Masa skorsing Zevanya telah habis. Ia kembali ke sekolah. Berangkat lebih awal dari biasanya. Jika ditanya soal penampilan Zevanya saat ini, tidak ada perubahan. Sama seperti Zevanya pada sebelumnya. Berantakan.
Sambutan luar biasa ia dapatkan saat memasuki kelas. Di papan tulis terdapat tulisan 'Selamat Datang Kembali Zevanya Alexandria'. Tulisan tangan grafiti itu ia yakini milik Berlin. Karena siapa lagi di kelas ini yang jago menggambar selain Berlin?
Zevanya menghampiri Berlin, "Lebay amat, lo. Mending kasih gue cokelat atau apa gitu yang bisa dimakan. Tulisan kayak begitu mana bisa dimakan?"
"Ih... Nggak berubah banget, ya. Hargai dikit, napa?" ujar Berlin dengan raut muka yang sengaja dicemberutkan.
Zevanya terkekeh, "Haha... Iya-iya, makasih Berlinda sayangku!"
"Ouh..." Berlin memeluk Zevanya manja.
Melepas pulukan, Zevanya pergi duduk di bangku miliknya. Begitupun juga Berlin.
"Eh, kamu datang ke acara nikahannya pak Tian?" tanya Berlin kemudian.
Zevanya mengangguk.
"Terus-terus?" tanya Berlin lagi.
"Apaan, sih. Kepo banget!" jawab Zevanya membuat Berlin mengerucutkan bibirnya lagi.
"Cantikan mana isterinya pak Tian? Yang di foto undangan apa yang asli?" tanya Berlin.
Zevanya memutar bola matanya malas, "Masih cantikan mantannya pak Tian lah!"
Berlin melotot tak percaya, "Demi apa pak Tian pernah punya pacar? Siapa?"
Zevanya terkekeh, "Cewek cantik di depan lo kan mantannya pak Tian!"
Berlin lebih melototkan matanya lagi, kemudian mendengus kesal sambil memukul pelan lengan Zevanya, "Cantik dari Hongkong?!"
Zevanya tertawa terbahak-bahak. Sedikit gemas melihat keseriusan sekaligus rasa kepo Berlin. Keponya kelewat batas.
"Eh, entar sepulang sekolah temenin gue nonton, yuk!" ajak Berlin.
Lama, Zevanya tak kunjung menjawab.
"Ze..." panggil Berlin.
Zevanya menarik napas dalam, lalu menghembuskan perlahan, "Gue ada job di acara ulang tahunnya temen gue. Kayaknya nggak bisa nemenin lo nonton, deh."
Berlin cemberut, "Padahal filmnya bagus!"
"Tentang?" tanya Zevanya.
"Horor."
Zevanya memicingkan mata, "Gila, ya! Gue kan nggak suka film horor. Lo kan tau!" gerutu Zevanya.
"Rocker kok takut setan!" ejek Berlin sambil memutar bola matanya ke arah pandangan lain.
Zevanya membuka mulutnya, siap mengomeli Berlin. "Enak aja. Gue nggak takut setan. Gue cuma nggak suka film horor!"
Berlin menyeringai, "Takut ya takut! Bilang aja kali. Nggak usah malu!"
Zevanya naik pitam. Dia berdiri dengan kasar, mendorong bangkunya ke depan hingga menimbulkan suara yang keras.
Berlin ikutan berdiri, menatap Zevanya yang terlihat sangat marah.
Dengan sigap, tangan Zevanya menarik kerah baju milik Berlin, "Sini lo, ya. Gue nggak takut sama setan. Apalagi setan yang modelnya kayak lo begini!"
Berlin tak mau kalah, ia menjambak rambut Zevanya, "Gue bukan setaaannnn...!!!" pekik Berlin karena kini Zevanya juga menjambak rambut Berlin.
Tak berapa lama, semua murid berkumpul dan rela berdesak-desakan demi melihat dua insan yang saling jambak-jambakan. Tidak ada yang berniat untuk melerai keduanya. Malah, mereka bersorak-sorak sambil bertepuk tangan. Berkecoh dan semakin membuat keduanya kalap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijabers Rock'n Roll #Wattys2019
Teen FictionSiapa sangka, gadis bernama Zevanya Alexandria yang terkenal kolot, tomboy dan urakan kini berubah menjadi gadis fashionable dengan balutan hijab? Tidak ada yang tahu, ia dapat pencerahan darimana. Vokalis band bergenre rock and roll itu masih berku...