1.2

7.6K 247 1
                                    


Maaf atas keterlambatannya untuk update
***
"Sebenarnya siapa istri Darren?" tanya Gisel. Lalu menyadarkan Starla.

"Oh iya, bukankah kita datang kemari untuk itu?

"Darren. Apa kau tidak berniat bercerita?" Starla mengalihkan Pertanyaan pada Darren.

"Oh iya , maafkan aku. Aku lupa." Darren menggaruk tengkuknya walaupun tidak gatal.

"Uhm, sebenarnya aku bingung mulai dari mana." Darren mengucapkan apa yang mengganjal di pikirannya.

"Mungkin kau bisa mulai dari Riana." Starla memberi saran.

"Ah iya. Well, sebenarnya aku dan Riana sudah tidak ada apa-apa. Sejak uhm, mungkin sudah hampir setengah tahun. Atau bahkan lebih, aku tidak begitu peduli, yang kutahu hubungan kami memang tidak bisa berlanjut." Darren menjelaskan.

Starla sedikit melebarkan matanya tak percaya. Orion pun membuka pertanyaan,"Lalu anak ini?" Orion menunjuk Darius.

"Dia anakku. Dan, aku tak tahu ibunya." Darren meringis di akhir kalimat.

"Nah kan apa kataku, tak seharusnya kau menyakiti wanita." Starla mengusap dahinya penuh penghayatan.

"Lihatlah, ini karma! Karma mu karenanya sering memainkan wanita. Lagipula aku sudah sering mengingatkanmu untuk menghentikan kegilaan bodohku terhadap seks. Kau kan bisa membeli boneka seks kalau hanya tentang hyperseks-mu itu." Starla mengadili Darren dengan tegas.

"Iya-iya." Darren menjawab ogah-ogahan."Dan suaramu agak pelankan, aku takut Darius terbangun." Starla mendelik menanggapi ucapan Darren.

"Tadi pagi, ralat. Sangat pagi sekali, pintu rumah berbunyi, dan kau tau apa yang kutemukan?" Darren membuat pertanyaan di akhir ceritanya.

"Kalau tidak salah, tapi kemungkinan besar iya. Kau menemukan bayi." Orion menjawab pertanyaan Darren sehingga menjeda Darren untuk melanjutkan ceritanya.

"Iya, kau benar. Dan ada secarik surat yang menyertai anakku ini." Darren mengambil Darius dari pangkuan Starla, lalu mengusap dahinya lembut.

"Bagaimana kau bisa seyakin itu kalau dia anakmu. Dan tolong kalau masih ada, ambilkan secarik surat yang kau ceritakan." Starla kembali menarik Darius ke pangkuannya.

Darren bangkit."Kau tidak lihat dia benar-benar mirip sepertiku?" Darren memasang posisinya seperti anak-anak muda jaman sekarang.

"Hentikan. Kau menjijikan." Orion protes.

"Itulah sebabnya aku langsung memercayainya. Lagipula itu insting seorang ayah." Darren mengabaikan cibiran Orion.

"Sebentar aku ambilkan kertasnya." Darren kemudian berlari ke kamarnya di lantai dua.

"HEI DARREN, AKU SARANKAN KAU MEMINDAHKAN KAMAR KE LANTAI BAWAH SAJA. SUPAYA DARIUS LEBIH AMAN." Starla berteriak. Kemudian tangisan bayi terdengar.

"Oh ya ampun, aku belum pernah menghibur bayi yang menangis." Starla meringis.

"Astaga matilah aku." Starla berguman, sementara Orion menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Starla kemudian mencoba menggoyang-goyangkan Darius dalam pangkuannya.

"Kau ini. Harusnya kau berpikir terlebih dulu sebelum berteriak." Orion mengambil alih Darius dalam pelukan Starla. Kemudian membawanya bayi yang menangis itu ke luar.

"Aku akan membawanya berjalan-jalan. Kau lanjutkan saja diskusimu dengan Darren," ucap Orion sebelum benar-benar lenyap dari ruang santai itu.

"Ini, kupikir-pikir sepertinya tulisannya tidak asing. Mungkin cuma firasatku saja," ucap Darren sembari menyerahkan kertas yang baru saja dia ambil pada Starla.

My Lovely Baby sitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang