Jungkook merasa hidupnya akan berakhir detik ini juga, kala itu juga tatkala seluruh penglihatan menyaksikan kejadian mengerikan terpampang jelas di depan mata. Darah yang tergenang—bagaikan lautan, di tengah gelapnya malam, bunyi klakson kendaraan yang menggema nyaring menghancurkan gendang telinga, beberapa teriakan kepanikan dari orang-orang yang hadir di sana—mengerumuni seorang gadis yang tergeletak mengerikan di tengah jalanan. Detik itu Jungkook merasakan pernapasannya berhenti berfungsi, tubuh kaku lemah tak berdaya saat netra elang tersebut melihat gadis pujaan begitu buruk. Nafasnya menderu seolah oksigen yang tersedia di bumi tidak mencukupi untuk kehidupannya.
Jungkook merasakan itu.
"Isi perutmu, Jeon. Kau seperti gelandangan yang tidak pernah makan berbulan-bulan."
Yoongi memasuki ruangan rawat Jiyeon dengan raut wajah datar. Memandangi Jungkook seakan-akan ingin menelan mentah pemuda Jeon itu yang tidak pernah menyentuh makanan barang seujung kuku pun—semenjak kejadian itu. Duduk berdiam diri bagaikan patung mati tak bernyawa di samping ranjang sang pujaan hati yang belum membuka mata. Sudah lima hari lamanya Jungkook menyiksa dirinya sendiri membuat Yoongi jengah menghadapi pria dewasa itu.
Oh ayolah! Jungkook bukanlah bayi kelinci menggemaskan yang harus di perlakukan dengan manis, bukan?
Pria Jeon itu sudah dewasa dan bisa berpikir matang tentunya. Akan tetapi, Yoongi sepertinya harus menelan bulat-bulat pemikiran dewasa itu untuk Jungkook. Jauh sekali bedanya, Jungkook masih tetap bersikap seperti remaja kekanak-kanakan.
Mendudukkan bokong di sofa kosong tak jauh di sana, Yoongi semerta-merta memusatkan indera penglihatan kepada Jungkook—yang setia mengabaikan kehadirannya, masih berfokus penuh kepada seseorang lain di sana. Seketika pria pucat itu menghela nafas dengan intonasi lumayan kencang, sukses membuat kepala Jungkook berputar sembilan puluh derajat ke arah kiri.
"Jangan kekanakkan, Jeon. Bersikaplah seperti pria dewasa, kau harus belajar untuk itu."
"Tinggalkan aku, Hyung."
Singkat. Padat. Jelas. Tepat sasaran. Dan agak kasar—sebenarnya.
Sebelah alis Yoongi terangkat lumayan tinggi ketika mendengar Jungkook mengusir dirinya secara halus. Kemudian Jungkook kembali menatap sendu si gadis yang terbaring lemah tak menunjukkan pergerakan apapun di ranjang. Sudah lima hari lamanya. Jungkook mulai merasa hidupnya akan suram jika mendapati Jiyeon tidak membuka mata—
Selama-lamanya?!
Menggelengkan kepala keras dengan pemikiran buruk seperti itu. Lantas Jungkook kembali terdiam ketika kepalanya teringat sesuatu. Menoleh kembali menatap Yoongi penuh tanda tanya dalam otak.
"Jimin tahu hal ini, Hyung?!"
Sebenarnya Yoongi sedikit tersentak tatkala ia mendengar nada gusar Jungkook. Menatap khawatir Yoongi dengan kedua bola mata cahaya redup. Tampak lelah dan putus asa dalam kedua netra elang tersebut.
"Kau tidak usah khawatir, pria itu tidak tahu hal ini."
"Bagaimana dengan Lee Jieun dan adiknya?"
Ah! Keluarga Lee, yah.
Yoongi sudah membereskan hama-hama berparas manusia tersebut. Jungkook seharusnya tidak bertanya hal itu dan tetap menaruh kepercayaan penuh kepada Yoongi. Mendekam dalam jeruji besi tidak akan membuat mereka jengah dan berhenti melakukan hal keji, maka opsi terbaik yang Yoongi lakukan adalah melenyapkan salah satunya. Dan membiarkan salah satunya lagi hidup untuk menebus kesalahan. Ditemani rasa penyesalan seluas langit dan bumi mengisi hati, dan kebencian mendalam orang-orang terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession or Love ✓
Fanfiction[DIBUKUKAN; Discontinue] Penuh akan kebingungan. Obsesi. Cinta. Keduanya hampir sama memenuhi segala sudut relung pikiran Jeon Jungkook. Membuatnya dilanda kebimbangan yang mendalam. © 2019 seagulltii Started : 26 Januari, 2019 Finished : 04 Mei, 20...