Chapter 4

9.9K 477 204
                                    

Ini chapter 4, silakan dinikmati

------------

Sedikit namun pasti, Yaya mulai terbiasa dengan kehidupan pernikahannya. Ia mulai sadar bahwa Boboiboy adalah suaminya dan dirinya adalah istrinya. Dan akhirnya ia tahu, bagaimana Boboiboy selama ini berjuang untuk hidup di bawah pandangan aneh orang-orang dan penolakan dari keluarganya sendiri.

Jadi, Yaya sudah bertekad untuk memberinya dukungan.

"Baru bangun jam segini? Dasar kebo!"

Seandainya saja, kembaran suaminya yang satu ini lebih mudah untuk diajak damai.

"Memangnya kenapa?" Yaya menggerutu. Ia tertidur setelah salat subuh dan baru bangun jam 6 lewat. Ini kan hari Sabtu, weekend! Boboiboy saja libur dari perkerjaannya.

"Buruan ganti baju, kita keluar sekarang," perintah Halilintar dengan tegas.

Yaya mengerjap bingung. "Lho, memangnya kita mau kemana?" tanyanya.

Ia memandang Halilintar yang sudah mengenakan kaus ditambah jaket dan juga celana training.

"Kita olahraga ke luar," jawab Halilintar.

Yaya masih kebingungan. Namun, ia memutuskan untuk menurut saja, jadi ia kembali masuk ke dalam kamar, memakai kaus lengan panjang, kerudung langsung pakai dan celana training.

"Kenapa tiba-tiba banget?" tanya Yaya. Halilintar tengah memakai sepatu tali.

"Semuanya sepakat untuk menghabiskan waktu seharian ini sama kamu dan aku kena jatah pertama, ayo buruan," kata Halilintar lagi.

Yaya memakai sepatu miliknya sambil kebingungan.

Menghabiskan waktu seharian dengannya?

Itu artinya, kencan?

IoI

"Jadi ini yang namanya Car Free Day ...," Yaya takjub dengan jalan raya yang biasanya penuh dengan kendaraan bermotor kini penuh dengan orang-orang yang berolahraga. Ia tak menyangka, jalan tepat di depan apartemennya termasuk dalam bagian Car Free Day setiap weekend.

Namun, seakan tidak mendengar perkataannya, Halilintar sudah lari jauh dari sisinya. Yaya berusaha mengejarnya dengan wajah cemberut.

Padahal ia masih deg-degan dengan ciuman semalam, lalu ingat kalau yang menciumnya itu Air.

Tapi, memangnya Halilintar tidak ikut merasakan sesuatu? Apa ia masih tidak terima dengan pernikahan mereka?

"Ha- Boboiboy tunggu!" seru Yaya. Ia tidak terbiasa berlari cepat, sudah lama ia tidak olahraga dan sekarang perutnya terasa sakit karena mencoba untuk mengejar suaminya yang melesat jauh di depannya.

Yaya berhenti berlari dan memegangi perutnya yang terasa kram. Mungkin Halilintar sendiri terpaksa menemaninya karena semua saudara kembarnya sudah sepakat. Memikirkan hal itu, membuat Yaya sedih dan berdiam sendiri di tengah kerumunan banyak orang yang berolahraga.

"Dasar payah."

Ia mendongak dan terkejut melihat Halilintar di depannya. Ia pikir, orang ini sudah melesat meninggalkannya.

Tanpa banyak bicara, Halilintar menarik lengan Yaya dan membawanya ke pinggir jalan di tempat yang lebih sepi.

"Makanya pemanasan dulu yang bener," tegurnya dengan wajah kesal.

"Aku mana tahu, kan kamu yang tiba-tiba langsung lari gitu," omel Yaya balik.

Yaya cemberut memandang orang-orang yang lalu lalang di depannya. Banyak yang berolahraga, ada juga pedagang-pedagang kaki lima yang mencari rezeki, membuka banyak lapak mulai dari makanan hingga pakaian.

Love The Way You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang