Part 9: Mengapa?

3.5K 303 6
                                    

Raka melangkah disamping Karyud menuju pintu masuk rumahnya. Setelah pintu terbuka, mata Raka terbelalak. Isi rumah ini sangat luas, bahkan rumah ini memiliki ruangan yang banyak. Mungkin Raka akan tersesat apabila berkeliling sendirian di rumah sebesar ini.

"Mboook... Mboooook..." Karyud berteriak memanggil seseorang. Kemudian muncul seorang wanita tua berjalan mendekat dari dapur.

"Dhalem Mas... Mas Yudha sudah pulang toh. Lho ini siapa mas kok basah kuyup gini?" Mbok panik melihat Raka yang basah kuyup dan menggigil. Tunggu dulu.. Yudha?

"Ini teman saya mbok, tadi ketemu di jalan. Dia nggak bawa payung jadinya kehujanan. Mbok, minta tolong buatin teh hangat ya"

"Welah dalaah... Yaudah simbok buatkan teh hangat dulu buat temannya Mas Yudha. Mbok ambilin baju ganti sekalian ya?"

"Nggak usah mbok, biar saya bawa teman saya ke kamar"

Karyud tersenyum pada mbok dan kembali melangkah menuju tangga. Raka mengikuti langkah Karyud dibelakangnya, dia benar-benar tidak ingin tersesat disini.

Setelah Karyud sampai di depan sebuah pintu, Karyud menghentikan langkahnya dan membuka pintunya.

"Masuk, gua ambilin baju ganti buat elu"

"Nggak usah repot-repot" Raka menggelengkan kepalanya.

Karyud mendekat dan menangkup pipi Raka dengan kedua tangannya.

"Gua nggak mau elu sakit. Sekarang udah sore, mendingan elu nginep dirumah gua. Gua nggak mau terjadi sesuatu sama elu. Paham?" Karyud berbisik lembut pada Raka, sementara Raka hanya mengangguk pasrah.

"Sementara lu pake baju gua dulu. Gua nggak tau sih ukuran yang pas buat elu.. Yang penting elu nggak kedinginan dulu. Kamar mandinya disana"

Karyud memberikan bajunya dan menunjuk ke sebuah pintu kayu. Raka melangkah ke arah pintu yang ditunjuk itu, kemudian dia menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya.

"Lu mau ngapain?" Raka menyadari Karyud sedang mengikutinya.

"Bantu elu ganti baju lah"

"Emangnya gua korban tabrak lari ampe mau dibantu ganti baju doank?"

"Kan takutnya lu nggak tau cara pake celana gua"

"Oh kenapa emangnya ama celana lu? Lubangnya ada empat?"

"Ya enggak lah, kan.."

"Kan apa? Gausah homo-homoan Yuuud"

"Gua ga homo, gua Rakanatic"

"Terserah elu dah" Raka kembali melangkah kearah kamar mandi. Sebelum Raka mencapai kamar mandi dia harus mengalami hal yang memalukan. Dia terpeleset, dan parahnya dagunya yang harus menempel pada lantai terlebih dahulu.

"Raka!"

Raka membalikkan badannya dan duduk sambil meringis kesakitan, dan malu. Karyud yang panik bergegas menyentuh dagu Raka.

"Yud sakit bego"

"So.. Sorry.."

Karyud kembali menyentuh dagu Raka perlahan. Anehnya yang Raka rasakan saat ini bukan malu karena jatuh didepan orang yang dia hindari. Tapi malu karena wajah Karyud saat ini terlalu dekat dengannya. Jantung Raka berdegup kencang, lalu dia mendorong wajah Karyud dan memalingkan wajahnya.

"Gu.. Gua nggak apa-apa. Gua mau ganti baju dulu"

"Tapi dagu lu.."

"Nggak apa Yuud"

Raka memperbaiki posisi berdirinya lalu melangkah kearah kamar mandi dan menutup pintunya. Raka menghembuskan nafasnya lega. Jantungnya perlahan berdegup stabil. Raka masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi.

"Rak udah belum?"

"Gua baru masuk anjir!"

Karyud diluar hanya terkikik pias. Kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Karyud.

"Mas Yudha, ini tehnya sudah jadi Mas" Mbok berteriak dari balik pintu kamar Karyud.

"Bawa masuk aja mbok" Karyud membaringkan tubuhnya diatas ranjang besarnya. Mbok membuka pintu dan meletakkan tehnya diatas meja.

"Lho temennya kemana Mas? Kok ngilang?"

"Masih di kamar mandi Mbok, ganti baju"

"Welah dalaah.. Simbok kira temennya Mas Yudha sembunyiin"

"Mbok ada-ada aja ah. Makasih ya mbok tehnya"

"Iya Mas, Simbok mau masak dulu buat makan malam" Kemudian Mbok menutup pintu kamar Karyud dan kembali ke dapur.

Raka keluar dari kamar mandi, dengan baju yang diberikan Karyud sebelumnya. Raka tampak menggemaskan dimata Karyud saat ini. Dia bisa menerkamnya kalau dia mau.

"Apa liat-liat? Gausah ngeliatin gua kaya gitu" Raka menunjuk wajah Karyud yang terpatung di kasur.

"Ehm.. Minum dulu tehnya nih.. Udah dibuatin sama Mbok"

Raka melangkah, kemudian duduk disamping Karyud.

"BTW kok lu dipanggil Yudha? Nama asli lu?"

Karyud menganggukkan kepalanya.

"Semua keluarga gua manggilnya Yudha. Tetangga gua juga manggil Yudha. Tapi pas baru masuk SMP gatau kenapa kakak kelas gua yang cewek cewek pada manggil gua Karyud. Panggilan kesayangan katanya"

"Najiss kesayangan!!" Raka memasang wajah jijiknya sambil tertawa.

"Yaudah sampe SMA nama Karyud masih kebawa ama gua" Karyud melanjutkan ceritanya.

"Bagusan Yudha padahal" Raka menghembuskan nafasnya. Seketika Karyud menoleh kearah Raka.

"Nggak salah denger nih gua? Nama gua bagus?" Karyud mendekatkan wajahnya pada Raka.

"Eh.. Engg.. Maksud gua.. Mulai sekarang gua manggil elu Yudha. Gua gamau manggil lu pake nama kesayangan. Jijik"

Raka mendorong wajah Karyud lalu menyelimuti dirinya dengan selimut dan memunggungi Karyud. Karyud makin dibuat gemas dengan tingkahnya.

"Terserah sih elu mau manggil gua apaan. Panggil sayang juga boleh"

"Jijik Yud! Gabisa tidur gua" Raka membalikkan badannya dan melihat kearah Karyud yang tiduran di sampingnya. Karyud mengusap pipi Raka sekilas dan berbisik.

"Kalo lu emang mau manggil gua Yudha, gua malah lebih senang. Gua gamau panggilan kesayangan dari elu disamain sama panggilan kesayangan dari orang lain. Lu spesial"

Kemudian Karyud mengecup kening Raka dan tidur membelakanginya. Raka diam membeku mencoba berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Karyud mengecup keningnya. Kenapa perasaannya jadi aneh, jantung Raka berdegup lebih cepat. Setelah Raka sadar Raka menutupi wajahnya dengan selimut dan berharap hari segera berganti.

Bersambung

When I Meet HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang