|11 kirana

70 8 0
                                    

                 Happy Reading

Kami menjadi pusat perhatian sejak berjalan di koridor sekolah. Tatapan dari para siswa itu beragam, ada yang memandang rendah, berbisik bisik hingga mengunjing. Aku berusaha untuk tak acuh dan mempercepat langkah.

Raka. Laki laki itu merasa sedikit aneh dengan suasana itu, ahh tentu dia siswa baru tak tahu menahu. Tadi setelah waktu istirahan tiba Raka memaksaku untuk mengantarnya menuju kantin sekalian makan bersama. Aku yang berfikir Raka belum memiliki teman hanya mengiyakan permintaan lelaki itu.

toh tak ada salahnya.

Merasa atmosfer berbeda sembari mengecek sekitar, perasaannya berkata ada yang salah namun apa? Apakah karena kami jalan bersama? Entahlah. Tidak mau berfikir terlalu keras Raka menyenggol bahuku membuatku tersentak kemudian menatap netra legam miliknya, mengangkat sebelah alis mengartikan pertanyaan.

"Apa?"

"Lo ngerasa ada yang aneh gak si?" Aku berdehem canggung, tidak terlalu biasa akrab dengan orang baru walaupun Raka sekalipun.

"Gak tuh b aja," Raka mengeryit masih memperhatikan sekitar kemudian menatapku menuntut penjelasan.

"Raka....mending lo pergi sendiri bisa gak?"

"Ha?"

"Gue gak niat ke kantin."

"Lahh lo mau gue nyasar?"

"Emmm mending makan di kelas aja,"

"Gue bawa bekal soalnya, sayang gak di makan" aku berusaha membujuk laki laki itu, namun Raka tetap menggeleng sangat keras kepala sama seperti Agam.

"Ihh kok si cupu bisa sama dia sih?!"

"Ga tau tuh, pake pelet apa dia"

Dua orang gadis tengah berdiri di depat loker tersebut nampak berbisi kecil. Seorang nampak mendengarkan, seorang lagi nampak ikut menjunjing dengan ekor mata melirik tak suka.

Aku hanya bisa menunduk berniat meninggalkan tempat tersebut. Mencoba menulikan pendengaran lalu berbalik ingin menjalan secepat mungkin menuju kelas. Tapi gerakanku terhenti merasakan sesuatu, berbalik dan menatap Raka lekat.

Rupanya Raka mencengkram kuat pergelangan tanganku sampai sangat sulit rasanya untuk ku lepaskan. Tidak akan bisa karena Raka memiliki banyak tenaga untuk menahanku, jika laki laki itu menarik lengannya sedikitpun aku pasti akan terhempas ke dalam pelukannya, segitu kuatnya lelaki ini.

"Jangan. Dengerin" titahnya menekan kalimat, Raka berusaha meyakinkanku seolah mengetahui jika saat ini aku adalah korban bully dari beberapa siswa.

Segera laki laki itu menarik, membawaku menyamai langkahnya. Berjalan secepat mungkin menuju kantin ia merasa muak dengan keadaan sekitar.

Namun tidak semudah itu. Baru saja berjalan kecil, Raka menghentikan langkahnya rupanya kami di hadang oleh seorang siswa membuat Raka mengertakkan giginya menatap lawannya saat ini walaupun begitu Raka masih terlihat santai memandang orang itu. Aku tidak dapat melihat siapa itu karena tubuh Raka menjulang tinggi menutupi, saat ia berhenti tadi kepalaku terdantuk dengan tubuh jenjangnya
Untung saja pelan sehingga tidak terasa sakit.

"Minggir," ujarnya setenang mungkin.

"Gue gak mau nyari ribut" lanjutnya

"Gue juga, gak niat." Walaupun berada di belakang aku masih dapat mendengar perdebatan kecil itu, dan suara itu seperti-

"Yaudah minggir" Raka mendorong tubuh sang lawan kasar, kemudian menatapnya rendah.

"Gue bisa minggir, gaperlu dorong- dorong" merasa tak terima dengan perlakuan Raka lelaki itu malah balik mendorong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Agustus 00:00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang