Part 3: Tumpangan

4.9K 375 12
                                    

Keringat mengalir dari pipi hingga dagunya. Nafas terengah engah masih terdengar dari mulutnya. Dia terkapar kelelahan di pinggir lapangan, berteduh dibawah pohon yang melindunginya dari cahaya sore yang masih menyengat kulit.

"Segitu doank kemampuan lu? Baru juga setengah jam main basket, udah lemes aja lu"

Rachel berkata pedas pada Karyud. Sementara anak anak lainnya masih fokus pada bola basket lainnya untuk latihan melempar.

"Bacot ah, gua kemarin kurang tidur. Makanya gua nggak fit sekarang neh"

"Ngeles mulu kek bajaj lu. Mau lanjut latihan kaga?" Rachel mengulurkan tangannya pada Karyud yang masih terkapar. Karyud mendongakkan kepalanya dan meraih uluran tangan Rachel.

"Ogah ah, capek gua. Udah jam 4 juga, gua belom beresin kamar" Karyud merogoh tasnya dan mengeluarkan Hpnya. Ada 3 Misscall dari Ibunya.

"Neh nyokap gua juga udah nelpon dari tadi"

"Yee jerseynya My Trip My Adventure, telat pulang dicariin ama nyokap" Rachel menunjuk jersey basket Karyud lalu terbahak dengan sindirannya sendiri. Karyud sukses dibuat kesal lalu dia pergi meninggalkan Rachel yang masih tertawa.

Parkiran sepeda motor mulai sepi. Motor yang ada didalam masih bisa terhitung jari, termasuk motor Karyud. Dengan jersey yang masih basah dengan keringat dan celana pendek Karyud mengeluarkan sepeda motornya. Didepan gerbang sekolah, Karyud sempat menoleh kearah halte. Seseorang sedang duduk sendiri sambil melihat Hpnya disana. Orang, atau lebih tepatnya anak itu, anak yang sudah menjadi teman baru Karyud. Sejak kapan dia jadi temanmu Yud? Dia bahkan belum tahu namamu.

Karyud kembali menyalakan mesin motor maticnya itu lalu berhenti didepan halte yang Raka duduki. Raka pun mendongak melihat Karyud yang berhenti didepannya. Mereka bertatapan sebentar, lalu kembali adu mulut.

"Ngapain lu disini?" Raka yang mulai terganggu dengan keberadaan Karyud akhirnya membuka mulut terlebih dahulu.

"Lah elu ngapain disini?"

"Nunggu angkot lah. Lu pikir orang ke halte ngapain? Dagang sempak?"

"Angkot jam segini udah abis lah. Udah pada tiduran di ranjang masing-masing. Lagian lu ngapain baru pulang jam segini?"

"Bukan urusan lu"

"Urusan lu urusan gua juga"

"Kenapa jadi urusan lu?"

"Lu teman gua"

"Sejak kapan gua nganggep elu jadi teman gua?"

Karyud terdiam, dia tidak menjawab apa-apa. Hanya menatap mata Raka. Melihat diamnya Karyud seperti ini Raka merasa sudah terlalu kelewatan. Dia terlalu kesal sampai keceplosan kata-kata yang pedas.

"Mendingan lu pulang sekarang deh" Sedikit mengusir, Raka hanya tidak ingin Karyud lebih terluka lagi dengan kata kata pedasnya.

"Trus elu?"

"Gua bisa urus diri sendiri"

"Gua anterin elu"

"Gausah"

"Naik ke motor gua"

"Rumah gua jauh"

"Gua ga peduli"

"Gua cari bis aja"

"Bis nggak lewat sini"

"Gua bisa jalan kaki"

"Gua bisa anter elu kesana"

"Gua gamau ngerepotin"

"Gua suka direpotin"

"Mau lu apaan??"

"Gua mau anter elu, Raka"

Raka bungkam, terdiam saat Karyud menyebut namanya dan menekankan nadanya pada namanya. Tiba-tiba hening seketika. Karyud menunggu respon Raka, sementara Raka bingung harus berbuat apa. Karyud menepuk kursi belakangnya, mengisyaratkan Raka agar duduk di kursi belakangnya. Raka yang tak mau memperpanjang perdebatan akhirnya pasrah dan melangkah menuju motor Karyud. Langkah Raka yang mendekat padanya membuat Karyud tersenyum. Raka duduk di boncengannya, lalu Karyud melesat menjalankan motornya.

*****

Hening di perjalanan, tak ada yang membuka percakapan setelah Raka memberitahukan alamat rumahnya. Sebenarnya itu bukan rumah Raka, dia hanya kos ditempat itu. Rumah Raka jauh diluar kota sana. Sesekali Raka melirik rumah-rumah yang dilewati motor yang ditumpanginya. Lalu ia melihat sebuah nama di belakang jersey ojeknya. "KARYUD" dengan nomor punggung sebelas.

"Nama lu Karyud?"

Jantung Karyud serasa terhenti sejenak saat Raka menyebut namanya. Meskipun suaranya samar karena angin motor yang melaju.. Tetapi Karyud jelas jelas mendengar Raka menyebut namanya.

"Kok lu tau?"

"Iyalah, Jersey lu tulisannya begitu"

Goblok.. Kata itu yang terlontar dalam hati Karyud saat ini. Jelas lah dia tahu nama Karyud. Dia lihat jerseymu Yud. Lalu kenapa kamu malah mengantarkannya pulang? Bukannya kamu mau menjahilinya?

Hampir setengah jam mereka mengendarai motornya, Raka terlelap di kursi penumpang hingga pundak Karyud sudah menjadi sasaran sebagai tempat kepala Raka berpijak tanpa sadar sekarang. Jantung Karyud berdegup kencang, bukan karena takut mereka menabrak sesuatu karena Raka tertidur. Justru Karyud takut Raka terbangun. Dia ingin terus mempertahankan posisi seperti ini meskipun bahu kirinya sudah pegal.

Sekali kali Karyud menatap Raka yang terlelap di pundaknya dari spion motor. Angin sejuk menyapu poni Raka hingga wajahnya tampak keseluruhan. Entah mengapa Karyud senang sekali melihatnya. Bahkan meskipun kos Raka sudah dekat, Karyud masih berputar-putar di area sekitar kos Raka. Karyud masih ingin berlama-lama bersama penumpangnya yang ada dialam mimpi saat ini. Karyud mulai jadi aneh sekarang.

Bersambung

Jangan baper cuma gara-gara diajak keliling naik motor :3

When I Meet HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang