Sebelum lanjut membaca, aku mau ngingetin ni buat kalian, jangan lupa vote and comen ya saat sesudah maupun sebelum membaca:)
Happy Reading❤
"Maafin gue" Agam berucap ragu-ragu dengan tetap masih menundukkan kepala tak mau menatapku, entah ini kali keberapa ia mengucapkan kata itu lagi lama-lama aku bosan mendengarnya.
"untuk?" Aku tau arah lembicaraannya, aku sengaja bertanya agar lelaki itu agar menyadari kesalahannya, walaupun memang ia tak salah.. aku yang salah terlalu mengharapkan belas kasihan darinya.
"Tadi," ia mulai mengangkat wajahnya lalu menatapku lekat.
"Gue tau seharusnya gue nolongin lo" Agam bingung ingin memulai dari mana untuk menjelaskan, sesekali ia menggaruk tengkuknya walau tak terasa gatal.
"Ga aku tau kok kamu punya alasan tersendiri untuk itu, akupun sadar bukan cewe yang pantas di hormati, dan kamupun gak perlu nolongin aku karna nanti kamu bakal malu nolongin cewe nerd sepertiku," aku berucap sambil berusaha tersenyum, senyum tulus berasal dari hati.
"Aku cewe gak tau diri, aku udah terbiasa kok di giniin sama orang Ga, jadi kamu gak perlu merasa bersalah" rasanya air mataku akan terjatuh tapi aku harus menahannya sekuat mungkin agar tak mengalir keluar. Tatap saja mataku basah entah mengapa semua ini sedikit demi sedikit membuatku lelah, aku tak boleh putuh asa karna aku tipikal orang yang tidak mudah menyerah dengan apapun.
"Kalo sedih ya nangis jangan sok di tahan" Lelaki tersebut masih menatapku yang terus menggigit bibirnya karna menahan tangis, sudah biasa sebenarnya aku seperti ini, hatiku lemah hanya karna melihatnya.
"Emm makasih, mending kamu yang perlakuin aku seperti tadi bukan Bianca-"
"Agam woi! Ngapain lo? Kencan?" Sorak Agis teman Agam, ia lalu menghampiri kami berdua, Agam yang tengah serius kini kelabakan di buatnya.
"Kalo mau kencan pilih cewe yang cakeppan napa"
"Apaansi lo, gue cuma peringetin ni cewe jangan macem-macem" balas Agam agar Agis tak curiga, lalu tatapannya beralih kepadaku tengah memperhatikan mereka berdua.
"Udah gak usah di perpanjang, iya gue tau lo itu cewe ga tau diri, nerd, dan kampungan iya kan?" Tatapan Lelaku itu berubah sinis.
"Udadeh gue males berurusan sama lo, cupu!"
"Balik kelas kuy" Agis menepuk pundak Agam sekejap, kemudian ia berlalu meninggalkanku sendirian, perasaan bersalah menjalar pada hati lelaki itu karna perkataannya tadi, andaikan Agis tidak menghampiri mungkin masalah tadi akan terselesaikan, tapi ini malah membuat masalah ini bertambambah rumit baginya.
***
Aku kini tengah melamun sambil mengotak atik ponsel milikku sesekali melihat teman temannya tengah bermain kartu dengan asyik, tapi tatapanku tertuju pada seorang lelaki yang membuatku merasa ahh entahlah..
Jujur aku membenci ucapan yang kerap kali keluar dari bibir cowo itu, kenapa aku bisa menyukai spesies seperti itu?, saat ini aku memang membencinya tapi esok? Perasaan itu akan hilang seperti angin lalu.
"Woi! Cupu, mau ikutan main truth or dare gak?" Sorak salah satu teman kelasku.
"Eh ngapain lo ngajak dia?" Bisik Agis padanya
"Biar ada jadi bahan bullyan aja" Agispun terkekeh mengiyakan.
Aku diam saja, tak membalasnya karna ia tahu pasti aku akan menjadi sasaran olokkan teman kelasku.
"Gak, kalian aja yang main" kataku menolak halus lalu memasang earphone milikku sambik memutar lagu yang berjudul CAMO-RYAN BEATTY enta sejak kapan aku menyukai lagu ringan itu.
"Cihh sok jual mahal! Sini ikutan lo kalo gak gue kasi pelajaran!" Tegas Bianca, namun tak ku hiraukan, hingga saat itu ia mencabut earphoneku lalu membuangnya ke lantai.
"Ikut gak"
"Kok maksa sih?"
"Serah gue dong" Bianca kesal mendengar ucapanku yang di kiranya sok jual mahal, tampa fikir panjang Bianca pun segera menyerret tubuhku untuk ikut bermain bersama mereka.
"Gue gak mau ikutan Bi, jangan maksa dong" Aku berusaha membela diri dan menghentikan Bianca, namun tenaga Bianca cukup banyak sehingga dalam satu tarikanpun aku terhempas olehnya.
"Aww" Ringisku saat mendapati kepalaku terbentur dengan papan tulis putih, jadinya mau tak mau harus mengiyakan permintaan mereka.
Tak berselang lama permainanpun di mulai dengan Rizki memutar sebuah pulpen miliknya, arah ujung pulpen itu mengarah kepada Lila.
"Truth or dare?!" Rizki bertanya kepada Lila
"Dare" balas gadis itu.
"Gue yang ngasi tantanngan" kini Kayle yang bersuara, Lila hanya mengiyakan, sambil memohon semoga tantangannya yang di berikan Kayle tidak yang aneh aneh.
"Tantangannya lo harus ajak mantan terindah buat antar jemput lo selama 3 hari berturut turut"
"Hm... yaudadeh, " setelah berfikir sejenak gadis itu mengarah jari telunjuknya kepada lelaki yang pernah menjadi pacarnya itu.
"Agam"
"Gue?"
"Iya lo"
"Cieee" seluruh penghuni kelas meneriaki mereka yang kini bersestatus mantan pacar, dulu Agam memang pernah berpacaran dengan Lila saat mereka masih kelas 10 tapi hubungan mereka harus berakhir dengan cepat karna Lila memutuskan pindah sekolah, tapi satu tahun kemudian ia kembali lagi bersekolah di SMA Pattimura alasanya karna Ayahnya kembali ke Jakarta.
"Idih, ogah"
"Kalo nolak kita balikan." Lila begitu berambisi untuk membuat Agam kembali padanya ia masih memiliki rasa walau hanya sepihak, itulah salah satu alasannya juga, tidak dapat move on, padahal Lila terkenal sering memainkan perasaan cowok, saat ia bersama Agam ia selingkuh secara terang-terangan kepada cowok lain, padahal saat itu Agam benar-benar menyayanginya.
"Lah gabisa gitu dong enak aja lo!"
"Aelah terima ae Ga, toh juga cuma tantangan" Rizki mencoba meyakinkan
"Oke gue mau," Lila tersenyum sumringah mendengar Agam langsung mengiyakannya.
"Tapi dengan satu syarat"
"Syarat apa lagi sih Ga"
"Syaratnya lo harus neraktirin gue makan di kantin tiga hari berturut turut, sama si cupu. Gimana?" Aku yang sedari tadi mendengar pertengkaran kecil mereka langsung menatap nanar lelaki bertubuh jenjang itu.
"Ya bisa aja, tapi emang harus sama si kuman itu? Iihh"
"Lo nolak? Gue juga nolak"
"Ya.. yaudah"
"DILL"
Tbc!!!
Bye bye di part selanjutnyaa
Annyeong👐
KAMU SEDANG MEMBACA
Agustus 00:00
Подростковая литератураAgustusku. Agustus itu kamu, kamu dengan miliaran kesabaran, kamu armada maaf tampa batas, tak peduli sebesar apa kesalahanku pada mu Jujur aku mengidap banyak kekurangan sungguh... Dan kamu masih mau saja mengulurkan tangan? Aku mendayuh ringkih ba...