Terima kasih para reviewer. Ada yang nanya kapan fanfic ini bakal tamat? Yah, jawabannya aku juga nggak tau. Untuk fanfic kayak gini, aku nggak merencanakan 'sampe chapter sekian' gitu. Selama aku masih ada ide, ya kemungkinan bisa lanjut terus ...
Terus, ada yang minta aku update fanfic lain di review fanfic ini. Bukannya nggak mau, cuma banyak alasan kenapa aku nggak update fanfic lain. Bisa karena mood hilang, atau lagi mentok. Sabar aja
Chapter ini adalah chapter GempaxYaya, silahkan dinikmati
---------------
Berbagi tubuh dengan orang lain, mungkin adalah pengalaman paling langka di dunia ini. Gempa tidak tahu apakah ada orang lain yang mengalami hal yang sama dengannya atau tidak, atau sebenarnya orang yang berkepribadian ganda itu sama seperti dirinya. Entahlah, tapi bagian yang paling tidak ia suka dari berbagi tubuh ini ...
Ia bisa mendengar dengan jelas bagaimana kembarannya yang lain membicarakan dirinya.
Tentu ia mendengar dengan jelas, bagaimana Air dan Yaya mengobrol soal perubahan yang dialami setiap kembaran sejak mereka menikah. Dan bagaimana Air mengatakan dengan jelas kalau Gempa itu selalu tegang dan tidak bisa rileks, dan bagaimana Yaya menambahkan kalau Gempa itu selalu menjaga diri dan berhati-hati.
Sadar tidak sih mereka berdua kalau Gempa bisa mendengar semua itu secara langsung?
Gempa tidak tahu bagaimana reaksi kembaran yang lain dibicarakan oleh Air dan Yaya tapi, bagi Gempa itu seperti disiram air dingin.
Benarkah?
Benarkah ia seperti itu?
Gempa sendiri tidak sadar. Menurut pendapatnya, ia sudah cukup rileks di depan Yaya. Ia bahkan bisa menggunakan kata-kata non-formal bersamanya, menciumnya sekali bahkan menangis di pangkuannya sekali. Seperti itu masih dibilang belum rileks dan selalu tegang?
Ia pikir, seharusnya Halilintar yang seperti itu, karena dari pengamatan Gempa sendiri, Halilintar masih kaku dan menjaga jarak dengan Yaya. Meski memang perlahan kembaran yang satu itu menunjukkan kalau ia peduli pada Yaya.
Gempa menutup map berisi berkas di meja kantornya dan mendesah pelan. Mungkin, mungkin Air ada benarnya. Entahlah, Air biasanya punya daya pengamatan yang bagus, Gempa akui itu. Kalau Air mengatakan Gempa itu tidak bisa rileks dan selalu tegang mungkin benar. Apalagi, Yaya juga tampaknya sependapat.
Masalahnya, Gempa harus berbuat apa sekarang?
Ia bukan Taufan yang bisa langsung mencium Yaya setiap hari. Ia bukan Api yang manja dan haus perhatian Yaya. Ia bukan Air yang entah kenapa bisa berkomunikasi dengan Yaya sedangkan kemampuan bersosialisasinya hampir nol.
Gempa bukan kembarannya. Kalau ditanya, apakah ia mau lebih dekat dengan Yaya? Sudah pasti, jawabannya, ya dia mau.
Tapi, bagaimana caranya?
Gempa bersyukur meski berbagi tubuh, setidaknya mereka semua tidak berbagi pikiran. Kalau semua kembarannya tahu apa yang sedang dirisaukannya sekarang, ia yakin Taufan akan menertawakannya, Halilintar akan mengernyit padanya dan memandangnya seperti orang bodoh, Api tidak mengerti dan Air akan bersimpati padanya.
Perhatian Gempa terpecah saat ia ia mendengar handphone-nya berdering. Kalau berdering saat ia ada di kantor, berarti ada panggilan dari luar kantor mengingat ruang kantornya punya koneksi telepon tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love The Way You Are
Fanfiction[BOBOIBOY FANFICTION] Author (true/asli): Dark Calamity of Princess Rate: T Language: Indonesian Genre: Romance & Drama Publish: May 1, 2015 Character: [BoBoiBoy, Yaya/Hanna] Summary: AU, romance, BoboiboyxYaya. Hidup Yaya berubah menjadi sinetron p...