Happy Reading♡
"Mamaa aku pulangg!" Aku membuka pintu rumah berukuran tinggi itu lebar-lebar dengan gestur terlihat malas. Aku merasa lelah sekali hari ini. Ingin rasanya beristirahan membuang penat untuk sementara waktu.
Setelah kejadian tadi Agam memberi tumpangan berniat mengantarku pulang namun ku tolak secara halus, sudah cukup merepotkannya hari ini.... jangan lagi.
"Loh kok pulang sekarang? Cepet banget" Kak Deva yang tengah duduk di ruang tamu membaca buku sambil menyeruput teh hangat menatapku lamat.
"Serah gue dong" dengusku walau sangat malas meladeni kakakku ini
"Dih bolos yaa?! Bilangin mama nih" tidak memperdulikan perkataannya aku melengos masuk ke dalam sembari menyeret ranselku bukan menentengnya di pundak. Namun sepertinya tidak semudah itu, Kak Deva berteriak memanggil mama dari arah luar.
Karena mendengar keributan di ruang tengah, wanita paruh baya itu bergegas menghampiri dengan langkah tergopoh gopoh dari arah dalam.
"Kiranaa kamu abis ngapain astagaa! Abis berantem ya kamuu?!" Mama berteriak melihat penampilanku yang tidak karuan, baju lusuh, kotor, banyak perban di mana-mana sampai bercakan darah menempel pada baju putih polosku. Tentu siapapun orang tua akan mengkhawatirkan anaknya, namun bagiku reaksi itu berlebihan
Akupun merotasikan bola mata malas."Widihh keren!" Kak Deva kembali menyahut, aku menatapnya kesal. Menyebalkan...
😒 kurang lebih seperti inilah ekspresiku kala itu.
"Ma aku lelah, ingin istirahan" pintaku kepada mama, bukan waktunya untuk menjelaskan sekarang. Aku sangat tidak ingin membahasnya kemudian berlalu begitu saja meninggalkan ruang tamu dan suasana disana.
"Jangan lupa nanti lukanya dibersihin" Mama menyahutku khawatir setengah mati namun mengerti, saat hati seorang ibu melihat anaknya seperti ini ia sedikit memahami, nanti saja jika sudah baikkan baru membahasnya kembali.
~oOo~
Tok tok tok
Terdengar ketukan dari luar kamar dengan refleks aku mencoba bangun mendudukkan tubuh menyandarkannya pada tembok dinding kamar. Rasanya tidak cukup kuat untuk bisa bergerak sedikitpun, badanku masih terasa nyeri.
"Masuk"
Akh..
Desisku pelan masih mencoba bergerak.
Cklek
Pintu terbuka menampakkan pria berbadan tegap dengan kaos hitam dan training miliknya melenggang masuk. Kak Deva mengambil tempat disisi ranjang menatap luka-lukaku nanar sembari meringis ngilu.
"Gimana? Udah diobatin gak?" Aku tersenyum tipis, meanggukkan kepala singkat.
"Udah disekolah"
"Perbannya udah di ganti? Lukanya masih bedarah? Masih sakit gak? Ko bisa sih? Heran gue" kembali, aku mendengus malas dibuatnya.
"Cerewet banget kek ibu ibu"
"Dih" hening kemudian, masih dengan keadaan yang sama kak Deva bengong terpaku pada luka-lukaku sesekali ia mengernyit heran merasa ngilu seperti tidak pernah melihat orang terluka. Aku menghela nafas jengah karnanya seperti tidak ada kerjaan saja.
"Kampungan banget sih kak, gapernah liat orang luka ya?" Aku mencibir, Kak Deva berdecak sebal.
"Dek"
"Hm"
"Kalo ada masalahtu cerita,"
"Siapa tau kakak gabisa bantu" Kak Deva nyengir tampa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agustus 00:00
Teen FictionAgustusku. Agustus itu kamu, kamu dengan miliaran kesabaran, kamu armada maaf tampa batas, tak peduli sebesar apa kesalahanku pada mu Jujur aku mengidap banyak kekurangan sungguh... Dan kamu masih mau saja mengulurkan tangan? Aku mendayuh ringkih ba...