Tersenyum dengan Luka

275 14 0
                                    

Aku kecewa entah karna aku yang menyimpan rasa atau dia yang tidak peduli

***

ANDINI

Setelah mrmbereskan barang-barang om alan aku kembali lagi ke kamar, ku kira dia akan mengatakan lagi kata-kata yang dia ucapkan waktu di air terjun nyatanya tidak.

Mungkin ini juga salahku yang terlalu cepat terpesona dengan dia, mungkin aku terlalu ke geeran karna dia begitu perhatian padaku, aku tidak mengerti bagai mana bisa hatiku sesesak ini ketika dia mengelak dengan apa yang dia katakan

"Sepertinya aku suka kamu"

Kata-kata itu terus terngiang di kepalaku sampai-sampai aku tidak bisa tidur semalaman dan menangis karna dia akan pulang, jika saja aku punya keberanian aku akan bilang aku suka dia, terlihat murahan memang tapi jika seperti ini sakit rasanya.

Om alan sedang bercengkrama dengan ibu mungkin dia pamitan atau apalah aku tidak peduli, aku hanya takut, takut kalau dia tidak akan kembali.

Aku tidak tau kapan rasa ini muncul, tapi yang jelas ketika ada dia aku merasa lebih hidup, kemarin aku sering melihat dia sedang memperhatikanku entah hanya perasaanku saja atau memang benar adanya, dan itu sukses membuatku berdebar.

Pintu kamar di ketuk dan aku bangkit dari kasur untuk membukanya, ada ibu di balik pintu, ibu bilang om alan sudah akan pulang.

Aku berjalan keruang tengah menghampiri om alan.

"Andini kamu sehat-sehat ya disini, nurut sama ibu juga ya,jangan nakal" ucapnya menasihatiku.

"Apasih aku bukan anak kecil" kataku pura" kesal.

Dia tersenyum lalu mengelus kepalaku lembut membuatku terpejam dan rasanta ingin menagis saja, berat rasanya ketika dia harus pergi.

"Kamu memang bukan anak kecil, tapi masih seperti anak kecil" dia tersenyum.

"Saya harus pulang, kamu harus janji sama saya kamu harus sehat oke?" Lanjutnya lagi.

"Iya aku janji akan selalu sehat" aku tersenyum walau sebenaranya aku ingin menangis, sikap lembutnya ini yang membuatku jatuh hati padanya.

Ku harap ini bukan hal yang salah, aku menyukai dia sedalam ini.

"Ya udah kalau gitu saya pulang ya, ini untuk kamu" dia menyerahkan kotak yang berukuran sedang kepadaku.

"Ini apa??" Kataku padanya

"Itu kenang-kenangan untuk kamu" dia tersenyum.

Aku dan ibu mengantar om alan sampai luar rumah ibu begitu berat ketika om alan harus pulang, begitupun aku sangat berat.

"Nak sering-sring main ke sini ya, maafkan ibu selama ini merepotkan kamu"

"Iya saya pasti sering main ke sini bu, gak ada yang perlu di maafkan, saya banyak-banyak makasih sama ibu karna sudah menganggap saya seperti keluarga"

"Ya udah saya berangkat ya, Assalamu'alaikum" lanjutnya.

"Waalaikum salam" dia masuk kemobil lalu melesat pergi.

Setelah selesai acara nangis-nangis tidak jelas ini karna kepergian dia aku memutuskan untuk membuka bingkisan yang dia kasih kepadaku, isinya sebuah note tebal lalu ada surat darinya, aku tidak tau kapan dia menyiapkan ini.

Andini ini untuk kamu, saya dengar kamu gemar menulis maka dari itu saya berikan ini untuk kamu, kamu bisa menumpahkan segala perasaan kamu dalam buku ini tanpa takut orang lain mengetahuinya, jangan khawatir dia pandai menjaga rahasia haha..

Oh ya jika suatu saat kita bertemu lagi ku harap kamu tidak menyebutku om lagi itu benar-benar menyebalkan

Aku tertawa membaca bagian ini dia selalu mengatakan dia belum terlalu tua jadi jangan panggil dia om katanya.

Oh ya an aku harap kali ini kamu harus lebih nurut pada ibumu, dia begitu sayang padamu, apapun yang dia lakukan itu yang terbaik buat kamu.

Tangan saya pegal sepertinya menulis ini terlalu panjang ya haha

Aku pasti akan menemui kalian lagi

Ya sudah sudah dulu ya an. Suratnya tak perlu di balas.

Jaga kesehatan ya selalu.

Surat ini akan ku simpan sampai dia datang lagi dan aku akan menantikan itu.

♡♡♡

Ini adalah bulan ketiga dia pergi dan belum ada kabar apapun lagi, aku khawatir tentu saja, rasa suka ku terhadapnya sampai saat ini belum juga surut, semakin hari malah semakin menjadi membuatku semakin sesak.

Aku kesal padanya dia bahkan tidak sama sekali meninggalkan nomor ponelnya di sini, atau sekedar meminta nomor pinsel ibu pun dia tidak.

Ya Allah aku rindu dia, aku sadar ini salah, Jatuh cinta tanpa ikatan adalah hal yang paling menyakitkan, apalagi jika cinta ini tidak terbalas tentunya sangat menyakitkan.

"Bu jalan-jalan yuk ke jakarta, bosen di bogor terus" bohong nyatanya aku tidak pernah bosan di bogor hanya saja aku sedang ingin melihat si dia yang berada di jakarta.

"Aduh an jangan sekarang-sekarang ya kamu kan tau bulan-bulan ini ibu sibuk ngurusin perkebunan teh"

Iya bulan-bulan ini ibu memang sibuk, ibu di percaya oleh seseorang untuk mengelola perkebunan teh, hal ini membuat keluarga kami menjadi lebih berkecukupan, ibu menyuruhku untuk kuliah, tentu saja aku senang tapi ibu menginginkan aku kuliah di sekitaran bogor sedangkan aku ingin kuliah di jakarta, jadi dengan terpaksa aku memunda duly niat untuk kuliah itu.

♡♡♡

Ah ini sedah bulan ke 4 belum juga ada kabar tentang dia rasanya rindu ini begitu menusuk.

Ku buka lembar" kertas di Note yang pernah dia kasih ku baca lagi satu persatu tanpa sadar air mataku berjatuhan, aku bingung kenapa bisa aku se lemah ini.

~♡♡♡~

Jaga dirimu baik-baik
Rindu itu datang bagai masalah tanpa solusi

~♡♡♡~

Hidup terkadang rumit untuk di jalani
Dan
Terlalu berat untuk melangkah

~♡♡♡~

Kadang orang yang kita cintai memang di ciptakan untuk di lupakan

Tapi itu berat

~♡♡♡~

Aku kecewa karna dia begitu berpengaruh buatku sedangkan aku tidak berpengaruh untuknya

Love SecenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang