New Life

2.7K 104 8
                                    

6 tahun kemudian

Lee Haruki

Namaku Lee Haruki, usia 16 tahun. Apa yang paling aku suka? Tidak ada. Apa yang paling ku benci? Sepertinya juga tidak ada. Makanan kesukaanku? Tomat, aku suka tomat yang dimakan langsung karena rasanya lezat dan segar. Makanan yang tidak kusukai? Makanan manis. Aku tidak menyukai makanan yang manis. Ayahku bilang itu aneh, karena biasanya anak perempuan menyukai makanan yang manis. Tapi menurutku itu tidaklah penting, mau suka ataupun tidak aku tetaplah anak perempuan.

Apalagi yang kusuka? Bunga. Aku suka bunga karena itu indah, tapi aku tidak suka jika ada anak laki-laki yang memberikan aku bunga. Rasanya itu tidak adil. Siapa tahu bunga yang kau petik dan kau berikan pada orang lain adalah bunga yang ingin terus hidup sambil memandang matahari. Merasakan hangatnya sinar mentari, hembusan angin yang menyentuh kelopaknya dan menantikan lebah yang akan menghisap sarinya. Aku selalu membayangkan jika diriku adalah bunga. Mungkin akan menyakitkan jika dipetik, rasanya seperti mencabut nyawamu. Menjadi mati.

Tapi ayahku selalu tertawa setiap kali aku protes tentangnya yang selalu memetik bunga dan menaruhnya divas dan memberikannya banyak teori tentang kemungkinan bunga itu masih ingin hidup.

Suatu hari, sambil mengelus kepalaku dia berkata "Haruki, mungkin bunga ini ingin melihat senyummu dengan lebih jelas. Pergi, hirup wanginya dan tersenyumlah. Mungkin dia akan suka" dan hal seperti itu yang tidak bisa aku bantah lagi.

Setelahnya aku memang tidak pernah protes lagi tentang ayah yang memetik bunga. Tapi, hal itu tidak pernah mengurangi sedikitpun tentang teori bunga yang ingin terus hidup.

Ah iya. Aku hidup di pulau yang kecil, tenang dan damai. Aku menyukai tempat tinggalku, sangat menyenangkan tinggal disini. Tapi, ada sesuatu yang kurang dari pulau ini. Sekolah disini hanya sampai SMA. Oleh karena itu, jika ingin melanjutkan kuliah aku harus pergi menyebrangi pulau ini dan pergi ke pulau yang lebih besar lagi. Ada beberapa Universitas dari beberapa kota besar yang ingin aku tuju, seperti Universitas Konoha, Universitas Suna dan Universitas Ame.

Masalahnya adalah, selain belum menentukan kampus mana yang kutuju, sampai sekarangpun aku belum bisa menentukan jurusan apa yang ingin ku tempuh.

"Bagaimana dengan kedokteran?"

Banyak temanku yang menyarankan jurusan kedokteran hanya karena ayahku adalah seorang dokter. Dia adalah satu-satunya dokter dipulau ini. Mereka berharap aku akan bisa meneruskan usaha ayahku. Tapi...

"Apa benar itu yang kau inginkan?" tanya ayahku. "Bukankah akan menjadi sangat berat jika kau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak kau sukai?" lanjutnya.

Aku menjadi sangat bingung dibuatnya. Tapi, karena pulau ini sangat terpencil dan kurangnya sosialisasi tentang masa depan banyak anak yang tidak terlalu mementingkan mengenai apakah mereka harus melanjutkan kuliah atau tidak. Beberapa temanku juga berfikir untuk tidak pergi dari pulau ini untuk pergi kuliah.

Awaji, kami tinggal di pulau Awaji. Pulau ini adalah pulau pecahan dari pulau besar Hajimemaru. Selain pulau Awaji, ada sekitar 5 pulau kecil lainnya yang merupakan pecahan dari pulau Hajimemaru dengan jumlah penduduk rata-rata 3300 orang. Jarak dari pulau Awaji ke pulau kecil lainnya tidaklah jauh, dengan kapal nelayan hanya membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 2 jam. Tapi dari pulau Awaji menuju Hajimemaru membutuhkan waktu sekitar 5 jam dengan menggunakan kapal laut. Pusat pemerintahan dan perekonomian berada di pulau Hajimemaru. Sedangkan untuk di pulau Awaji dan pulau kecil lainnya hanya ada satu orang yang disebut Kepala Pulau sebagai pemimpinnya.

Karena pulau Awaji ini merupakan salah satu pulau terpencil, sulit sekali mendapatkan bahan pokok makanan dan obat-obatan. Itu sebabnya, hanya ayahku saja dokter yang bertahan di Pulau ini. Sebelumnya yang aku ingat saat kecil, ada dokter laki-laki yang tampan di pulau ini tapi entah mengapa ia pergi dari sini. Mungkin karena pulau ini kecil, sulit menemukan obat disini atau dia tidak cukup dibayar di pulau ini.

Ya begitulah, ayahku pun sering dibayar hanya dengan hasil laut atau hasil kebun para warga tapi itu semua tidak membuat ayahku pergi dari pulau ini. Bagi ayah ini adalah pulau yang terbaik untuk kami tinggali. Seperti sesuatu hal membuat ayahku mengurung dirinya di pulau ini. Ia melarikan diri dari kesakitan-kesakitan yang telah ia rasakan dulu, menguburnya kedalam pusat bumi dan membuka lembaran baru di pulau ini.

"Dihidupku yang baru hanya ada kita berdua, Haruki-chan"

Ah, aku fikir ini sudah terlambat. Musim semi sudah dimulai, itu berarti tahun ajaran baru juga sudah dimulai. Aku harus pergi ke sekolah sekarang. Bisa gawat jika aku terlambat dihari pertamaku sekolah.










Note: Tolong nikmati cerita pembuka ini setelah sekian lama saya tidak berkunjung. Sedikit bocoran Haruki adalah tokoh yang menarik. Semoga teman² menyukai Haruki.
Satu lagi, maaf tidak sempurna dan saya juga merasa tidak nyaman dengan cerita pembuka ini. Tapi, saya fikir sebelum rasa malas melanda saya harus publish ini. Tapi untuk chapter berikutnya, saya akan berusaha sebaik mungkin.
Terima kasih 💜

Didalam HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang