"Jangan berani dekati lelaki itu, karena dia Jodohku. Selamanya. Hidup dan matiku, sakit dan bahagiaku bergantung kepadanya. Jaga sikapmu atau aku akan terus menganggapmu sebuah benalu yang hinggap dalam hubungan orang lain!"
Masih hangat dalam pikirku sampai sekarang, begitu perih terasa. Aku tidak pernah merasa terlecehkan oleh sesama perempuan sampai di titik serendah itu.
Ucapannya yang begitu pongah dan percaya diri. Dia kira jodoh ditangan manusia bisa diatur dengan seenaknya, hah?! Baik aku mengerti sekarang.
Meratapi kesedihan saja tak cukup, ingin mengadu pada sang lakon utama namun aku tahu ia pasti akan menganggap enteng hal seperti ini.
Pada akhirnya, aku berani angkat bicara di depan publik. Memaksa kehendakku yang sebenarnya tak ingin menjadi pusat perhatian di suasana lingkungan yang tergolong cukup dan masih sangat baru.
Kami saling melempar kebencian. Tentu saja, di hadapan publik yang nelangsa butuh asupan dan tontonan. Padahal masalah seperti ini bukan sebuah tontonan yang pantas. Jika merasa ada manusia yang masih waras, harusnya ada pembela di pihak terlemah. Namun apa daya, dahulu belum ada yang bersedia. Karena embel-embel 'sahabat' tak cukup hanya dengan berbagi kisah sendu semata. Malah, ada beberapa orang yang hanya ingin mengetahui saja kisahmu tanpa memberikan solusi yang tepat.
"Aku belum menyukainya, silahkan ambil kembali punyamu. Tujuanku disini mengenyam pendidikan, bukan terlibat kisruh tak jelas atas dasar kisah kasih cinta remaja semata. Konyol lebih tepatnya. Dan apa, ancaman katamu? Aku tak butuh ancaman yang mengharuskan diriku ikhlas sepenuh hati untuk disebut sebagai 'benalu'."
Batinku meraung, memohon, menangis, sakit dan tersayat. Maaf Aleesya, ternyata ada yang lebih buruk lagi dari perangai dirimu. Dan maaf, telah mengabaikan katamu dulu. Jika kamu membaca ini, tolong aku. Selamatkan aku dari gencatan ancaman dua garong itu. Karena sungguh, ini melelahkan. Aku ingin menyerah dan mengalah secepat mungkin, namun tak bisa semudah itu 'tuk melakukannya.
[]
The last tears of 2017
part 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Rin-du.
Non-FictionHanya berisi potongan-potongan kecil memo seseorang perempuan rapuh bernama Rin dalam perjalanannya mencari tentang apa arti sebenarnya hidup ini, sementara terkadang tak seindah bayangan anak kecil berumur 4 tahun yang masih menikmati indahnya play...