|3 kirana

167 53 27
                                    

Budayakan vote sebelum atau sesudah membaca:)

HAPPY READING❤

Kita sibuk merasa terluka,sampai akhirnya tidak menyadari bahwa kita juga sudah melukai orang lain

~Agam

.
.
.

Saat bel istirahat berbunyi semua murid berhamburan keluar untuk mengisi perut masing masing, terkecuali aku yang sangat jarang kekantin alasanya tentu karna banyak yang tidak menyukai murid NERD sepertiku, tapi yasudah lah sendirian itu menyenangkan tidak ada yang mengganggu.

Lapar? Tentu tidak, aku selalu menyiapkan bekal dari rumah tadi tertata rapi pada ransel abuku, hari ini aku tak berniat memakannya melainkan bekal ini akan ku berikan kepada Agam sebagai tanda terimakasiku untuknya, kalian mungkin berfikir buat apa berterima kasi bukan? Tetapi perkataan tadi cukup berkesan untukku, ia melakukan itu agar mereka berhenti menggagguku walaupun nantinya akan lebih parah gangguan yang ku dapatnya dari cowok itu.

Sambil membawa bekal milikku, aku bertekad untuk menemuinya sambil memberikan bekal ini, baru saja sampai harapan itu musnah di saat aku melihatnya dengan perempuan lain tengah bercanda dan tertawa lepas, hatiku sakit apa ini rasanya cemburu? Menyakitkan, sungguh aku tidak berhak cemburu, akupun menghentikan niatku untuk menemuinya. Aku berlari agar tak duluan di lihat olehnya hingga tiba-tiba.

Brukk

"Aww" aku tersandung sesuatu lalu terjatuh, perih rasanya...

Bekalkuu...

Kotak makanku terjatuh hingga berhamburan di lantai, benar benar tak tau diri seseorang yang sengaja menyandung kaki ku.

"Ishh siapa siiih kurang aj-"

"Kurang ajar?" Cepat laki laki itu menyela memotong kalimatku yang baru saja terlontarkan.

Aku sangat kesal sampai merutuki, memaki orang itu. hingga saat itu mengangkat kepala mendongak dengan sebal.

Memincingkan mata sembari menautkan alis, mataku melebar saat baru saja mengetahui sosok itu. Agam

"Kamu kenapa sih?!"

"Gue? Lo yang kenapa"

"Maksudnya?"

"Bego. Lo ngapain tadi ngeliatin gue, abis itu main pergi aja" ia nyolot, aku sempat heran.

"Gak ada cuma gak mau lewat situ" tatapannya kembali datar lalu ia menunjuk isi bekal telah tumpah mengenai kakinya, aku hanya diam menatap makanan berharga ku dengan pedih terbuang sangat mubazir.

"Bersihin, diem aja lo"

"Dih situ yang sandung saya"

"Itu hukumanlo tiba-tiba muncul pas gue mau nembak kakel"

"Lah urusan sama aku apa?"

"Ya dia kira lo ada apa-apa sama gue, amit amit"

"Gue benci lo Ga!"

Bugh..

Arghh

Kesal dengannya aku menghantam perut laki-laki itu kuat dengan sikutku, ia meringis. Aku merasa puas dapat membalas.

"Sakit anjirr"

Argh..

Aku ber'oh ria tampa menatapnya, rasakan itu..
Ia menunduk memejamkan mata lalu..

Langsung memegangi samping perutnya terasa sakit. Masih dengan dikap tak peduli karna ku kira itu hanya sandiwara belaka.

Agam terus menutupi perutnya hingga netraku mendapati noda merah menempel pada tangan kekarnya, ia mendesis kesakitan merasa tak mampu lagi menahannya untuk saat ini.

"Darahh!"

"Cepat. Aku anter ke uks" panik setengah mati aku berusaha meraihnya, menarik lengannya erat namun sepertinya tenaga miliknya lebih besar untuk menahan.

"Gak usah" sangat keras kepala, tak sampai situ aku terus menerus membujuknya ke uks tapi ia selalu menepis uluranku dan berusaha mengatakan ini hanya sakit perut biasa nanti juga sembuh.

"Ga, perut kamu berdarahh gabisa gitu, nanti makin parah" aku panik sangat panik hingga kalang kabut mencari pertolongan belum lagi membujuknya, ia sepertinya tak mampu berjalan, Agam meringkuk menutupi perutnya.

"Gausah sok peduli!" Itulah Agam. Jika kalian ingin tau ia memiliki rasa gengsi cukup besar, keras kepala pula.

"Pleasee satu kali saja Ga!" Ia terus penepis tanganku lalu acuh tak peduli namun Agam terus kesakitan hingga berdiri tegap saja  tak mampu.

"Gue takut darahh!" ia menoleh menatapku dalam kebisuan- hening...
Kakiku gemetar mati lemas, terus saja mencoba menutupi wajah dengan telapak tangan, Agam bingung hingga iapun panik.

"Eh eh yaudah ayo" akhirnya Agam mengiyakan permintaanku. Menutup perutnya dengan rapat menghilangkan noda merah itu dari tatapanku, aku mulai membuka mata kemudian memberikan bahuku untuk menopang tubuh kekarnya. Terasa berat namun aku akan berusaha semampuku untuk membantunya.

"Bahu lo mungil banget"

"Mau di tolongin gak!"

"Maaf" ia mencoba tersenyum lalu meringis kembali.





TBC!

*Aku tau ceritanya rada gajelas😅

Jangan lupa vote and comen ya

Agustus 00:00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang