Happy Reading❤
Jakarta 2019.Aku mengagumimu dari jauh, aku mencintaimu dari jauh walau kita dekat tapi prasaan kita sungguh berbeda.
aku sangat menyukai Agam tapi aku yakin kita tak akan pernah bersatu, Agam itu cowo keren, pintar dan lucu sejak itu aku berfikir apa pantas aku mencintainya.
Saat SMA kelas 10 aku di kenal bahkan di cap sebagai NERD tapi hey! Aku bukan Nerd, aku hanya gadis biasa yang menutupi jati diri dari orang luar, banyak orang yang ingin bergaul bahkan hingga mempercantik diri mereka agar enak di pandang dan tentunya mendapatkan banyak teman..
Tapi aku? Aku ingin mendapatkan teman dan cinta sejati yang menerima ku apa adanya, tidak menilai dari fisik tapi dari hati. Itu tujuanku, cerdik bukan?
Semua ini berawal dari dia,dia adalah satu satunya orang yang ingin berteman dengan ku, sebenarnya bukan teman si hanya dekat saja dan itupun awal kami dekat karna ia selalu mengejekku dengan sebutan cupu, rambut kuncir dua dengan bedak coklat yang ku gunakan untuk menutupi kulit ditambah kacamata bundar bak NERD tentu saja ia memanggilku cupu.
"Woi cupuu pinjem pulpen dong" ujarnya, membuatku mendengus memasang muka kesal tak suka.
"Gakk! Pulpen ku yang kemarin aja belum kamu kembaliin"
"Yaelahh nanti gue kembaliin 10× lipat dehh"
"Awass yaa"
"Iya ah bawel banget"
"Nihh" ujar ku memberikan pulpen biru yang saat itu ku gunakan.
"Nanti balikin jangan di kantonginn" ia tertawa mendengarku sambil memperlihatkan mata menyipit miliknya, sungguh indahh!
"Iya iya nanti gue kembaliin deh kalo gue inget" ucapnya nyegir lalu membalikkan badan menghadap depan.
Diam diam aku tersenyum sambil memperhatikannya serius menerima pelajaran.
***
Waktu pelajaran telah berganti dengan mata pelajaran lain, yakni B.indonesia. Bu Pita memberitahu kami bahwa akan banyak tugas yang harus di selesaikan, karena minggu lalu ia tidak hadir sehingga kelasku banyak ketinggalan pelajaran, Bu Pita ragu membagikan tugas untuk di kerjakan perorangan sehingga kami harus berkelompok agar cepat tuntas. Dan benar saja aku harus berkelompok dengannya, apakah ini takdir atau hanya kebetulan saja? Senang rasanya tapi tak ku utarakan.
"Woi, kita satu kelompok" katanya membalikkan badan sambil menatapku.
"Terus?" lirihku malas."Gue bisa ganggu lo sepuasnya" lagi lagi dia nyegir, emang ya Ga kamu itu lucu.
"Oh" balasku singkat, padat, dan jelas.
"Biasa aja kali, seharusnya lo bersyukur satu kelompok sama gue, lo pikir gue suka sekelompok sama lo?" Ia mungkin kesal di respon seperti itu, jika aku meresponnya jujur nanti aku dikira gak ada harga diri seperti cewe-cewe yang lain, walau didepannya aku terlihat gengsi tapi sungguh aku sangat bahagia.
"Serah kamu" sarkasku
Saat itu aku duduk bersebelahan dengan Agam karna bangku yang kami duduki sangatlah sempit, apa akunya aja ya yang kebesaran. Sampai sampai lengan ku dengan lengan Agam bersentuhan.
Dikalangan siswa SMA ku Agam termaksud dalam deretan cowo Famous dan paling banyak di incar oleh gadis gadis, mungkin di matanya hanya aku yang tak tertarik pada nya.
Kamu salah besar jika mengira aku tak tertarik pada mu Agam.
Tak terlepas dari itu semua, banya cibiran hingga omongan terus berbisik di sekitar kami, bahkan teman kelompokku yang lain tak mau dekat dekat denganku, mereka seperti ilfil dengan ku.
"Ga kok lo mau sih satu bangku sama tu cewe" cibir Bianka si cewe cabe cabean, begitulah pandanganku terhadapnya selalu carper dan tebar pesona.
"Woi cupu gausah sok deh, tu muka biasa aja kali! Gak pernah duduk di deket orang ganteng ya? Ndeso"
Aku memang tak bisa membela diri karna aku sendiri dan mereka banyak bagaimana bisa aku melawannya, aku hanya menunduk lesu menatap novel milikku, sampai saat itu aku merasakan seseorang berbisik di telingaku.
"Cupu lo gak papa?" Ujarnya seketika membuat nafasku berhenti dan jantungku dua kali terpacu lebih cepat, baru kali ini aku mendengarnya dengan suara itu, sangat jarang Agam memperhalus volume suaranya.
"Gak papa udah biasa" ujar ku masih dalam keadaan tertunduk lesu, ia terus memandangku bak kasihan, tatapannya dingin dan tak mau ambil pusing untuk mengurusi masalahku, karena di benaknya lebih baik diam, bukan urusannya.
"lo pada sirik ya? Gak bisa duduk di sebelah Agam, kalo iri bilang jangan berani ngomongin dari belakang bos" itu Rizki. Berteriak nyalang hingga seluruh penghuni kelas mendengarnya. Memberi sedikit bantuan saja sudah sangat berarti, Rizki sangat baik.
"Hah mau nangis ya? Nangis aja, emang lo itu gk punya harga diri, jauh jauh lo dari gue Najis" aku tersentak saat mendapati perkataan itu terlontar begitu saja bak belati menusuk dada hingga terasa sesakit ini. Agam berkata seperti itu, tolong jangan dia...
Bianca mengira Agam ada di pihaknya, dan tentu yang lain memikirkan hal yang sama bodohnya aku mengharapkan belas kasihan kepada pria itu.
"Lo pada dengerin! Mulai saat ini cuma gue yang bisa ganggu si cupu, kalo lo pada ganggu dia izin dulu ke gue." Sekali lagi melemparkan tatapan sarkas lalu meninggalkan ruangan itu, sakit rasanya memikirkan hal itu namun ada satuhal bisa membuatku selalu bisa memaafkannya yaitu dengan ucapanya.
"Gaperlu makasi, gue juga gak suka lo"
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
Agustus 00:00
Teen FictionAgustusku. Agustus itu kamu, kamu dengan miliaran kesabaran, kamu armada maaf tampa batas, tak peduli sebesar apa kesalahanku pada mu Jujur aku mengidap banyak kekurangan sungguh... Dan kamu masih mau saja mengulurkan tangan? Aku mendayuh ringkih ba...