Chapter 9

6.6K 383 74
                                    

Ok, pertama TaufanxYaya dulu ya. Setiap orang yang baca fanfic-ku (Dark Calamity of Princess) yang ada Taufan-nya hampir semuanya nggak ada yang ngeh, kalau di balik sifat jahilnya, Taufan itu ada sesuatu. He is a deep character. Karakternya tuh dalem banget sebenernya

Maka, selamat dinikmati

---------------

Setiap manusia memiliki sisi yang berbeda-beda. Sisi saat berhadapan dengan orang tua, dengan teman, dengan orang asing hingga dengan suami.

Kadang, butuh seumur hidup untuk melihat sisi seseorang.

Apalagi sisi lima orang?

Karena itu, mungkin Yaya tahu ia salah, tapi ia tidak bisa menahan diri, refleks!

"Aduh, Yaya... kamu kok selalu aja mukul aku?"

Yaya sebenarnya ingin menyalahkan Taufan. Siapa suruh ia duduk di samping tempat tidurnya ketika Yaya bangun? Entah kenapa, kalau sadar Taufan yang sedang mengambil alih, tubuh Yaya jadi jauh lebih waspada dari biasanya.

"Habis kamunya juga sih...," Yaya tidak ingin disalahkan, tapi Taufan hanya mendengkus. Setidaknya, Yaya lega karena suaminya itu tidak tampak marah.

Sang suami mengelus-elus pipinya, yang agak memerah karena kena pukul Yaya.

"Sebagai gantinya, aku minta peluk dong, sebelum berangkat kerja."

Yaya mengerjapkan mata, sementara dengan senyuman lebar, Taufan sudah merentangkan kedua tangannya.

Tumben ...

"Ya udah...," kata Yaya dengan pipi sedikit merah. Taufan memeluknya, menyandarkan kepalanya di bahu Yaya. Sementara sang istri sedikit bertanya-tanya. Taufan biasanya selalu minta cium, bukan peluk. Ada apa sebenarnya?

"Kamu kenapa? Baik-baik aja?" tanya Yaya jadi khawatir. Taufan memundurkan dirinya dan tersenyum pada Yaya.

"Nggak ada apa-apa kok," jawabnya. Sang istri agak ragu, namun Taufan merundukkan wajahnya dan mengecup lembut bibir Yaya.

Hanya sekejap sebelum ia mundur kembali.

"Hari ini ... kamu bisa tunggu aku sampai pulang?" tanya Taufan, jemarinya menyingkirkan poni rambut Yaya yang menghalangi matanya.

Yaya mengangguk dengan alis mengernyit namun Taufan segera memajang senyuman lebar.

"Nah, aku berangkat dulu ya," katanya segera bangkit dari tempat tidur Yaya.

"Eh, kamu udah sarapan?" tanya Yaya cepat, ia baru sadar kalau ia bangun kesiangan dan Taufan sudah rapi dengan jasnya.

"Udah kok," jawab Taufan, berjalan keluar dari kamar Yaya sementara sang istri membuntuti dari belakang.

"Kamu beneran nggak apa-apa?" tanya Yaya lagi. Sikap Taufan terlalu aneh pagi ini. Ia tahu pasti ada sesuatu yang tidak beres, tapi sayangnya suaminya ini tidak mau jujur padanya.

"Iya...," jawab Taufan dengan lirih.

"Aku berangkat ya, asssalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Yaya hanya memandang pintu yang tertutup dengan perasaan bingung. Ia tidak tahu ada apa dengan Taufan, tapi ia berharap suaminya baik-baik saja.

IoI

Yaya memandang kamar suaminya dengan lurus. Ia sudah menetapkan hati, mulai dari hari ini ia akan membersihkan kamar ini. Ia sudah bertanya pada Gempa dan yang lainnya, mereka sama sekali tidak keberatan. Hanya saja, sampai kemarin Yaya masih merasa sungkan.

Love The Way You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang