9

1.9K 368 41
                                    

Dua hari berikutnya.......

Dejun merasa hampir gila. Hendery benar-benar menghilang dari hidupnya setelah hari itu, pria itu bahkan tidak terlihat di manapun kecuali di kelas.

mereka satu kelas, juga seharusnya teman sebangku.

Tapi setelah kejadian itu Hendery menukar tempat duduknya dengan Renjun. Bocah itu terlihat biasa saja, tapi aura di sekitarnya lebih dingin dari biasanya.

Hubungannya dengan Lucas tidak bisa di bilang baik juga akhir-akhir ini. Pria jangkung itu banyak membatalkan kencan mereka dengan banyak alasan.

Dejun ingin sekali mengajak Hendery saat itu tapi ia urungkan mengingat sahabatnya masih marah padanya.

"Kau tidak terlihat bersama Dejun akhir-akhir ini, kenapa?" Dejun sempat mendengan pertanyaa Mark saat ia berjalan keluar kelas menuju kantin.

"Tidak apa, aku hanya sedang ingin menyediri." Hendery mengatakan itu sembari memandang bahu ringkih yang selalu ingin ia jaga sepanjang hidupnya.

tapi Dejun tidak tahu itu.

mereka hanya sahabat kecil, yang sudah sangat tahu satu sama lain melebihi apapun.

............

Akhirnya setelah sekian minggu kencannya selalu gagal karena Lucas sibuk dengan berbagai urusanya, mereka mendapatkan waktu berdua.

Senyum Dejun tidak berhenti merekah sejak ia di jemput satu jam lalu hingga mereka berhenti di sebuah kedai es krim.

"Kau yang pesan yah, aku akan mencari tempat duduk." Dejun mengangguk, Lucas memberikan kartunya lalu pergi mencari tempat duduk.

"Satu vanila Crispy dan satu Chocolate mint ukuran sedang 'yah." Selama menungu Es krimnya selesai di buat pikiran Dejung melanglang buana ke tempat antah berantah, mengingat Hendery dan sikapnya.

Dejun sadar jika ia salah, ia tidak seharusnya membentak sahabatnya sekeras itu. Mungkin Hendery hanya khawati dan entahlah, Dejun tidak tahu artian lain selain itu.

pesanannya selesai, dengan senyum yang tidak luntur sama sekali ia membawa dua cup sedan itu ke tempat Lucas duduk.

Namun senyumnya menghilang, saat netra cantiknya melihat orang lain duduk dengan bergelayut manja di lengan kekasihnya.

Dejun tahu siapa gadis itu.

Kim Yerim.

Dejun melanjutkan langkahnya mendekat.

TAKK!!

Ia meletakkan kedua cup itu dengan penuh penekanan, tersenyum ramah namun mengejek dua orang di depannya.

"Selamat menikmati pesananya tuan nona." Dejun menatap keduanya yang terkejut, terutama Lucas yang terlihat seperti tertangkap basah.

Dejun pergi, tanpa berkata apapun ia pergi meninggalkan bajingan itu.

Hendery benar, seharusnya ia percaya apa yang di bilang sahabatanya itu, seharunya ia tidak menelan mentah-mentah bualan Lucas yang merayunya saat menjelaskan siapa gadis yang ia jemput itu.

Dejun berlari entah kemana, sampai ia sadar langkahnya terhenti di sebauh taman yang tak asing. Taman yan selalu ia dan Hendery datang setiap akhir pekan.

dan sekarang akhir pekan.

Dejun menatap sekeliling mencari tempat Hendery berada, ia yakin Pria tinggi bersuara dingin namun sangat lembut ketika bersamanya itu ada di sini. Ia menoleh sedikit ke tempat ia masuk dan melihat Lucas mengejar lewat ekor matanya.

Dejun berlari, dengan air mata menumpuk di pelupuknya hingga rasanya ingin meldak. Hanya satu tempat, di deretan pohon kesemek ketiga, di satu-satunya pohon yang bertuliskan namanya dan Juga Hendery saat mereka masih junior High school.

Ketemu.

Pria itu sedang menengadahkan kepalanya matanya terpejam. Beruntung Hendery berdiri menghadapnya saat ini. Maka ketika jarak mereka sudah dekat. Dejun menelusupkan kedua tangannya di antara pinggang Hendery dan menenggelamkan kepalanya di dada pria itu.

"Kau? Ada apa?"

"Diam, tetap seperti ini dulu. Ku mohon." Dejun mulai menangis, bahu kecilnya bergetar walau suaranya tidak terdengan. Hendery melepaskan kedua tangannya dari saku mantel, memeluk sahabatnya itu dan mengusap kepala Dejun dengan tangan kirinya.

Lucas datang.

"Jadi benar, kalian bukan hanya sebatas sahabat." Seringai meremehkan terpati di wajah Lucas melihat Hendery memeluk Kekasihnya.

"Kau seharusnya malu, Kedua tanganku ini masih sangat baik untuk tidak menghancurkan hidupmu...... Juga keluargamu." Sorot tajam itu mengarah pada Lucas yan tidak terlihat takut sama sekali.

"Memangnya kau siapa?"

"Aku Huang Guanheng." Lucas Mundur selangkah saat mendengar nama itu. Kalau Hendery adalah Huang Guanheng maka pria itu adalah tuan muda penerus tempat ayahnya bekerja.

Tanpa berkata apapun Lucas pergi dari sana.

"Kau tidak seharusnya bilang begitu." Dejun berkata dengan suar parau dalam pelukan Hendery.

"Jika tidak begitu ia tidak akan pergi." Hendery menangkup wajah sahabatnya sampai Dejun mendongak lalu menciumi seluruh wajah dengan mata sembab itu.

"Hentikah Hendery." Dejun memejamkan matanya dan menggeleng menghindari ciuman itu.

"Tidak akan." Hendery melanjutkannya. mencium kedua mata indah yang selalu jadi favoritnya itu, kedua tulang pipi Dejun, Hidungnya, Dagu lancipnya, Dan berakhir di bibir tipis yang selalu membuatnya penasaran bagaimana rasanya.

Tenyata manis.

Dejun terkejut, sudah pasti. Ia mengerarkan genggamannya di kedua pergelangan Hendery saat sahabatnya menciumnya dalam, seperti menyesap semua bagian bibirnya sebelum berhenti dan menjauhkan wajahnya.

"Kau tidak marah padaku?"

"Apa ciuman itu tidak menjelaskan apapun?" Suara lembut itu kembali, Dejun mau tidak mau merasa lega.

"Itu tidak menjelaskan apapun, kecuali perasaanmu."

"Yang kau juga sudah tau sejak dulu." SenyumHendery merekah saat Xiaojunya terkekeh, mereka kembali berpelukan, di bawahpohon kesemek musim gugur dengan ukiran nama mereka yang masih jelas di sana.

BESTFRIEND || HenXiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang