Hari itu udara sedang tidak bersahabat, angin berhembus semeliwir. Aku menikmati angin pagi nan sejuk di sepanjang jalan. Pikiran ku terus bercokol tentang manusia menyebalkan itu. Jika di ingat kembali , suatu ketidaksengajaan aku bisa mengenal Dito. Mungkin Tuhan memberikan jalan terbaik untuk ku. Agar aku bisa lepas dari laki-laki sebelumnya
Jika di ingat, selama hampir 2 bulan ini aku dekat dengan Dito, bertukar kabar bahkan sering merasa khawatir. Dan selalu bertengkar. Perlahan kita tau sifat asli seseorang ketika kita sudah mengenal orang itu lebih dalam, dan aku mengenal Dito dengan pribadi yang masih terbilang egois, tetapi ia terkadang dewasa
“ neng, udah sampe ” lamunan ku terbuai ketika supir menyadarkan ku “ om nanti gausah jemput ya, aku mau nonton lomba. Bilangin mama juga ” om supir hanya mengacungkan jempol dan pergi
Aku berjalan menuju kelas, melewati koridor kosong biasa tempat Dito dan teman futsalnya nongkrong
‘ kayaknya tu orang belum dateng ’ aku celinguk melihat kanan-kiri, memastikan bahwa Dito belum datang “Pagi salma ” dan aku mendengar suara teman-teman Dito. Setelah aku menengok ternyata memang ada Dito, tetapi ia hanya menunduk, gengsi melihatku
Aku hanya tersenyum tipis, lalu pergi meninggalkan mereka
“ Sal, lo jadi gak ikut? ” lagi-lagi lamunanku terpecah oleh fatya “ jauh ga sih? Gue gak bawa motor juga ”
“ tenang, sama gue. Nanti Nae sama Sefti ” aku menyatukan jari telunjuk dan jari jempol menunjuk hutuf O. Kami berniat pulang ini akan melihat turnamen pertama Dito
‘ hei koala, tunggu aku datang ’ aku hanya berharap perang dingin ini selesai
° ° °
“ Salll itu Dito! ” Nae selalu heboh jika ada acara seperti ini. Padahal aku ingin bersikap seolah-olah aku tidak ada disana, aku takut babak pertama Dito kalah
Aku fokus melihat nya lihai mengoperasikan bola. Beberapa menit kemudian , babak awal Dito menang
Dan ia menghampiri ku “ Sal ” aku hanya tersenyum dan menghampiri nya “ baru babak pertama, masih lama. Semangat ya ” Dito tersenyum sangat manis
“ semangat lah, kan kamu dateng ” Kamu? Pertama kali kalimat itu keluar dari mulut Dito. Kalian pasti merasakan apa yang aku rasakan saat ini
Aku melihat jam tangan, sudah jam 12.00 aku harus pulang. Setidaknya meskipun jarak tempat dan rumah ku dekat, niat ku hanya ingin melihat Dito , memastikan bahwa ia baik-baik saja setelah berhari-hari tidak bertukar kabar “ Dit, gue pulang ya. Semangat gue yakin - ”
“ gue mau lo nemenin gue disini, sampai gue menang ataupun gue kalah hari ini. ” Dito memotong ucapan ku, selalu saja begitu
“ t-tapi gue kan izin nya mau liat lo sebentar ”
“ gapapa, nanti gue yang bakalan anterin lo pulang ”
Tidak berapa lama, aku izin kepada teman-teman ku memberi tahu agar mereka menyampaikan pesan kepada mama. Walaupun aku memegang ponsel tetap saja mama terkadang tidak percaya. Teman-teman ku perlahan menipis, hanya aku dan Dito kala itu. Membuka kembali masalah yang aku kira sudah selesai
“ gue masih ngambek sama lo Sal ”
“ kenapa? Gue salah mulu ih, sebel ”
“ ya lagian. Gue kan ga suka lo deket sama Dino ”
“ gak deket! Gue kan udah bilang Dit ”
“ iya deh. Maaf ya gue salah paham ”
“ never mind. Anggap aja udah berlalu ”
“ Dit, gue belom shalat. Gue pulang dulu ya? ”
“ gausah. Di mushola itu ada mukena bersih ”
“ kok lo tau itu bersih? Lo sholat pake mukena? ”
“ nggak lah ngaco. Uhh lo. untung gue sayang! ”
DEG.
tangan itu berhasil menyentuh permukaan pipi ku
Ntah lah, aku rasa Dito adalah manusia ter nekat di muka bumi ini. “ itu sebagai hadiah dan hukuman ” suara Dito memecahkan lamunan ku
“ hukuman apa dan hadiah apa? ”
“ hukuman karena lo bikin gue cemburu. Dan kalah tebak-tebakan. Dan hadiah .. kalo .. ”
“ kalo apa?! ”
“ Kalo Tuhan udah ngasih anugerah nya ke gue. Dia nemuin gue dengan cewek cantik kayak lo. Dan gue suka itu ” untuk yang kesekian kalinya, Dito kembali membuat diriku terbang ke langit. Ia tidak peduli sedang dimana dia saat ini. Bahkan beberapa teman ku pun turut mengejek ku,karena mereka gemas.
° ° °
Jam sudah menunjukkan pukul 17.00
Sudah dalam babak akhir pertandingan, aku melihat Dito dengan serius. Berdoa dalam hati agar ia menang kali ini
Babak pertama dalam ronde ini tim Dito menang, begitu seterusnya. Hingga pada waktunya ia berhasil mencetak Gol dengan skor 3-2. Betapa bahagia aku saat itu, melihat nya bersujud syukur meskipun hanya lomba antar sekolah. Banyak pemain langsung mencari pasangan/teman mereka. Aku hanya melihat nya dari pinggir lapangan. Ternyata ia menemui ku. Menggenggam tangan ku dan menatap ku tepat pada manik mata. Aku melihat nya dengan tatapan tidak bisa di deskripsikan . Aku bahagia
“ makasih banyak, cantik ” aku hanya tersenyum, ingin rasanya memeluknya saat itu “ Gol tadi gue persembahin buat lo ”
“ gue bakalan abadiin momen ini. Selalu ”
“ yuk pulang takut di cariin mama ” akhirnya sore itu, kami memutuskan untuk pulang ke rumah ku karena memang dekat. Mungkin Dito ingin sekedar shalat atau cuci muka
° ° °
Kami sedang berada di balkon kamar ku, melewati tangga utama. Melihat bintang dan bulan sembari menyusup secangkir cokelat panas. Kami terdiam, terbawa oleh khayalan masing-masing
“ Dit. ” aku memecahkan keheningan
“ apa? ”
“ im feel so happy today! Thanks ” Dito tersenyum, dan menggenggam tanganku “ Sal. Gue pernah minta sama Tuhan, suatu saat nanti gue mau perempuan yang bisa ngerti gua apa adanya ” aku menatap nya dengan penuh tanya dan kembali mendengar ucapanya
“ gue berdoa malam itu.dan gue minta ”
“ minta apa? ”
“ kalo orang itu beneran jodoh gue kelak, gue minta sama Tuhan buat jatuhin hati gue sejatuh-jatuhnya sama orang itu. Dan Tuhan udah beri jawaban. Orang itu adalah lo. Salma ”
Ntah, aku bingung harus berkata apa. Aku terlalu bahagia hari itu. Tuhan, aku minta jangan kau hilangan dengan cepat moment ini. Aku bahagia memiliki Dito,meskipun saat ini aku tahu, akhir cerita tidak seindah hari itu. Tetapi selalu aku syukuri semua yang terjadi baik hari ini, lusa, dan kelak. Ku terima semuanya
° ° °
Hai guys. Im sorry to late update my story
Hope you are like. Dont forget to vote and coment
Enjoyy🌫️
KAMU SEDANG MEMBACA
U S A I
Short StoryAku pernah Patah hati Dan aku berjanji pada diriku sendiri akan menutup saja hati ini agar tidak pernah di kecewakan lagi Namun, sang waktu berkata lain Laki-laki yang baru ku kenal itu berusaha mencoba untuk terus masuk kedalam dengan berbagai car...