Jujur aku cemburu saat kamu ngobrol dengan perempuan lain, tapi aku siapa?
~Amanda Kirana
"Hai Ga," sapa gadis itu menepuk punggung pria yang tengah duduk santai bersama teman temannya, ia hanya menoleh lalu mengabaikan sapaan gadis itu acuh.
"Ga.. ish Agam" kesal tak di respon sama sekali, gadis itu mencoba menarik- narik kaos pria tersebut membuatnya menatap gadis itu tajam.
"Apaan si lo!" Agam pun ikut kesal dengan tingkah kekanak- kanakan Lila.
"Nanti jadi anterin aku pulang ya?"
"Pulang aja sendiri, bukan muhrim" gadis itu hanya mendengus kesal, dare yang awalnya di harapkannya akan berjalan lancar justrus berbanding terbalik dengan keinginannya, Agam memang orang yang keras kepala tak mau di atur oleh siapapun.
"Kok kamu gitu si, kita kan masih pacaran Gam"
"Udah putus kali! Lo nya aja yang masi ngarep" Agam benar benar risih dengan gadis itu, ia mau Lila berhenti berharap dan mengganggu ketenangannya.
"Segitu gasukanya ya kamu sama aku?"
"Iya, bahkan lebih, lo tu ya cewe tapi ga punya harga diri, mending lo cari cowo lain masi banyak" jika Agam tidak bersikap seperti ini gadis itu akan terus- terusan mengganggunya, jadi jangan heran jika Agam sering mengeluarkan omongan pedasnya.
Lila hanya diam, perkataan laki laki itu membuatnya sesak, tapi ia tak peduli, bagaimanapun juga ia harus bisa mendapatkan hati lelaki itu.
"cowo itu harus nepatin janjinya kalo lo terus kaya gini ya dare itu gak bakal selesai, lo juga mau kan cepat jauh dari gue, dan gak ada yang ganggu lo lagi? Toh juga ini cuma tantangan bukan apa apa, mau ya?"
Perkataan Lila memang ada benarnya juga, jika di fikir- fikir makin lama Agam menunda dare ini maka semakin lama pula Lila akan menganggunya bisa-bisa Agam stres terus di hadapkan dengan Lila, ia pun heran bagaimana dulu ia bisa menyukai gadis seperti itu, memikirkannya saja membuat otakknya panas.
"Ya nanti gue anterin lo, tapi cuma nganterin sampe rumah gak pergi ke mall segala"
"Ternyata kamu masih inget ya pas kita pacaran terus pulang bareng pasti aku bakal ke mall dulu," tampa fikir panjang Agam langsung meninggalkan tempat tersebut, ia jenuh karna Lila selalu mengungkit masa lalu mereka, biarlah masa lalu itu berlalu jangan di ingat- ingat kembali.
"Ehh Agam kamu mau kemana"
"Males dengerin omonggan gajelas lo"
****
Aku baru saja selesai menyapu kelas, tinggal mengepelnya saja, ini sudah tugasku karna jadwal piket harusdi laksanakan pagi dan sepulang sekolah.
"Na, udah bel, lo gak pulang?" Tanya Rizki melihatnku di ambang pintu sambil melipat kedua tangan lalu bersandar dekat pintu, entah sejak kapan anak itu memperhatikanku.
"Bentar lagi ki, bentar lagi juga beres"
"Sini gue bantu, lo lambat banget" Rizki meraih kain pel pada genggamanku lalu mulai mengepel dari sudut ke sudut kelas, aku merasa tak enak melihatnya melalukan itu, Rizki sangat baik... aku bersyukur dapat bertemu dengannya ia berbeda dari kebanyakan anak lain, Rizki terus tekun mengepel lantai sedangkan aku membantunya menumpahkan sedikit cairan pel pada lantai.
"Agam.. kapan pulangnyaa" teriak Lila di ujung lorong kelas XI ipa
"Gue ambil tas dulu"
"Aku temenin ya!" Saat Agam berjalan masuk ke kelasnya ia melihat ku dan Rizki tengah membersihkan kelas sambil sesekali Rizki mengeluarkan lolucon membuatku tertawa, terlihat akrab.
"Eh Ga, lo gak pulang?" Sapa Rizki saat menyadari keberadaan Agam.
"Lo sendiri?"
"Oh gue, lagi bantu ni anak bersihin kelas, abisnya lemot banget si, gregetan gue" Rizki berucap sambil nyengir, sedangkan aku hanya diam saja menatap Agam dengan seksama.
"Kamu kok lama banget si" Lila berdiri di ambang pintu menunggu Agam sambil memasang muka kesal.
"Maafin aku ya" Agam mengacak rambut Lila dengan gemas hingga membuatnya terkejud lalu tersipu malu, aneh rasanya melihat sikap Agam seperti ini. Tapi ini jauh lebih baik daripada pemuda itu mengatakan hal yang terus menyakitinya.
"Yaudah yuk aku anter kamu pulang" usai mengambil ransel miliknya ia langsung menggenggam tangan gadis itu untuk mengantarnya pulang.
"Gaa, ini aku gak mimpi kann?!"
"Mimpi? Siapa bilang, eh Ki gue pulang duluan ya" Lila berusaha percaya dengan Agam karna bisa susah payah sampai tahap ini, di mana ia bisa melihat cowok itu dekat sekaligus memberikan perhatian kepadanya.
Saat dua orang itu pergi Rizki masih mematung di tempat tak percaya, kami saling pandang sejenak.
"Eh itu beneran mereka? Parah si jadian kali ya"
"Haha iya" ujarku walau hatiku terasa perih.
***
"Yang, sebelum kerumah anter aku jalan- jalan bentar ya" Lila berucap dengan masih menggenggam tangan Agam, sebuah kerutan terbentuk di dahi pria itu, kemudian ia segera melepaskan genggaman Lila kasar.
"Yang yang palalu peang! gue cuma anterin lo sampe rumah gak ada jalan jalan"
"Iihh kok kamu gitu si, tadi sikapnya manis banget ke aku, lah sekarang jadi judes, aneh kamu Ga"
"Lo yang aneh, udah syukur gue mau anterin masih aja ngeyel, mau apa enggak ni?"
"Iya aku mau" gadis itu sebal dengan sikap Agam, yang awalnya membuatnya pangling kini malah kesal.
Usai membersihkan kelas, aku berencana pulang menaiki angkot seperti biasanya, awalnya Rizki menawariku tumpangan tapi ku tolak sopan karna tak mau merepotkan.
Sambil memperhatikan sekeliling, mataku terpaku pada dua orang yang tengah bertengkar, aku merasa aneh dengan kejadian tadi, entahlah aku tak mau memikirkan hal itu karna tak berhak tau urusan orang.
Aku berjalan santai tampa mau ketahuan saat melewati gerbang sekolah namun suara itu meghentikan langkahku sejenak
"Woi cupu!"
Wisnu Januar Rangga
Tbc!
Setelah sekian lama gak update akhirnya aku update nih, gapapa ya walaupun cuma sedikit^^
Oh ya untuk kalian jangan lupa jaga kesehatan, jangan keluar rumah, dan selalu cuci tangan
Terus vote and comen ceritaku ya! And buat yang udah vote gomawoo
Bye bye di chapter berikutnya
Annyeong👐
KAMU SEDANG MEMBACA
Agustus 00:00
Teen FictionAgustusku. Agustus itu kamu, kamu dengan miliaran kesabaran, kamu armada maaf tampa batas, tak peduli sebesar apa kesalahanku pada mu Jujur aku mengidap banyak kekurangan sungguh... Dan kamu masih mau saja mengulurkan tangan? Aku mendayuh ringkih ba...