4 | Membandingkan

737 126 68
                                    

Perut Hana sekarang mulai terasa keroncongan minta di isi, padahal sebelumnya perutnya itu sudah dijejali beberapa makanan ringan yang tadi diambilkan oleh Ayu dan Rena. Mungkin cacing di perutnya itu minta makanan berat bukan makanan ringan.

Langkah kaki Hana menuju ke arah buffet di mana banyak jenis makanan tersedia di sana. Pilihan Hana kali ini adalah pasta, air liurnya berproduksi berkali-kali lipat setelah melihat tulisan pasta di atas panci besar.

Piring berisi pasta yang sedang di pegang Hana hampir saja terjatuh ketika seseorang dari arah samping menyenggol lengannya, untung saja Hana sedikit cekatan jadi peristiwa piring pecah tidak sampai terjadi.

"Maaf, maaf. Saya kesandung"

Hana senyum membalas permintaan maaf orang yang menyenggolnya, "ga apa-apa Rian. Mau makan juga?"

Rian mengangguk. Dan inilah untuk pertama kalinya Rian mengobrol dengan Hana secara langsung sambil melihat wajahnya. "Iya, kamu juga?"

"Iya. Saya hampir saja lupa kalau saya belum makan, untung perut saya tadi bunyi" balas Hana sambil menyendoki beberapa buah sausage.

Entah kenapa perkataan Hana di telinga Rian terdengar sedikit lucu. Hampir lupa kalau dirinya belum makan. "Punya riwayat maagh?" Tanya Rian sambil menerima sendok untuk mengambil sausage dari Hana.

"Alhamdulillah enggak, Rian punya?"

"Alhamdulillah enggak juga"

"Iya sih, kalau atlet kayaknya makannya teratur ya Rian?" Hana kembali bertanya, dan kali ini matanya tertuju pada potongan buah-buahan. Tapi dia sedikit kesulitan untuk mengambil dua piring sekaligus di tangannya, belum lagi sekarang dia sudah memegang piring kecil berisi dua macam saos sambal.

"Yah seperti itulah" jawab Rian dan dia menemukan sesuatu di wajah Hana, wajah bingung.

"Kenapa?" Tanya Rian ingin tahu.

"Oh enggak"

Rian kemudian bisa menangkap apa yang terjadi dari pandangan Hana, perempuan di depannya ini ingin mengambil buah-buahan tapi tidak bisa mengambil banyak lagi piring karena kedua tangannya sudah penuh. Rian lantas mengambil piring kosong "saya bantu"

"Eh, ga usah Rian. Biar nanti saya ambil sendiri" tolak Hana dengan sopan, dirinya sedikit malu dan merasa tidak enak kepada Rian.

"Enggak apa-apa, buahnya tinggal dikit lagi nanti keburu habis"

Terpaksa walaupun merasa tidak enak kepada Rian, akhirnya Hana mengambil beberapa potongan buah ke atas piring yang di pegang oleh Rian.

"Sudah? Ada yang mau di ambil lagi?" Tawar Rian dan langsung di respon oleh gelengan kepala dari Hana.

Jangan anggap Rian sedang modus ke Hana. Apa yang dilakukan dirinya itu sebatas membantu saja. Tidak ada niatan lain di balik semuanya, itu semua pure karena Rian ingin membantu sekalipun orang yang di bantunya sekarang itu bukan Hana.

Rian kemudian mengekori Hana untuk mengantarkan piring berisi potongan buah-buahan ke meja di mana Hana tadi duduk bersama teman-temannya.

"Makasih banyak ya Rian, maaf ngerepotin" ucap Hana sungguh-sungguh membuat empat orang yang sudah duduk terlebih dahulu di meja bundar itu kebingungan sekaligus kegirangan karena kedatangan seorang Rian.

"Sama-sama, gak kok gak ngerepotin" balas Rian ramah.

"Hai, Yan. Apa kabar?" Sapa salah satu perempuan yang duduk bergabung dengan Hana.

"Hai, alhamdulillah baik" Rian merespon.

"Masih inget enggak ini siapa?" Tanya perempuan tadi sambil menunjuk dirinya sendiri.

Rendezvous | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang