Chapter 8

7.1K 375 85
                                    

Chapter ini tercipta karena aku sadar kalau ApixYaya itu yang terbawah dari pairing favorit para reader. Sebagai writer tentu aja aku suka semua pairing di sini tanpa kecuali jadi aku nulis chapter ini karena kasihan sama Api *elus-elus Api

Oh ya, sebagai writer aku juga jarang banget respons pertanyaan di review. Maaf ya, karena terlalu banyak aku jadi nggak bisa merespons satu-satu. Biasanya, semua pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab seiring dengan cerita berjalan, jadi sabar aja.

Enjoy this chapter

---------------

Beberapa orang terlahir di dunia sebagai seorang yang freak control, diartikan sebagai orang yang ingin memegang kendali atas semua situasi yang terjadi di sekitarnya. Tapi, pada dasarnya manusia memang harus memegang kontrol tertentu dalam kehidupan mereka sendiri.

Terutama yang punya kondisi khusus.

Yaya tahu, suaminya adalah seseorang yang hampir bisa dikategorikan sebagai freak control (dan itu bagus mengingat jabatannya di perusahaan yang memegang kontrol bawahannya). Sampai sekarang, Yaya tidak bisa menebak waktu kapan suaminya akan berganti kontrol diri, sepertinya ia bisa bertanya kalau mau namun Yaya lebih memilih untuk menebaknya sendiri.

Tapi, meski terlihat random dan sulit ditebak, tampaknya Boboiboy punya kontrol tertentu untuk menetapkan siapa yang keluar pada jam berapa setiap harinya. Mengingat mereka berlima dalam satu tubuh, Yaya masih bingung bagaimana ia membagi waktu 24 jam setiap harinya selama ini. Tapi, untungnya sampai sekarang semuanya masih baik-baik saja.

"Pagi, Yaya!"

Suara yang ceria dan kekanakan itu membangunkannya. Yaya mengerjapkan matanya dan melihat Api tersenyum lebar di dekat tempat tidurnya. Sebenarnya Yaya sudah bangun dari tadi, tapi hanya terus berbaring sambil memikirkan banyak hal.

"Kamu udah baikan?" tanya Api, kali ini lebih terdengar khawatir. Yaya tersenyum tipis, perutnya masih agak berdenyut tapi ini bukan apa-apa.

"Nggak apa-apa," jawab Yaya. Api mengangguk, Yaya kemudian menoleh ke jam dinding dan bingung melihat Api masih pakai baju bebas, belum bersiap ke kantor.

"Kamu nggak kerja?" tanya Yaya lagi.

Api menggeleng. "Libur."

Yaya mengernyitkan dahi, sebenarnya tidak percaya. Terakhir ia cek, hari ini bukan tanggal merah dan mengingat bagaimana kemarin ia sakit sampai tidak bisa berjalan, Yaya menebak semua kembaran suaminya sepakat untuk tidak masuk kerja hari ini untuk menjaganya. Memikirkan hal itu membuat Yaya jadi tersenyum sendiri.

"Aku baik-baik aja. Jangan bolos hanya karena aku haid," tegur Yaya. Bukannya ia tidak suka perhatian suaminya, tapi Boboiboy punya tanggung jawab di perusahaannya. Sang istri tak mau mengganggu pekerjaan suaminya. Toh cuma sakit nyeri haid tidak akan membunuhnya.

"Nggak apa-apa, capek kerja terus," tepis Api. Yaya memutar matanya, tahu kalau percuma saja mencoba berdebat dengan Api. Logikanya seperti anak kecil, susah untuk diberi pengertian.

Mungkin itu sebabnya mereka semua sepakat Api muncul di pagi hari untuk menyapanya? Yaya jadi bertanya-tanya, apa semua kembaran suaminya itu punya semacam trik siapa yang harus keluar pada saat-saat tertentu untuk menghadapi Yaya agar dapat melakukan sesuai apa yang mereka inginkan.

"Kalau gitu aku bikin sarapan dulu," Yaya hendak bangun dari tempat tidur, namun Api segera menahannya.

"Jangan, biar aku yang siapin. Kamu kan baru sakit kemarin, semuanya khawatir banget," jelas Api lagi.

Love The Way You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang