Tak ada percakapan lain yang mengiringi langkah Gisel dan Starla kemudian. Begitu mereka sampai di meja makan yang besar itu, Darren kemudian memberikan sapaan.
"Selamat malam, Gisel." Darren berbasa-basi membuka percakapan.
"Ah, selamat malam juga." Gisel menjawab kikuk sembari menyeret kursi untuk duduk. Begitu pula yang dilakukan Starla yang mengambil duduk di samping Orion. Sementara Gisel sendiri duduk di hadapan Orion dengan Darren di ujung meja diampit Gisel dan Orion.
"Kukira semuanya sudah leng—," belum sempat Darren mengucapkan kalimatnya dengan lengkap Starla lebih dulu menyela.
"Selamat makan." Starla kemudian membuka piringnya dan segera mengambil nasi dan lauk yang dia sukai.
Orion menggelengkan kepalanya melihat kelakuan istrinya yang rakus."Maafkan dia Darren. Kau tau dia memang begitu. Dan selamat makan." Orion menyusul Starla dan mengambil makanan yang terhidang di hadapannya.
"Ah iya. Kau juga Gisel, silahkan nikmati. Selamat makan." Darren kemudian mengambil steak daging besar dan memotong-motongnya kecil-kecil agar mudah disantap.
"Ah ya selamat makan," balas Gisel.
Karena Gisel bingung ingin makan apa. Akhirnya dia mengikuti Starla makan rakus tanpa malu dihadapan Darren, toh dia juga akan tinggal bersama Darren untuk mengurus anaknya. Setidaknya Darren harus tau jika perut Gisel itu perut karet.
Selesai dengan makan malam nikmat mereka. Gisel kemudian mengambil beberapa lauk dan nasi untuk ayahnya. Kemudian undur diri lebih dulu untuk menyuapi ayahnya.
***
Darren lembur. Begitu dia membuka email dia mendapatkan banyak tugas yang datang hari ini, bahkan beberapa protes karena ketidakprofesionalnya dia dalam menjalani tugas sebagai pengganti Presiden Direktur.
"Lagipula siapa juga yang ingin jadi presiden direktur!" batin Darren kesal.
Darius tiba-tiba saja terbangun dan menangis kencang ketika Darren tengah sibuk mengetik sesuatu di laptopnya."Oh astaga Darius, aku lupa memberikanmu makan. Ayah macam apa aku ini." Darren menepuk dahinya gemas karena lalai dalam menjaga anaknya.
Darren menggendong Darius yang menangis ke dapur untuk membuat susu bagi Darius. Tapi waktu melewati kamar tamu yang ia persiapkan untuk Starla dan Orion, cepat-cepat Darren menutup telinga Darius.
"Enggh, ahh Orion Ahhh."
Suara samar-samar itu segera hilang begitu Darren memasuki dapur. Tak disangkanya disana ada Gisel yang tengah melamun. Darren kemudian menyapanya,"Gisel."
Gisel tersentak dari lamunannya, lalu sadar dan terpaku beberapa detik melihat penampakan Darren yang shirtless dan menampilkan bentuk tubuh Darren yang berlekuk. Gisel menelan ludah lalu membalas ucapan Darren,"Oh kau rupanya. Ehm, sedang apa malam-malam disini?"
Gisel mencoba mengatur nafasnya meredakan kegugupannya saat ini. Melihat Darius yang merengek-rengek imut membuat perhatian Gisel teralihkan.
"Aku ingin membuat susu untuk Darius. Tadi malam aku lupa memberikan makanan untuk Darius." Darren meringis di akhir kalimat. Gisel jadi merasa jika Darren itu sebenarnya lucu dengan sikap lalai dan tanpa perhitungannya dalam mengurus Darius.
"Ooh, tunggu biar aku saja yang buatkan. Hitung-hitung tugas pertamaku menjadi pengasuh Darius." Gisel tersenyum manis di akhir kalimatnya. Entah kenapa pandangan Darren terpaku pada bibir tipis Gisel yang melengkung indah itu. Darren menggelengkan kepalanya begitu menyadari pikirannya membayangkan hal yang tidak seharusnya. Dan membuat sesuatu di bawah sana menegang karena sejak dua hari yang lalu dia tidak bisa menyalurkan kebutuhan biologisnya.
"Ah iya. Aku akan duduk disini," ucap Darren setelah tersadar dari pemikirannya. Kemudian duduk di kursi yang ada di dapur itu, mengingat ada meja bundar kecil dengan kursi empat sisi yang Darren sediakan disana.
Sembari menepuk-nepuk pantat Darius untuk menenangkan bayi itu, Darren mengamati Gisel yang tengah membuat susu. Tapi pandangan Darren melahirkan jatuh pada bokong Gisel yang seolah-olah menggodanya.
"Darren sadar-sadar, kau tidak boleh melecehkan gadis baik-baik seperti Gisel." Darren menasehati pikirannya sendiri.
Tak lama kemudian Gisel duduk dihadapan Darren dan menyodorkan botol susu di tangannya pada Darren."Ini, suhunya kurang lebih sudah 70 derajat Celcius," terang Gisel.
"Oh terimakasih, ngomong-ngomong apa yang mem—," ucapan Darren terhenti ketika melihat Orion masuk ke dapur dengan keadaan shirtless dan tubuh yang dipenuhi keringat.
"Hai kalian berdua, aku hanya ingin mengambil air putih." Orion menyapa Darren dan Gisel kemudian keluar dari dapur dengan membawa seteko air putih dan gelas.
"Abaikan dia," ucap Darren.
"Apa yang membuatmu belum tidur sampai larut begini?" Darren mengamati jam tangannya dan mendapati pukul 11.57.
"Uhm sebenarnya, anu." Gisel tampak sungkan untuk menjelaskan alasannya.
"Jangan bilang kau terganggu mendengar suara percintaan Orion dan Starla." Darren menebak dan dihadiahi anggukan oleh Gisel.
"Kau harus mulai terbiasa. Orion bilang padaku dia akan bercinta setiap malam sampai memiliki bayi." Darren menjelaskan. Membuat Gisel terpaku untuk beberapa saat.
"Oh," balas Gisel.
"Lupakan itu. Kau harus segera tidur," saran Darren pada Gisel."Kurasa ini hari yang melelahkan bagimu bukan?"
Gisel mengangguk mengiyakan ucapan Darren."Selamat malam." Darren mengakhiri percakapan mereka berdua.
"Tunggu dulu. Jika kau terbangun karena Darius bukankah lebih baik jika Darius bersamaku?" Gisel menghentikan langkah Darren yang menjauhi meja bundar itu.
"Tidak. Lagipula aku sedang lembur," terang Darren.
"Oh baiklah kalau begitu, selamat malam." Gisel bisa merasakan darahnya mulai naik ke wajahnya.
"DARREN SEXY SEKALI!" jeritnya dalam hati.
***
Gisel bersenandung pelan sambil keluar dari kamar. Tidak disangkanya dia bertemu dengan Starla yang terlihat segar dan terlihat sempurna di samping Orion yang lengkap memakai pakaian kerjanya.
"Selamat pagi, Gisel," sapa Orion dan Starla hampir bersamaan.
"Selamat pagi, kalian akan kembali pulang?" Gisel membuntuti kalimatnya dengan pertanyaan.
"Iya, Starla akan pulang nanti sore." Orion menjawab kemudian melanjutkan ucapannya,"Kupikir kau sudah tidak sabar mengobrol dengan Gisel jadi ...." Orion mengecup kening Startla lembut."Aku berangkat honey."
Setelah Orion tidak terlihat dari koridor itu, Gisel kembali bertanya." Dia tidak ingin ikut sarapan?"
"Tidak. Darren dan Orion katanya sedang ada pekerjaan penting yang tidak bisa mereka tunda. Aku menyuruh Orion makan siang di kantin perusahaan saja karena aku malas mengantarkan bekal dengannya, dan ya ... Uhm jujur aku merindukanmu Gisel." Starla memeluk Gisel.
"Aku juga merindukanmu yang tidak berubah ini. Masih cerewet seperti dulu." Gisel balas memeluk Starla erat.
"Bisa kita tunda percakapan ini sebentar? Aku lapar. Tenagaku benar-benar habis tadi malam." Starla mendorong bahu Gisel pelanyang menyebabkan pelukan mereka berdua terlepas.
Sementara Gisel memandang Starla penuh arti."Apa?" tanya Starla polos.
"Kau membuat waktu tidurku berkurang karena teriakan-teriakanmu yang begitu keras." Gisel berucap pelan.
"Ah masa?" Starla tersipu.
"Apakah desahanku sekeras itu?"
"Starla. Kau masih tidak berubah, kau tetap Starla yang mesum." Starla hanya terkekeh geli menanggapi ucapan Gisel.
•»Next 1.5
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Baby sitter
Romance21+ Bagi yang ingin diperingatkan. Carilah bacaan dengan bijak OK? Darren sudah berkali-kali melakukan yang namanya ONS-alias One Night Stand. Darren bahkan tidak ingat wajah-wajah wanita yang pernah ia tiduri. Hanya saja, pada suatu pagi yang buruk...