13 : Warning

6.9K 638 66
                                    

"Jungkook!! Jungkook! Dimana kau?!"

Teriakan Jieun memenuhi seluruh ruangan dikantornya, dan membuat beberapa pasang mata menatap aneh gadis itu. Namun agaknya, Jieun tidak memedulikan tatapan-tatapan karyawan disana karena memang belakangan ini ia sudah terbiasa dengan hal tersebut. Lantas ia tetap berjalan dengan anggun menuju tempat tujuannya—ruangan Jungkook. Tanpa perasaan, gadis itu membuka pintu berwarna dark brown berkilau tersebut dengan kasar dan membantingnya sehingga menimbulkan bunyi yang sangat keras. Bahkan dapat dipastikan jika pintu itu akan mengalami kerusakan.

Matanya meliar meneliti sudut ruangan guna mencari Jungkook, namun yang ia lihat adalah pria berkulit pucat sedang duduk di kursi kebanggaan Jungkook biasanya. Pria pucat itu sedang menatap Jieun dengan tajam karena di kagetkan dengan bunyi pintu yang menggelegar sampai-sampai jantungnya serasa ingin copot. Jieun mengerutkan kening bingung, lantas melangkahkan kaki jenjangnya untuk masuk lebih dalam setelah menutup pintu. Ketukan sepatu high heels beradu dengan lantai menggema membuat pria yang tengah duduk di sana menyeringai remeh dan mendengus melihatnya.

"Dimana sopan santunmu, Nona?" ledeknya dengan aksen dingin seperti biasa. Sebelah alisnya di naikkan setinggi mungkin sehingga terlihat sekali kening pucat itu berkerut. Mata pria itu menatap tajam gadis yang tengah melipat kedua tangannya di depan dada dan berdiri pongah. Dalam hati ia berdecih sinis menilai sikap Jieun yang jauh dari kata sopan.

Sebagai seorang gadis, sikap adalah suatu hal yang paling penting untuk di nilai oleh para pria agar dapat di pandang dengan baik dimata mereka. Secantik apapun diri seorang gadis namun jika memiliki sikap yang buruk, jangan harap dapat di pandang baik oleh kaum lelaki. Jangan pernah. Dan Yoongi bisa menyimpulkan bahwa Jieun tidak termasuk kedalam kategori gadis yang baik. Sangat jauh sekali. Ia sempat terheran-heran kenapa dulu Jungkook mengagumi gadis di depannya ini. Namun syukurlah pria itu sadar dengan cepat berkat petuah-petuah yang ia sampaikan. Bahkan Yoongi rela berbicara seperti orang-orang tua yang hidup di zaman dinosaurus.

Menyebalkan.

Lantas deheman gadis itu yang cukup kerasa membuyarkan semuanya. Tanpa memedulikan pertanyaan sarkas dari pria pucat itu Jieun berbicara dengan nada ketus, "Dimana Jungkook?!" Ia menjeda sesaat seraya tertawa sinting, "Jangan bilang bahwa ia pergi mengurus kisah asmaranya dan meninggalkan pekerjaan yang menumpuk disini."

Yoongi terkekeh kecil ketika mendengar perkataan gadis di depannya seolah-olah ia yang berkuasa disini. Sedetik kemudian ia mendengus terang-terangan, "Kau siapa, Nona? Dia atasan disini dan kau tidak ada hak untuk melarang apapun yang ingin Jungkook lakukan."

Damn.

Sialan.

Jieun membuang mukanya kesal karena ejekan dari pria pucat itu. Benar-benar bermulut tajam. Dia menggigit bibir bawahnya seraya kedua tangannya bertengger manis di pinggang. Sudah diduga. Jungkook pasti lebih mementingkan gadis itu dibanding apapun. Prioritas utamanya. Mendadak rasa mual datang tiba-tiba menyerang. Gadis itu melangkahkan tungkainya menuju sofa yang tidak jauh dari sana.

Yoongi tetap menatap lekat aktivitas gadis itu hingga ia tidak sengaja mendapatkan beberapa bekas luka di punggung tangan putihnya. Seperti luka sayatan yang di sengaja, dan beberapa saat kemudian ia kembali memfokuskan diri kepada lawan bicara yang mengeluarkan suara lagi.

"Sepertinya Jungkook telah di butakan oleh gadis itu, hingga ia melupakan sesuatu yang penting disini. Tidak, bukan itu saja. Bahkan nyaris melupakan segala-galanya." Jieun tertawa lirih seraya memandang kosong kedepan. Ia menelan saliva getir, menundukkan kepala serta meremas kedua tangan yang berada dipangkuannya.

Terjadi keheningan selang beberapa menit karena Yoongi tidak terlalu dekat dengan gadis ini. Dan lagi, ia juga tidak bisa berkomunikasi dengan baik jika bersama seorang gadis. Lantas diam dan mendengarkan adalah opsi yang terbaik untuk sekarang. Namun jauh didalam dirinya, ia mendadak bertanya-tanya sendiri.

Obsession or Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang