3. Acara Nikahan

69 8 0
                                    

Perasaan, Zevanya memberikan undangan itu pada Berlin. Tapi, kini undangan tersebut ia temukan berada dalam tas sekolah miliknya. Kapan Berlin memasukkan undangan itu ke tasnya?

Zevanya membolak-balikkan undangan itu. Perlahan, ia buka dan menampakkan foto pak Tian dengan calon isterinya. Pada undangan tersebut, tertulis :

Tian Putra Jatmoko

menikah dengan,

Indri Putri Larasati

Zevanya memandangi foto keduanya. Terngiang ucapan Berlin waktu itu, "Gilaaa! Cantik banget calon isterinya pak Tian!"

Zevanya meringis, "Masih cantikan gue. Cantik darimananya coba?" ujarnya pelan.

Ia letakkan undangan itu di atas meja belajarnya. Kemudian beranjak ke ranjang super besar miliknya. Ia hempaskan tubuhnya, lalu memandang langit-langit kamarnya yang bewarna putih temaram karena cahaya lampu yang memang redup, "Datang nggak, ya?" pikirnya.

Ponsel Zevanya bergetar. Zevanya bangkit dan menggapai ponsel miliknya yang berada di atas meja belajar. Panggilan dari Arthur.

"Halo?" jawab Zevanya.

"Halo, sayang. Belum tidur?" tanya Arthur di seberang sana.

Zevanya kembali menghempaskan tubuhnya di atas kasur, "Belum, sayang. Lagi mikirin kamu!"

"Kenapa mikirin aku?"

"Ya, karena aku sayang sama kamu!" jawab Zevanya.

Arthur terdengar sedang terkekeh di seberang sana, "Hahaha... Aku juga sayaaangg banget sama kamu!"

Zevanya tersenyum. Hatinya merasa berdebar, "Besok, aku mau ajak kamu ke acara nikahannya Tian."

"Tian?" tanya Arthur bingung.

"Guru BK-ku."

"Oh... Oke, sayang. Jam berapa?"

"Jam tujuh malem, sayang. Aku tunggu kamu di rumah!"

"Siap, tuan putri. Sekarang kamu tidur, ya. Udah malem!" ujar Arthur.

"Iya, kamu juga!"

"Selamat malam, sayang. Muah..."

Telepon terputus. Zevanya meletakkan kembali ponselnya di meja. Bergegas ia mengambil posisi tidur. "Selamat malam, Arthur."

----------•••----------

Bukan main tampilan Zevanya kali ini. Ia berhasil memikat seluruh pasang mata yang hadir dalam acara pernikahan gurunya, Tian.

Zevanya mengenakan kaos hitam bertuliskan Papa Rock'n Roll dengan blazer pendek berbahan kulit pendek se-lengan. Ditambah dengan rok kotak-kotak bewarna merah dipadukan dengan warna hitam dan abu-abu yang super duper pendek. Sepatu hak tinggi bewarna hitam, rambut dikuncir ke atas, lalu make up ala rocker andalannya berhasil menyita perhatian. (Kalian bisa bayangkan lah)

Arthur yang datang bersamanya kala itu hanya bisa menundukkan kepala menahan malu sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak terasa gatal.

"Zeva, kamu kok pakek baju ginian, sih?" tanya Arthur berbisik pelan di telinga Zevanya.

Hijabers Rock'n Roll #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang