Deritanya Elber

1.9K 189 3
                                    

Hari-hari Elber tidak lagi seindah yang dibayangkannya. Hilang sudah khayalannya yang akan ditemani seketaris cantik selama waktu bekerjanya. Pelipur laranya dikala sang istri yang selalu menakutinya. Namun apa dikata, untuk kesekian kalinya rencana manisnya tersebut digagalkan oleh Antana.

"Don, bawakan saya kopi nanti kalau kamu balik ke kantor!" Dengan nada memerintah Elber menyuruh sang asisten untuk membelikan kopi favoritnya. Mumpung sang asisten lagi tugas di luar.

"Ya elah pak bos! Lama banget nunggu saya pulang dari luar, mending suruh si bon-bon buatkan kopi untuk pak bos." Ucap Dono bersungut-sungut. Sudah wataknya memang selalu melawan perintah bos nya. Kalau bukan karena kinerjanya yang memuaskan sudah dari dulu Elber memecat itu orang. Kadang-kadang Elber berpikir salah apa sih dirinya sampai-sampai dikelilingi orang yang suka membuat kepalanya sakit? Sepertinya dia harus mencoba saran orang pintar untuk membuka totok aura. Biar pada segan itu semua orang disekelilingnya. Khususnya Antana.

Melihat bos nya yang sedang dalam mood buruk, karena mendiamkan bantahannya, dengan berat hati terpaksa Dono menuruti perintah Elber. Gitu-gitu Dono takut juga kalau-kalau Elber khilaf memecatnya. Oh jangan sampai hal itu terjadi! Tagihannya masih banyak bok!

Kopi pesanan Elber akhirnya sampai juga ke mejanya tak lama kemudian. Masih dengan tampang merengutnya Dono melaporkan hasil tugasnya hari ini. Kadang Elber heran entah siapa yang bos di sini. Sepertinya rencanya ke dukun untuk membuka totok aura sudah tidak bisa di tunda lagi.

Tok tok tok...

Suara ketukan dari pintu memotong

"Masuk!" Perintah Elber tegas. Sedangkan Dono kadung kesal karena laporannya harus terhenti dulu.

Dari balik pintu masuk seorang wanita berbadan subur dengan suara hentakan sepatunya yang mengalahkan kuatnya ketukan palu tukang bangunan. Dia adalah Bonita Adelia, seketaris hasil sabotase Antana.

"Ada apa Bon?" Tanya Elber. Elber memanggil seketarisnya tersebut Bon. Sekilas kalau orang mendengar seperti panggilan dengan penggalan nama depannya. Padahal bukan itu. Bon itu singkatan Babon.

"Ini ada berkas yang harus bapak tanda tangani." Dengan tampang jam dua belas pas Bonita menyerahkan map berisikan kertas laporan kepada Elber.

Segera Elber menerimanya. Dengan cepat dia menandatanginya.

Saat Elber sedang menanda tangani berkasnya otomatis Dono memperhatikan Bonita, karena posisi mereka yang berhadapan.

Sadar diperhatikan oleh pria tampan yang minus kelakuan warasnya, Bonita mendelik tajam kepada Dono. Wajahnya yang seram terlihat semakin seram. Semakin dilihat wajah Bonita itu semakin membuat Dono merinding. Entah kenapa Dono melihat ada aura Valak di wajahnya wanita subur itu. Ih seram.....! Tanpa sadar Dono, pria yang mengikrarkan dirinya sebagai lelaki sejati, bergeser ke belakang bos nya seolah minta perlindungan.

Merasa aneh dengan posisi Dono yang tiba-tiba merapat ke belakangnya, Elber menatap asistennya itu dengan tatapan bertanya. Namun, Dono tak mengatakan apa-apa.

Tak ingin mengambil pusing dengan sikap Dono, Elber segera mengembalikan berkas yang sudah di tanda tanganinya kepada Bonita. Begitu menyerahkan berkas tersebut saat itu juga Elber mengerti dengan apa yang terjadi. Tatapan Bonita yang seolah ingin memakan Dono membuat Elber tak dapat menahan tawanya. Imajinasinya langsung bekerja membayangkan Bonita adalah seekor ular raksasa yang telah lapar yang ingin melahap Dono yang persis bagai ayam yang kehilangan induknya.

"Hahaha..."

Gelak tawa Elber membuat Bonita dan Dono, yang sedang dalam posisi saling takut-menakuti, menghentikan aksi mereka. Keduanya saling berpandangan dengan heran. Lalu tatapan mereka mengarah kepada Elber dengan aneh.

Sadar dipandangi pegawainya membuat Elber segera menghentikan tawanya.

"Kenapa memandangi saya?" tanya Elber sok galak. Soalnya Elber sedikit grogi karena terus dipandangi dengan lekat oleh mereka berdua.

Ditanya seperti itu bukan membuat kedua bawahannya itu menjadi takut. Keduanya serempak menggelengkan kepalanya.

"Enggak kenapa-napa, pak." Jawab keduanya cepat. Hanya saja mimik wajahnya tidak menunjukkan seperti itu. "Cuma merasa aneh saja melihat pak bos tertawa tanpa sebab." Jelas Dono yang langsung disetujui oleh Bonita. Keduanya seperti melupakan permusuhan yang mereka lakukan barusan.

"Padahal kan gak ada yang lucu." Tambah Bonita heran.

"Iya, benar itu bos." Sahut Dono cepat menyetujui pernyataan Bonita barusan. Kali ini mereka benar-benar kompak.

Mulut Elber menganga mendengar perkataan kedua pegawainya tersebut. Tidak ada yang lucu kata mereka?

Apa tidak sadar mereka atas tingkah barusan? Apa perlu Elber menjelaskan agar mereka tidak asal tuduh? Atau hanya Elber saja yang sisi humornya sudah terlalu tinggi?

Melihat Elber yang melamun sambil senyum -senyum sendiri, membuat Dono dan Bonita saling pandang-pandangan. Tanpa sadar Dono bergerak ke samping Bonita.

"Kasihan pak bos."bisiknya pelan di telinga Bonita. "Terlalu sering ditekan sama ibu Antana, sehingga jiwa pak bos jadi sering tidak stabil."

Bonita yang notabene merupakan pegawai baru tentu saja langsung menelan mentah-mentah informasi hoaks yang baru saja disampaikan Dono.

Bonita yang maniak membaca novel-novel roman berisikan CEO-CEO arogan dengan tatapan mematikan, seketika itu juga wawasannya terbuka. Faktanya, yang ditemuinya adalah CEO dengan tampang bloon dengan nasib di bawah ketiak istri. Ternyata khayalan tak seindah kenyataan. Ck,ck,ck...

Keduanya asik bisik-bisik tanpa menyadari bahwa Elber mendengar semuanya dengan jelas. Kesal karena merasa direndahkan oleh pegawainya, Elber segera menyuruh mereka keluar dari ruangan. Tanpa mengatakan apapun keduanya langsung keluar tanpa membantah lagi.

Sayangnya yang tidak diketahui Elber adalah keduanya lanjut terus membicarakan Elber di balik ruangannya. Keduanya yang tadinya seperti ular piton dengan anak ayam kini berubah menjadi kumpulan semut yang beriringan. Alias kompak membahas Elber.

Memang sudah nasib, Elber dikelilingi oleh orang-orang yang seperti mereka. Tidak istri, tidak keluarga, bahkan sekarang pegawainya pun sudah mulai ikut-ikutan mengata-ngatainya.

Deritamulah nak!








Bukan Christian GreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang