6

1.9K 377 50
                                    

Tidak lama, sungguh sama sekali bukan waktu yang lama untuk Hendery merasa semakin geram pada tingkah laku Lucas yang di lihatnya belakangan hari yang semakin menjadi.

Dejun tidak pernah tahu atau mungkin tidak ingin tahu tentang perangai buruk Lucas yang seharusnya Hendery ucapkan sebagai peringatan.

Sahabatnya itu menutup mata dan telinganya tentang hal-hal buruk yang kekasihnya lakukan dengan terus tersenyum seperti anak innocent yang tidak tahu apapun tiap kali bersama Lucas.

“Hei Dude, ada apa dengan wajahmu? Kau terlihat semakin membenciku akhir-akhir ini?” Lucas mengambil handuk kecil dari tasnya, saat ini mereka ada di sisi lapangan setelah satu set latihan rutin mereka sore ini.

Hendery tidak menjawab, atau bisa di bilang mencoba mengabaikan keberadaan Lucas agar ia tidak melayangkan tinjunya pada pria jangkung itu.

“Kau tahu, sahabatmu itu membosankan. Dia tidak pernah mau ku cium, kami hanya terus kencan di tempat-tempat membosankan. Kalau saja ia tidak terus jual mahal, pria manis sepertinya sudah pasti berakhir di ranjangku.”

Hendery menggertakkan rahangnya hampir menggeram keras, tapi ia ingat masih banyak seniornya di sekeliling mereka.

“Apa kau pernah mencobanya? Atau kau tahu bagaimana temanmu itu berhenti jual mahal padaku?” Sudah cukup!! Satu kepalan tinju telak menghantam wajah Lucas. Hendery sudah tidak peduli tentang berapa banyak senior di sana dan seberapa berat hukumannya karena berkelahi saat latihan.

“Damn, APA MASALAHMU!?” Lucas menyeka sudut bibirnya yang berdarah ia, tersungkur karena pukulan keras Hendery.

“Aku tidak peduli berapa banyak jalang yang kau tiduri. Tapi ku peringatkan, jangan pernah mengotori sahabatku dengan kelakuan menjijikanmu itu!” Hendery menarik tasnya dan pergi dari tempat itu.

Tidak ada satupun, siapapun yang boleh melukai Dejun selama Hendery masih ada. Seluruh anggota tim sebenarnya masih harus menghadiri briefing mengenai kekurangan latihan tadi.Hendery mengabaikan hal itu, kepalanya sudah sangat panas selama latihan melawan Lucas.

Saat Hendery melajukan motornya di jalan, ia melihat Dejun di halte dekat sekolah. Duduk seperti menunggu seseorang, beberapa kali menghela nafas karena bosan. Pada awalnya Hendery ingin mendekat menawarkan tumpangan. tapi ia sadar, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mencampuri urusan Dejun jika memang sepertinya bocah itu terlihat baik-baik saja. Alhasih ia melewati pria manis bermata indah itu pulang ke apartemennya sendiri.

Selama perjalanan pulang bahkan sampai dua jam berlalu, di tambah hujan deras yang baru saja berhenti Hendery merasakan firasat aneh terus mengganggunya. Ia sudah melakukan semuanya untuk mengalihkan firasat itu, mengerjakan pr, menonton tv, bahkan ia selesai membereskan kamarnya yang sebenarnya tidak berantakan tapi bayangan Dejun duduk di halte selama hujan deras menghantui jelas di depan matanya.

“Persetan.” Hendery akhirnya meraih jaket dan kunci motornya keluar. Memastika sesuatu yang ia harap kali ini salah.

Sebelum itu Hendery pergi ke mini market mengambil beberapa kaleng minuman asal, mungkin bisa menjadi alasan.

Wilayah lokasi dari apartemennya menuju minimarket itu memutar jalan dan tidak melewati halte sekolah mereka saat menuju ke sana, dan Hendery melewati jalan utama hanya untuk memastika.

Betapa sangat inginnya ia menghancurkan Lucas detik itu juga saat matanya memastika apa yang ia lihat. Dejun masih di sana duduk mengusap kedua tangannya kedinginan, tubuh mungilnya menggigil. Tentu saja, sekarang pun hujan masih gerimis dan sahabatnya masih di sana menunggu bajingan yang sudah pantas mati di tangan Hendery.

BESTFRIEND || HenXiaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang