6

4.2K 622 18
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

Tidak ada percakapan yang terjadi di dalam mobil. Entah Jisoo maupun Taeyong masih merasa canggung untuk memulai. Bahkan, saat di lampu merah pun tidak ada yang berbicara sedikit pun. Sampai Jisoo sedikit jengah dan memutuskan untuk bertanya tentang hal yang ada di kepalanya sejak tadi dia di rumah. Ngomong-ngomong, ini sudah sekitar setengah jam lebih mereka saling diam di dalam mobil.

"Ekhem," deham Jisoo memulai sembari memberanikan diri menatap Taeyong.

Pria itu yang mendengar Jisoo berdeham hanya melirik sekilas karena sedang menyetir. Dia tidak akan bertanya ada apa pada gadis itu. Sebaliknya dia menunggu Jisoo untuk melanjutkan.

"Emm, yang menikah itu ...." gumam Jisoo mengambang agar Taeyong menjawabnya. Namun, apalah daya, pria itu yang tidak peka malah terdiam menunggu lanjutan ucapan Jisoo. Akhirnya gadis itu hanya bisa menghela napas. Biasanya perempuan yang tidak peka, ini justru laki-laki. "Siapa yang menikah?" tanyanya langsung pada akhirnya. Menunggu Taeyong peka adalah sebuah keajaiban bagi Jisoo.

"Seniorku," jawab pria itu singkat.

"Lalu?" tanya Jisoo gemas. Maksud dia bertanya adalah kenapa Taeyong dan teman-temannya yang lain harus membawa pasangan jika yang menikah hanya senior mereka. Bukankah seharusnya Taeyong menjelaskan tentang itu kepadanya?

"Lalu?" tanya Taeyong balik sembari mengernyit bingung.

Sepertinya baru beberapa detik dan Jisoo sudah lupa jika pria itu tidak peka. "Maksudku, kenapa harus membawa pasangan? Kalau tidak punya, tetap harus membawa, begitu?" tanyanya memperjelas sembari menatap Taeyong. Tentu pertanyaan yang terakhir tidak dia ucapkan, melainkan hanya di dalam hati.

"Ah, katanya yang tidak membawa pasangan akan dihukum nanti," jelas Taeyong enteng.

Aneh dan konyol. Itu yang ada di dalam pikiran Jisoo. Dihukum? Bukankah itu sedikit keterlaluan? Bagaimana dengan yang belum punya pasangan? Ah pasti seperti Taeyong, meminta tolong kepada gadis lain. Mungkin taman atau kenalannya.

"Lalu bagaimana jika tidak datang?" tanya Jisoo lagi merasa penasaran.

"Tidak tahu," timpal pria itu singkat.

Baiklah, sudah cukup. Jisoo akan menyimpan rasa penasarannya yang lain. Daripada dia bertanya terus-menerus, tetapi hanya dijawab singkat dan tidak memuaskan. Lebih baik dirinya diam.

"Sudah sampai," ujar Taeyong tiba-tiba yang menyadarkan Jisoo dari lamunannya. Ya tadi dirinya sempat melamun.

"Kenapa tidak turun?" tanyanya menatap Taeyong aneh. Karena saat ini pria itu hanya terdiam duduk seperti ragu untuk keluar.

"Emm, bisakah aku meminta tolong?" gumam pria itu ragu setelah menghela napas panjang sebelumnya.

"Apa?"

"Bisakah kau berpura-pura ... menjadi kekasihku?" pintanya sembari menatap Jisoo penuh harap.

"Huh?"

"Ayo turun," ajak Taeyong langsung mengalihkan karena Yuta dan yang lain sudah menunggu mereka keluar dari mobil.

Sedangkan Jisoo yang masih bingung hanya mengikuti langkah pria itu yang keluar dari mobil. Sebenarnya dia ingin bertanya apa maksud Taeyong tadi. Akan tetapi, melihat ketiga sahabatnya yang mendekat, Jisoo mengurungkan niatnya.

"Sudah? Ayo masuk," ajak Yuta kepada mereka semua.

"Mau bergandengan tangan atau peluk?" tanya Yuta dengan nada bercandanya sembari berjalan ke arah gedung resepsi. Tentu saja hal itu langsung mendapat balasan berupa jitakan gratis dari Rose. Padahal peluk di sini maksudnya adalah merangkul pinggang.

Berawal dari Sketsa ::√::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang