Part 8: Dimana?

3.5K 306 10
                                    

Raka bingung, entah apa yang mengusik kepalanya sampai dia tak bisa tidur. Dia menunggu pesan dari Saptia yang sudah berjanji untuk memberikan alamat Karyud. Bukan kenapa, Karyud sudah menghilang semenjak Raka mengusirnya. Dan sekarang Raka merasa bersalah. Dia tidak berniat untuk mengusirnya. Dia hanya butuh waktu untuk memikirkan apa yang sedang terjadi.

PING!!!

Hp Raka bergetar, sebuah nomor tak dikenal mengirim pesan di Whatsapp Raka. Tentu saja dia bisa mengenali siapa yang mengiriminya pesan dari foto profilnya. Saptia!

(saptiaaard) rak

(rakafn) ketik nama gua yang bener, gua bukan rak buku atau rak sepatu

(saptiaaard) jadi mau bahas nama lu atau gimana?

(rakafn) eh iya! Mana buruan!

Saptia mengirimkan sebuah lokasi, kemudian mengirimkan nomor kontak sepupu Karyud untuk berjaga-jaga.

(saptiaaard) lu mau berangkat sekarang?
(saptiaaard) p
(saptiaaard) barengan ama gua lah

Raka sudah tidak memperdulikan pesan dari Saptia. Sekarang dia harus menunggu ojek online datang menjemputnya. Raka melamun didepan kosnya. Dia masih memikirkan sesuatu, harusnya dia yang marah karena Karyud memperlakukannya seperti itu. Lalu kenapa dia yang merasa bersalah? Tapi.. Tapi.. Raka tidak ingin Karyud menghilang seperti ini. Harusnya dia memberi kabar dulu. Raka hanya takut Karyud nekat melakukan hal yang membahayakan nyawanya.

Suara motor membuyarkan lamunannya. Ojek online dengan seragam dan helm hijaunya berhenti di depan Raka.

"Mas Raka ya?" Bapak itu membuka kaca helmnya.

"Iya pak"

"Ke jalan Pakusari Indah nomor 23 ya?" Bapak itu bertanya lagi.

"Iya pak" Dan Raka kembali mengiyakan.

"Monggo mas" Bapak itu menyodorkan helmnya pada Raka dan mereka segera menuju alamat itu.

*********

"Mas mau berhenti dulu pakai jas hujan atau lanjut aja mas? Udah gerimis, takut tambah deras hujannya" Ojek itu bertanya pada Raka.

"Emm.. Lanjut aja mas, udah deket kok"

Ojek itu mempercepat laju motornya berharap segera sampai di tujuan dan hujan segera reda. Beliau tak ingin penumpangnya ini basah kuyup saat sudah sampai.

Namun ternyata ojek itu salah. Hujan turun semakin deras saat mereka sudah dekat.

"Pak berhenti sini aja pak. Kiri pak"

"Lho masih didepan mas" Ojek itu memelankan laju motornya

"Disini aja pak. Saya lupa masih mau beli-beli" Dan Raka beralasan.

Sebenarnya dia tak ingin Bapak ini semakin basah kuyup karena melindungi dirinya dari hujan. Lalu Ojek itu berhenti di pinggir warung yang sudah tutup di area komplek disana.

"Yakin masnya mau berhenti di sini aja? Masih didepan lho mas. Hujannya juga tambah deras"

"Nggak papa pak. Saya mau beli-beli dulu" Lalu Raka mengeluarkan selembaran uang kertas dari kantongnya dan memberikannya pada Bapak Ojek itu.

"Lho mas, ini kebanyakan" Beliau mencoba mengembalikan uangnya pada Raka. Raka menggelengkan kepalanya lembut.

"Nggak apa Pak, buat Bapak aja"

"Jangan mas, kebanyakan. Buat sangunya mas aja takut kurang nanti"

Raka tersenyum pada Bapak itu

"Saya nggak takut uang saku saya berkurang sementara Allah sudah menjamin rezeki setiap makhluk. Dan itu rezeki Bapak"

Bapak itu terdiam, menatap penumpangnya itu. Lalu bibirnya tertarik ke samping.

"Makasih banyak ya mas, saya terhura"

"Terharu Pak"

"Iya itu maksudnya. Masnya jaga kesehatan ya"

Lalu Ojek itu pergi meninggalkan Raka setelah percakapan panjang mereka. Raka sendirian, tetapi dia sudah biasa dengan hal itu. Selama ini dia selalu merasa sendirian. Sekarang yang dia pikirkan bagaimana cara agar sampai ke rumah Karyud. Bahkan dia tidak tahu seperti apa rumah Karyud itu. Banyak rumah berderetan disini.

Raka tidak peduli dengan hujan, dia melangkah pelan menuju pohon besar didepannya dan berdiri disampingnya. Bajunya sudah basah kuyup, handphonenya sudah mati sejak diperjalanan. Sekarang dia tidak tahu harus kemana.

Lalu mata Raka terbelalak setelah melihat pohon disampingnya. Terdapat papan bertuliskan "Jl. Pakusari Indah". Ini kan jalan alamatnya Karyud? Raka berbisik dalam hatinya. Mata Raka memindai rumah disekitarnya dan menemukan rumah didepan pohon ini memiliki nomor rumah "23" di pagarnya.

"Yang.. Yang ini rumah Karyud?" ternyata rumah Karyud sudah ada didepannya. Rumah megah tingkat 3 dengan halaman yang sangat luas. Bahkan rumah ini terlihat lebih luas dibanding sekolahnya. Raka menjadi iri sekarang, sekaligus bingung. Bagaimana cara masuk ke rumah Karyud? Rasa canggung menyelimuti diri Raka sekarang.

Raka berdiri didepan pagar Karyud sekarang. Dia ingin bertemu dengan Karyud, namun sekarang dia mulai ragu. Bagaimana kalau Karyud sedang tidak ingin bertemu dengannya? Bagaimana kalau Karyud masih sakit hati dengan perkataannya? Dibawah hujan yang deras ini Raka berdiri didepan pagar rumah yang terang dan terlihat sangat hangat. Dan tanpa Raka sadari sudah ada orang yang melangkah dari samping kanannya.

"Ra... Raka!?"

Raka spontan menoleh, kemudian dia tersentak kebelakang. Terkejut melihat sosok itu. Karyud. Dengan celana boxer pendek dan kaos putih lengan pendek dan payung ditangannya. Raka terdiam mematung.

"Raka kan? Lu ngapain disini? Kok lu tau rumah gua?" Karyud masih dengan pertanyaannya. Dia terlalu gembira saat melihat Raka ada didepannya. Dan didepan rumahnya.

"Engg.. Nggak.. Gua cuman.. Tadi.." Dan bodohnya Raka tergagap sekarang. Rencana awalnya tiba-tiba buyar seketika. Raka mulai salah tingkah.

"Elu ngapain Rak?" Karyud bertanya lagi dan maju perlahan kearah Raka. Dan Raka tentunya mundur.

"Gua.. Tu.. Tunggu Yud.. Lu jangan maju maju ke gua.. Yud.." dan Raka sudah terpojok. Raka sudah menempel pada tembok pagar dan tak bisa mundur lagi. Karyud masih mendekat dan berhenti didepan Raka. Raka memalingkan wajahnya. Bayangan kejadian di kosan nya kembali terngiang di kepalanya. Mereka terdiam, lalu Karyud menarik badan Raka dan memeluknya.

"Maafin gua.. Gua bener-bener minta maaf" Karyud memeluk Raka sambil meneduhkannya dibawah payungnya. Raka terdiam, lalu melepaskan pelukannya dan mendorong Karyud.

"Baju gua basah, gausah peluk-peluk gua" Lalu Raka melangkah menjauh. Namun tangan Karyud lebih tanggap dan menahan lengan Raka.

"Suruh siapa lu hujan-hujanan kayak gini? Ikut gua dulu"

Dan kali ini Raka hanya pasrah ketika Karyud menariknya kedalam rumahnya. Raka ingat apa yang harus dilakukannya. Dia harus benar-benar berbicara dengan Karyud kali ini.

Bersambung

Berhubung udah lama nggak post jadi aku panjangin ceritanya kali ini hehe..

When I Meet HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang