2 | Pecel Lele

1.2K 152 51
                                    

"Bude, makasih banyak ya"

Dita berpamitan kepada Budenya dan beberapa saudaranya yang barusan dikunjunginya bersama Rian.

"Sama-sama Dit, lain kali sering-sering main ke sini. Jangan kerja terus"

Dita meringis mendengarkan permintaan Budenya, pasalnya terlalu sulit untuk mengabulkan permintaan itu. Jangankan untuk main ke rumah Budhenya, untuk menghibur dirinya sendiri pun susah. Menjadi seorang pegawai Bank bukanlah pekerjaan yang mudah, selain tanggung  jawab yang besar soal waktu pun menjadi masalah. Datang ke kantor jam tujuh pagi, pulang ke kontrakan jam delapan malam bahkan bisa lebih kalau-kalau Bank sedang hactic. Tapi mau bagaimana lagi, Dita tetep butuh uang.

"Iya Bude, lain kali Dita sering-sering main ke sini" Dita menghibur Budenya dengan kalimat yang Dita pun sendiri tak yakin.

"Kamu juga, main ke sini. Sama-sama orang sana juga, jangan sungkan" tambah Budenya Dita ke Rian, Rian yang merasa di tunjuk dengan ucapan Bude Dita hanya senyum simpul mengiyakan.

"Ya udah Bude, Dita sama Rian pamit. Sekali lagi makasih udah mau repot di titipin ini sama Ibu"

Dita dan Rian menciumi tangan Budee bergantian, lalu keduanya pergi meninggalkan pekarangan rumah menuju mobil yang terparkir di depan pagar.

"Sini" Rian mengambil dus dari tangan Dita. Rian tahu kalau dus yang di peluk perempuan itu cukup berat melihat buku-buku jarinya memutih menahan beratnya beban dus."Kalau berat bilang, jangan sok kuat. Apa susahnya minta tolong"

Dita memicingkan mata ke arah Rian sambil tetap berjalan beriringan menuju mobil, tapi hanya sebentar karena Dita sekarang malah senyum. "Barusan cuma ngetes aja, siapa tau kamu gak peka"

"Dan jawabannya?" Rian berhenti di depan pintu mobil Dita, hendak memasukan dus itu ke dalam jok bagian penumpang.

"Peka kok, peka" Dita menjawab pertanyaan Rian dengan tawa sambil menepuk-nepuk bahunya Rian.

"Bukain, Ta. Berat"

Dita berhenti tertawa dan langsung membuka kunci mobil menggunakan kunci remote otomatis.

"Kemana lagi sekarang?" Tanya Rian setelah keduanya berada di dalam mobil.

"Cari makan yuk? Aku tau kamu lapar Yan"

"Enggak, sok tau"

Dita tadinya mau ngajak Rian makan siang di rumah Budenya karena Dita tau Rian pasti lapar, tapi Dita lebih tau kalau Rian akan menolak ajakannya karena Rian terlalu pemalu. "Ya udah awas aja kalau kamu makan, aku sih sekarang mau makan"

"Aku gak bakalan berhenti ya di rumah makan"

"Hei hei, inget ini mobil siapa?"

"Mobil kamu Ta, tau aku"

"Nah itu kamu tau Yan, jadi kamu harus nurut"

"Kamu harus inget juga yang nyupir siapa?"

"Tapi yang punya mobil aku"

Di sela-sela pertikaiannya dengan Dita, ujung bibir Rian sedikit tertarik keatas. Sangat sedikit. Jangankan Dita serangga yang pun gak akan tau kalau Rian tersenyum. Bukan, bukan hanya senyum yang tersungging di bibirnya, sekarang hatinya pun menghangat.

Ah, sudah lama Rian tidak berdebat seperti ini. Rasanya cukup rindu dengan kegiatannya sekarang ini, tapi apa mau di kata kegiatan keduanya membuat mereka sulit untuk bertemu. Dan walaupun ada waktu baik Dita atau pun Rian, mereka tetap tidak bisa semudah itu bertemu. Apalagi Dita, punya sedikit waktu pasti dia akan menghabiskan waktu senggangnya dengan Ilham. Sekarang pun ke rumah Budenya karena pacarnya-Ilham sedang ada dinas keluar kota. Kalau Ilham ada, mana mungkin dirinya ada di sini sekarang.

Rendezvous | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang