2

3K 473 46
                                    

Dejun mempertahankan wajah cemberutnya sampai hari itu berakhir.

"Baiklah kau menang. Aku akan membelikan apapun yang kau mau." Hendery tidak tahan dengan suasana hening saat perjalanan pulang seperti ini. Karena biasanya mereka akan sangat ribut menceritakan apapun, atau saling melempar ejekan juga lelucon, atau Dejun akan menggerakkan jarinya di punggung Hendery seperti menulis seuatu.

Tapi kali ini Dejun bahkan menjaga jarak, dan Hendery melihat bocah itu melipat tangannya.

"Tidak ada." Dejun menggeleng. Moodnya benar-benar hancur.

Lalu ia melihat sebuah gerobak crepes di taman tempat ia dan Hendery biasa menghabiskan hari minggu.

"Aku mau itu." Dejun menunjuk sebuah dray berwarna pink-tosca dekat pintu masuk taman yang hampir mereka lewati.

"Apa?" Hendery tidak fokus antara menatap jalan juga apa yang di tunjuk sahabatnya.

"Ituuuuuu, aku mau Crepes." Ingatkan Hendery kalau sahabatnya ini berusia sama dengannya. Ia hampir saja mengigit pipi dalamnya sendiri melihat mata kucing Dejun berbinar melihat dray crepes itu.

Hedery menepikan motornya, secepat kilat Dejun berlari ke arah dray itu.

"Aku mau strawbbery cheese dan banana nutela ukuran besar."

"Tapi aku tidak suka pisang." Hendery menyambar saat sudah sampai di sisinya.

"Dua-duanya untukku." Dejun menatap sengit Hendery.

"Dia yang bayar yah." Dejun menepuk bahu Hendery sebagai penanggung jawab pembayaran dua crepesnya lalu berjalan ke kursi taman dekat sana.

Saat hendery duduk ia melihat Dejun tidak memakan crepesnya sedikitpun, hanya memegang keduanya.

"Kenapa?"

"Kau pegang ini." Dejun menyerahkan crepes banana cheesenya pada Hendery acuh.

"Boleh ku makan ini?"

"Tidak." Gantian Hendery yang cemberut.

"Kau ini kenapa jahat sekali sih padaku?"

"Kau duluan yang jahat padaku."

"Begini caramu memperlakukan sahabatmu sendiri saat ia akan ke Macau selama dua minggu?"

"Oh iya, kapan kau pergi?" Dejun menoleh menatap Hendery.

Hendery tertawa.

"Apa?" –Orang ini kenapa sih, di tanya malah tertawa?

"Ada selai di hidungmu." Sebelum Dejun menggerakkan tangannya. Hendery lebih dulu menghapus selai merah muda itu dari hidung bangirnya, tak lupa menjawil hidung itu.

"Aku pergi akhir minggu ini." Hendery menjilat selai di ibu jarinya sambil menjawab.

"Berati rencana kita batal main game seharian." Dejun menatap cepesnya sedih.

"Begitulah. Kau harus jadi anak baik selama aku pergi, ingat itu." Hendery mengacak rambut Dejun membuat crepes di tangannya sendiri hampir terjatuh.

"Lepaskan! Memangnya aku anak kecil apa. Pergi saja, kalau perlu tidak usah kembali."

"Benarkah? Nanti kau rindu padaku."

"Tidak akan." Dejun mengalihkan pandanganya karena Hendery berjarak begitu dekat.

"Uuuuuuuuu."

-Padahal jawabannya tentu saja iya.

................

Di minggu pertama Hendery pergi ke Macau untuk Study banding Daejun benar-benar merasa kosong.

Ia seperti kehilangan semangat hidupnya. Isi playlistnya beruah menjadi lagu-lagu bertempo lamban juga beberapa lagu favoritnya dan Hendery.

Tugasnya tidak pernah sempurnya, ia jadi lebih sering melamun dan makan roti coklat di kursi taman sekolah. Menatap ke arah lapangan basket yang juga terasa sangan kurang tanpa satu orang itu.

Hasil fotonya banyak yang tidak fokus, latihan paduan suaranya tidak bertenaga. Dan banyak lagi.

Hari itu, Dejun tengah menghabiskan sisa istirahatnya di perpustakaan sesuatu yang biasanya ia lakukan mendekati ujuan, itupun dengan Hendery

Ugh, Hendery lagi.

Ia berjalan menyusuri deretan buku matematika, mencari buku rumus yang biasa ia gunakan, cukup lama sampai Dejun menemukan buku itu di deretan rak ke tujuh.

"Ah, sialan siapa yang menaruhnya tinggi sekali 'sih." Biasanya Hendery akan mengejeknya dulu baru membantunya mengambilkan sesuatu itu, tapi Hendery kan tidak ada.

Lalu sebuah tangan terjulur dari arah belakangnya, mengambil buku itu. Daejun berbalik mengerjapkan matanya saat orang itu memberika buku yang ia inginkan itu.

"Terima kasih

–Lucas. "

BESTFRIEND || HenXiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang