07 : Blonde Man

7.1K 693 68
                                    

Sialan! Aku benar-benar akan mengembalikan kucing itu ke tokonya lagi.

Kira-kira seperti itu umpatan yang selalu Jungkook ucapkan sedari tadi—semenjak pulang dari kantor—didalam hatinya. Baginya ini sungguh menyebalkan. Jungkook melirik kesal Jiyeon melalui ekor matanya sambil menyetir. Gadis itu tampak risau sekali dan bergumam tidak jelas sambil mengatupkan kedua telapak tangannya didepan dada. Seperti berdoa.

Apa-apaan itu!

"Jungkook, bisa cepat sedikit," pinta Jiyeon dengan nada tersirat akan khawatir.

Sedangkan Jungkook hanya memutar bola mata malas, tetapi tetap mengiyakan permintaan gadis itu. Oh ayolah! Padahal Jiyeon baru saja meninggalkan apartemen lebih kurang dari satu setengah jam. Dan gadis itu seperti orang linglung yang khawatir kepada kucingnya seakan-akan ditinggal berabad-abad.

Mengganggu saja!

Umpatan tidak pernah berhenti Jungkook ucapkan didalam hatinya. Gara-gara kucing sialan itu ciuman mereka terganggu. Saat Jungkook sedang fokusnya mencium Jiyeon untuk menambah semangat; katanya, gadis itu mendadak melepaskan ciuman sepihak dan berkata bahwa ia melupakan Molly. Demi apapun mereka baru saja berciuman sekitar dua puluh menit. Dan gadis itu teringat kucing gemuk di apartemennya.

"Astaga, Molly!" pekiknya kencang.

Jungkook pikir Jiyeon sedang mengingat apa sampai gadis itu terkejut setengah mati, ternyata ia mengingat kucing Persia yang ia berikan kepada Jiyeon waktu itu. Menjengkelkan. Jiyeon bilang ia belum memberi makan Molly dari pagi, dan Jiyeon takut nanti berat badan kucingnya menurun drastis. Astaga, ingin saja Jungkook menghilangkan seluruh kucing di permukaan bumi ini. Jiyeon memberikan perhatian lebih kepada kucingnya dari pada Jungkook.

Padahal ia juga butuh makanan.

Tetapi makanan Jungkook tidak terpenuhi karena Jiyeon melepaskan ciuman mereka. Catat! 'Makanan' yang Jungkook maksud adalah ciuman Jiyeon. Jungkook bilang agar pekerjaannya mudah terselesaikan ia butuh semangat dan makanan lebih, seperti ciuman. Awalnya Jiyeon menolak, tetapi pada akhirnya selalu saja ia akan bertekuk lutut karena paksaan Jungkook, dan akhirnya mereka berciuman panas.

Tidak butuh waktu yang lama, mereka telah sampai di gedung apartemen kediaman Jiyeon. Gadis itu keluar dengan tergesa-gesa dan berlari secepat mungkin tanpa niatan menunggu Jungkook. Pria itu mendengus kasar, sejujurnya ia merasa kesal sekarang. Dan ini bukan main-main. Namun, ia tetap menyusul gadisnya dan melangkah cepat.

Bahkan ia tidak melihat Jiyeon lagi didepannya. Gadis itu benar-benar.

Jungkook berjalan santai menuju apartemen Jiyeon dan menekan password apartemennya. Oh jangan lupakan satu hal. Jungkook juga memaksa gadis itu agar memberi tahu password apartemennya saat pertama kali bertamu disana. Keterlaluan memang, namun untuk berjaga-jaga katanya.

Mata elang tersebut menangkap pemandangan yang sangat menyesakkan dada. Jiyeon memeluk dan mencium kucing sialan itu dengan penuh kasih sayang. Seakan-akan kucing itu adalah anaknya yang paling berharga. Cih! Memang benar, ia akan menyingkirkan Molly nanti. Jungkook bersumpah!

"Oh, Jungkook. Silahkan duduk disana, aku akan membuatkanmu minuman nanti setelah Molly menyelesaikan acara makannya," ujar Jiyeon sambil menunjuk sofa yang tidak jauh disana tanpa menatap Jungkook sedikitpun.

Pria itu memicingkan mata curiga. Sepertinya Jiyeon menghindari tatapannya setelah berciuman tadi, dan ia baru saja menyadari hal tersebut.

Apa gadis itu malu?

Sudut bibirnya terangkat sedikit, lalu berjalan dengan perlahan menghampiri Jiyeon. Ia ikut mendudukkan diri disamping gadisnya yang menundukkan kepala sambil mengusap Molly. Seringaian Jungkook semakin lebar saat netranya tidak sengaja melihat wajah merona Jiyeon.

Obsession or Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang