1.0

10.4K 316 4
                                    

Darren tidak berangkat kerja. Padahal Darren tau sendiri bahwa akan ada rapat penting hari ini, celakalah sedikit kepercayaan kolega bisnis perusahaannya karena ini. Darren menggeleng pelan.

Bi Inah-pembantu yang hanya ada di rumah saat pagi sampai sore setelah menyiapkan makan malam. Kini tengah menimang Darius yang terlelap tenang. Dan tentu saja, masih berselimutkan jas miliknya.

Satu hal yang perlu diketahui. Jas yang dipakai Darius pertama kali sudah diompoli olehnya. Sehingga Darren harus menyerahkan satu jas lagi pada anaknya itu.

Sementara ponsel Darren berdering-dering sedari tadi. Tapi Darren hanya membiarkan panggilan di ponsel itu berlalu. Sambil mengamati nama yang tertera di atas ponsel itu.

Darren menggeleng pelan. Saat panggilan yang kesekian kalinya berbunyi, Darren mengangkatnya.

"Selamat siang Pak, maaf tapi apakah bapak lupa kalau hati ini ada rapat penting dengan presiden direktur?"

Darren mengusap wajahnya kasar. Tidak mampu menjawab. Dia tidak akan semampu itu untuk menjawab: Well ya, aku tidak sekejam itu untuk meninggalkan bayiku sendirian dengan Bi Inah. Lagipula dia terlalu banyak merengek.

Darren menutup panggilan dari Sekretarisnya itu. Lalu menghubungi seseorang.

"Wah wah, Darren kebetulan sekali kau menghubungiku. Sebenarnya aku dan suamiku hendak ke rumahmu malam nanti untuk menginap."

"Bisakah kau kesini sekarang?" Darren bertanya, terselip nada memaksa dalam ucapannya.

"Well, jika kau ingin merusak hari tersibukku. Oh iya, jangan lupakan kalau aku masih harus mencuci sekeranjang penuh pakaian, juga harus mencuci alat makan dan peralatan memasak. Juga harus menyiangi tanaman di kebun belakang, dan juga memasak untuk nanti saat istirahat makan siang."

Darren mengehela napas sejenak."Aku menemukan bayi .Well sebenarnya itu bayiku, dan ya bisakah kau membelikan beberapa potong baju untuk bayi laki-laki?"

"KAU BERCANDA?"

Darren meringis. Menghilangkan bayangan dalam otaknya bahwa orang diseberang telepon kini tengah melotot dan melongo tidak percaya. Ayolah! Ini benar.

"Aku tidak bercanda. Cepat kesini sekarang."

"Yah lagipula kau kelihatan serius, dan hey ... Apakah itu anakmu dan Riana? Kemungkinan besar iya, mengingat betapa seringnya kalian melakukan itu dulu dalam sehari."

"Fuck you, cepat kemari dan bawakan saja perlengkapan bayi laki-laki." Darren memaksa.

"Aku kesana setelah istirahat makan siang. Lebih tepatnya siapkan saja banyak makanan untukku dan suamiku. Oke!"

"Bay." Darren menutup telepon satu pihak. Walaupun Darren tidak memaksa pun orang itu tetap akan kesini dengan paksa.

"Bi Inah. Darius sudah tidur?"

Bi Inah menggendong Darius berlari kecil ke arah Darren."Iya tuan, Tuan muda sudah tidur. Setelah ini saya akan menyiapkan makan siang."

"Uhm, buatkan agak banyak. Starla dan Orion akan kemari."

"Baik tuan, saya pamit dulu." Bi Inah agak membungkuk. Memberikan hormat sebelum pergi.

Darren menimang Darius. Yang sudah dimandikan oleh Bi Inah tadi pagi, dan karena Darren tidak punya shampo dan sabun khusus bayi. Terpaksa Darren harus membeli satu paket pack bayi dan juga popok.

Darren mengembuskan napas lelah. Lalu mengecup kecil pipi Darius yang menyebabkan pergerakan kecil dari bayi itu.

"Memang rasanya lelah. Tapi tak kusangka menjadi ayah juga menyenangkan. Tapi disisi lain, aku tidak boleh terus seperti ini. Aku punya tanggung jawab besar di perusahaan tua bangka itu. Mungkin aku butuh seorang baby sitter."

My Lovely Baby sitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang