mama, Papa!" pekik Jisoo sembari berlari kecil ke arah orang tuannya. Taeyong? Dia masih tetap berjalan pelan mendekati ketiga orang tersebut.

"Halo, sayang," sapa sang ibu sembari memeluk Jisoo erat.

"Halo, Dear," sapa sang ayah ikut memeluk gadis itu bergantian.

"Ini temanmu?" tanya ibu Jisoo antusias sembari menatap Taeyong lekat.

Tanpa diduga, gadis itu tiba-tiba mematung di tempat. Dia tidak menyangka Taeyong akan ikut masuk bersamanya. Apa tadi Jisoo tidak mengatakan agar pria itu tidak perlu ikut masuk bersamanya?

"Selamat siang, Om, Tante," sapa Taeyong sembari mengangguk kecil.

"Selamat siang. Kau teman Jisoo?" tanya ayah gadis itu dengan nada menyelidik sembari sedikit memicing.

"Benar, Om."

"Siapa namamu?"

"Lee Taeyong, Om."

"Kenapa Kak Taeyong ikut masuk? Bukankah tadi sudah kukatakan akan kembali dengan taksi?" tanya Jisoo sembari menatap pria itu heran.

"Sudahlah, lagipula dia mau mengantar," goda sang ibu sebelum Taeyong sempat menjawab. "Tampan, Mama setuju," imbuhnya sembari tersenyum lebar.

Sedangkan Taeyong hanya mengernyit saat dikatakan seperti itu. Ya pria itu tahu kalimat tadi ditujukan untuknya. Bagaimana dia tidak tahu, jika ibu Jisoo saja berbicara sembari menatapnya lekat.

"Jika Jisoo suka, Papa yes." timpal sang ayah menyetujui sembari memindai Taeyong.

Bagaimana dengan Taeyong? Dia hanya bisa kembali mengernyit. Jujur saja dirinya sedikit bingung dengan arah pembicaraan kedua orang tua Jisoo.

"Mari pulang," ajak Jisoo singkat sebelum kedua orang tuanya bertambah melantur. Tentu saja dia tidak merasa enak dengan Taeyong.

Sebenarnya Jisoo juga tidak tahu kenapa orang tuanya bisa berubah menjadi seperti ini terhadap teman prianya yang mereka temui. Tunggu, apa dirinya pernah membawa teman pria ke hadapan orang tuanya? Sepertinya pernah. Satu kali.

"Biar saya bantu," tawar Taeyong singkat mengambil alih dua koper bawaan orang tua Jisoo.

"Tidak perlu, biarkan mereka membawa sendiri saja. Kalau tidak, biar aku yang membawanya," tolak Jisoo cepat sembari memblokir Taeyong yang akan mengambil alih koper.

"Kenapa, sayang? Dia mau membantu, kenapa ditolak?" tanya ibuJisoo heran.

"Jangan-jangan kau baru saja ditolak olehnya? Maka dari itu, sekarang kau merasa sungkan," tebak sang ayah asal yang membuat Jisoo merasa secara mendadak tidak mengenal kedua orang tuanya sendiri.

"Ada apa dengan kalian?! Sungguh aku tidak mengerti sama sekali!" seru gadis itu dengan nada kesal yang ketara.

"Lagipula sejak tadi kau bertingkah aneh," timpal sang ibu membela diri.

"Aneh bagaimana?!" sergah Jisoo dan langsung menarik koper milik kedua orang tuanya.

"Biar aku yang membawanya." Taeyong mengambil alih dengan cepat. Jisoo tentu tidak bisa menolak lagi karena gerakan pria itu yang terlalu cepat.

Berawal dari Sketsa ::√::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang