18

3.8K 559 22
                                    

Happy reading 😊

🍁🍁🍁🍁

Saat ini, Taeyong dan Jisoo sedang berada di sebuah taman seperti lapangan luas yang cukup ramai. Di sampingnya terdapat sungai yang memiliki muara cukup luas. Ngomong-ngomong, saat ini adalah malam hari. Malam ini akan diadakan pesta lampion. Entah darimana Taeyong mendapatkan info itu. Namun, yang jelas Jisoo benar-benar senang saat diajak ke sini.

Banyak orang yang sudah memegang lampion di tangan mereka masing-masing. Ada beberapa orang yang berdiri di muara sungai untuk menerbangkan lampion tersebut dari bawah. Banyak juga orang yang hanya melihat pemandangan itu dari atas jembatan seperti halnya Taeyong dengan Jisoo saat ini.

"Kau senang?" tanya Taeyong sembari memeluk Jisoo dari belakang. Ya lebih tepatnya memenjarakan gadis itu dengan jembatan dan dirinya.

"Hmm, sangat!" jawab Jisoo antusias sembari menatap orang-orang yang siap menerbangkan lampion dari muara sungai.

"Satu ... dua ... tiga ..., " hitung orang-orang secara bersamaan.

Detik selanjutnya puluhan lampion mulai terbang secara perlahan menghiasi langit malam yang bertabur bintang. Karena banyak yang diterbangkan dari muara sungai, pantulan lampion yang terlihat di air membuat malam itu menjadi lebih cantik. Benar-benar menjadi malam yang bermandikan cahaya.

"Cantik!" pekik Jisoo dengan senyum manis terpatri di wajahnya. "Terima kasih sudah mengajakku ke sini," imbuhnya tanpa mengalihkan pandangannya dari lampion.

Taeyong yang tidak mendapat atensi gadis itu hanya bisa terkekeh melihat senyuman cerah Jisoo. Baginya, gadis dipelukannya saat ini bisa tersenyum bahagia adalah hal terhebat. Tentu saja jika senyuman itu disebabkan oleh dirinya.

"Kak Taeyong tahu dari mana acara ini?" tanya Jisoo kini mengalihkan perhatiannya pada Taeyong.

"Ten, katanya dia juga datang ke sini," jawab pria itu jujur sembari meletakkan dagunya di bahu Jisoo.

"Kak Taeyong tidak bisa romantis ya?" goda gadis itu diakhiri tawa renyah.

Taeyong yang ditertawakan hanya tersenyum saja. Jarang sekali bisa melihat Jisoo tertawa dari kondisi dekat seperti ini. Jadi, apapun yang menurut gadis itu lucu, Taeyong tidak terlalu memedulikannya. Dia hanya akan fokus pada tawa Jisoo saja.

"Begini ya, biasanya orang akan mengatakan, 'Kau tidak perlu tahu!' begitu. Bukannya jujur sekali seperti Kak Taeyong," ujar gadis itu dengan sisa tawanya.

"Aku hanya mengatakan apa adanya," jawab Taeyong santai.

"Ya, aku suka kejujuran Kak Taeyong. Terkadang Kak Taeyong terlalu polos." Jisoo tertawa kecil sebelum berbalik menatap langit lagi.

"Cantik," puji Taeyong tiba-tiba setelah terdiam beberapa saat.

"Hmm, sangat cantik," timpal Jisoo sembari tersenyum.

"Kau yang cantik," jelas Taeyong sembari mengecup kilat pipi gadis itu.

"Eh, apa-apaan itu?!" gerutu Jisoo sembari menahan senyum merasa sedikit salah tingkah.

"Aku suka saat kau sedang malu." Taeyong mengaku dengan senyum manisnya sembari menatap Jisoo lekat dari samping.

"Kak Taeyong!" tegur gadis itu mendorong sedikit Taeyong darinya. Namun, tak ayal senyum manis terpatri di wajahnya.

Jisoo mengakui Taeyong bukanlah pria yang romantis. Bahkan, tidak romantis sama sekali. Namun, caranya yang berbeda dari kebanyakan pria, membuat Jisoo merasa beruntung bisa mengenal Taeyong.

"Sudah tidak terpaksa menerimaku, bukan?" tanya pria itu dengan nada yang tiba-tiba berubah serius sembari mengeratkan pelukannya pada Jisoo.

Ya bagaimanapun Taeyong tahu benar jika Jisoo menerimanya dengan terpaksa saat dirinya mengajaknya berkencan waktu itu. Untuk itu, Taeyong melakukan segala hal agar Jisoo tidak melakukan semua ini dengan keterpaksaan. Ya jika boleh dia ingin mendapatkan hati gadis itu sungguhan.

Cukup lama Jisoo terdiam menatap balik Taeyong yang menatapnya penuh tanda tanya. Pada akhirnya gadis itu hanya melepas rangkulan tangan Taeyong di perutnya tanpa mengatakan apapun. Sebelum Taeyong salah sangka, Jisoo langsung memutar tubuhnya berbalik menghadap pria itu dan langsung memeluknya. Taeyong yang mendapat perlakuan seperti itu sempat terkejut awalnya. Namun, Jisoo yang langsung memeluknya, kini membuat Taeyong malah menjadi bingung. Sebenarnya apa maksud gadis itu?

"Kenapa aku harus terpaksa menerima Kak Taeyong di saat yang lain berusaha untuk mendapatkan perhatian Kakak?" bisik Jisoo dengan senyum manis sembari mendongak menatap pria itu.

Secara otomatis senyuman Taeyong muncul. Entah kenapa ucapan sederhana Jisoo membuatnya merasa senang. Ya dengan ini dia tidak perlu khawatir dengan perasaan gadis itu yang menerimanya karena keterpaksaan.

"Terima kasih," bisik Taeyong lembut dan langsung mencium dahi Jisoo cukup lama.

Seketika Jisoo menutup matanya sembari tersenyum akan perlakuan Taeyong. Dia selalu merasakan kehangatan saat bersama pria itu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Untuk itu, bagaimana bisa Jisoo menerima Taeyong dengan terpaksa? Ya awalnya memang iya. Namun, jika boleh jujur, saat Taeyong selalu menenangkannya atas hal-hal yang membuat dirinya resah, rasa keterpaksaan itu perlahan mulai hilang.

Bahkan, Jisoo sempat merasa takut jika Taeyong melakukan semua ini tidak dengan melibatkan perasaannya. Seperti halnya dirinya. Namun, melihat yang Taeyong lakukan dan berikan selama ini, Jisoo sadar jika ucapan pria itu benar adanya. Taeyong benar-benar bersungguh-sungguh untuk lebih mengenal dekat Jisoo. Begitu pula yang gadis itu mulai lakukan belakangan ini. Dia ingin mengenal lebih jauh tentang Taeyong.

"Jadi, sekarang kita sedang berkencan, bukan?" goda Taeyong setelah melepas kecupannya.

"Kencan? Memang ini bisa disebut kencan?" timpal Jisoo pura-pura polos dengan tawa kecil dan langsung melepas pelukannya pada Taeyong serta kembali berbalik menghadap sungai. Seketika itu Taeyong pun dibuat mendengkus.

"Terserah, tetapi yang jelas ...," bisik pria itu terjeda dan kembali merengkuh tubuh Jisoo dari belakang. "... I think I'm falling in love with you, Kim Jisoo."

Setelahnya Taeyong langsung mengecup lagi pipi gadis itu cukup lama. Jisoo? Apa kabar dengan jantungnya? Dia rasa organnya itu sudah tidak lagi berdetak dengan normal.

---

Tbc

P: 10 Februari 2019

Berawal dari Sketsa ::√::Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang