Delapan

1.1K 42 1
                                    

5 September 2014

Rana

Sesampainya dilapangan, gue menghampiri teman-teman gue.

"cie Rena, lo tadi bicara sama siapa dipinggir lapangan?"Tanya Rizka dengan tampang menggodanya

"aduh, lo ngomong apaan sih Riz, gue cuman sapa dia aja. Habisnya bikin penasaran sih. Kenapa dia duduk sendiri."kataku cuek

"bukannya yang lo temenin tadi itu kak Bian yah? Kak Bian Abrega. Kakak kelas XI Ipa 1 kan?"Tanya Manda. Dan disertai anggukan gue

"kata orang-orang sih kak Bian itu orangnya dingin. Dia juga biasa ngirit ngomong. Apalagi sama cewek yang tidak terlalu dia kenal"kata Manda

"masa sih? Tadi kak Bian bicara panjang sama gue, dia juga kadang-kadang ketawa"kataku dan saat itu juga teman-temanku menatapku dengan kaget dan tajam

"serius lo Ren? Kok bisa? Emang tadi lo ngomong apa? Kenapa dia ketawa?"Tanya Nanda dengan cepat.

"aduh Nan, jangan kebanyakan nanyanya. Rena pusing tau mau jawab gimana"kata Chaca dan disertai jitakan Sintia

"tau tuh, emang gitu si Nanda kalau ada sesuatu yang heboh. Nyerocosnya tiada henti"kata sintia dan kita langsung ketawa.

"yaudah yuk, kita belajar basket lagi. Ren, lo kok gak belajar. Minggu depan pengambilan nilai loh. Nanti lo remedial gimana?"Tanya Manda

"nanti gue belajar kok."kataku singkat. Dan saat itu kak Reno datang

"Rena, lo mau gue ajarin basket? Kalau mau lo ambil bolanya di kak Arka."kata Kak Reno dan kemudian dia pergi.

"Renaaaa, kok lo langsung diajak ngomong sama Kak Reno sih. Gue aja yang daritadi ngajak dia bicara susah amat. Iri gue"kata Nanda dengan tampang cemberutnya.

"iya nih si Rena, udah dekat sama kak Bian, eh maah dekat juga sama kak Reno. Kok lo bisa sih?"Tanya Manda

"eh ituu... gue juga gak tau. Tanya aja langsung ke kak Bian atau ke kak Renonya"balasku dan langsung pergi meninggalkan teman-temanku dalam keadaan bengong dan penuh tanda Tanya.

Saat dilapangan, kak Reno Dilapangan kak Reno udah menungguku. Dia kelihatannya sedang berbicara dengan temannya. Saat ku panggil kak Reno, dia menatapku dengan senyuman khasnya.

"kak Reno, lo jadikan ajarin gue basket?"tanyaku dan kak Reno pun mengangguk.

"iyalah, tapi gue gak ajarin lo permulaan basket, lo kan udah pintar. Bosen gue kalau mau ajarin lo lagi. Oh iya, tadi lo bicara sama Bian yah? Gue sempat ngeliat lo duduk berdua dipinggir lapangan gitu."kata kak Reno sambl mendrible bolanya.

"hehehe, tau aja lo kak kalau gue udah pintar main basketnya. Oh iya, Kak Bian itu orangnya kayak gimana sih kak? Kata orang sih dia orangnya cuek yah kak?"tanyaku sambil merebut bola yang ada ditangan kak Reno.

"Bian itu teman gue waktu kelas X dulu, dia juga jadi wakil ketua di ekskul basket. Dia gak terlalu cuek kok, emang dia sudah begitu dari sononya. Tapi kalau kita udah akrab sama dia. Dia itu orangnya jail banget."

"beneran kak?"tanyaku tidak percaya.

"lo gak percayaan amat sih sama gue, Bian itu aslinya blasteran. Sama kayak kita, bokapnya asli Jerman, nyokapnya asli indo. Dia punya adek namanya Anadya, adeknya masih SMP kelas 2. Tapi orang tuanya jarang dirumah gitu, dia cuman tinggal sama adeknya dan pembantunya."kata kak Reno kemudian bola basket berhasil dia masukkan ke ring dan mendapatkan tripoint.

"kak Reno curang, cepat amat masukin bolanya. Kan gue gak bisa rebut bolanya."teriakku

"gue kan hebat, eh tunggu dulu deh. Lo kok Tanya-tanya tentang Bian? Jangan-jangan lo suka yah sama dia?"Tanya kak Reno dan kemudian memberhentikan bermainnya.

"apaan sih kak, jangan ngaco deh. Gue cuman penasaran aja sama kak Bian. Dia orangnya pendiam banget sih. Jadi gitu"elakku

"gue tau lo kok Rena, lo gak bisa sembunyiin dari gue. Nanti sepulang sekolah lo utang cerita sama gue. Oke?"

"nanti gue kayaknya pulang lama deh kak, gue mau teraktir teman-teman gue dicafe. Gue udah janji soalnya."kataku dan berjalan mengambil air minum tempatku tadi duduk.

"yaudah, nanti malam aja lo ceritanya ke gue. Gue kasih saran deh. Gue kan abang yang baik. Iya gak?"Tanya kak Reno dan gue langsung menjitak kepalanya.

"baik apanya lo sama gue? Lo itu pelit, sok keren lagi. Gak percaya gue kalau lo kakak gue. Hahah"guepun tertawa kemudian melambaikan tangan gue ke kek Reno dan berlari meninggalkan kak Reno sendirian.

Selesai mengganti baju, gue berjalan ke kelas. Sesampainya dikelas gue ditatap tajam oleh teman-teman gue sendiri.

"kalian kenapa? Kok natap gue gitu banget?"tanyaku bingung.

"lo kok lama banget olahraganya, dan gue lihat lo tadi main basket sama kak Reno. Lo udah pintar main basketnya?"Tanya Manda

"hah? Gak kok. Tadi itu gue iseng-iseng aja mainnya, lagian tadi kak Reno yang berhasil masukin bolanya ke ring."elakku dan disertai anggukan teman-temanku.

"ohh, kirain lo udah pintar. Kalau lo pintar, lo kan bisa ngajarin kita-kita belajar basket. Iya gak?"kata Nanda.

"bener juga tuh kata Nanda, ngomong-ngomong lo tadi gue lihat sempat ngobrol bareng kak Reno kan waktu main tadi. Lo emangnya bicara apa?"Tanya Manda

"ohh itu, gak penting kok. Cuman tanya gue kelas berapa. Dan bertanya kalau gue darimana. Karenaa solanya dia baru ngelihat gue"kataku.

"gitu yah. Eh ada guru tuh. Nanti aja kita ceritanya."kata Chaca dan kitapun duduk kembali. Pelajaranpun dimulai.

Pelajaran belum berakhir tapi gue udah gak tahan berlama-lama duduk. Akhirnya gue meminta izin untuk ke toilet.

Saat gue berjalan menuju toilet, gue melewati ruang musik. Pintu ruang musik terbuka, dengan penasaran yang penuh gue pun mengintip dan melihat seseorang sedang bermain piano. Dia memainkan piano dengan bagus dan lancar. Kalau gue dengar-dengar lagunya terkesan seperti menyatakan perasaan. Saat penasaran gue mancapai klimaks, gue mengarahkan pandangan gue ke tempat lain dan melihat seseorang lagi yang duduk dihadapannya. Dia terlihat senang dan sesekali tertawa.

"ini lagu yang gue ciptain buat lo, mungkin lagu ini gak terlalu bagus. Soalnya gue gak pintar buat lagu. Tapi gue harap melalui lagu ini lo tau kalau gue sayang sama lo. Lo mau gak jadi cewek gue?"tanyanya.

Cewek itu tidak menjawab, mungkin dia kaget saat cowok itu menyatakan perasaannya. Setelah beberapa menit cewek itupun mengangguk dan langsung memeluk cowok tersebut. Gue hanya diam, gak tau berbuat apa. Gak harus harus ngapain. Haruskah gue bahagia atau haruskah gue sedih. Gue pun berlari meinggalkan ruang musik, hati gue sakit. Hati gue perih. Haruskah gue menangis melihatnya. Tapi gue bukan siapa-siapanya. Gue gak penting dihidupnya. Tuhan, gue harus ngapain. Hati ini udah gak bisa menahan perih.

Kak Rega, satu nama yang berhasil membuat gue untuk tetap menjalani hari-hari gue dengan ceria. Satu nama yang bisa membuat gue bertahan. Satu nama yang berhasil membuat gue tetap semangat.

Apa sekarang gue harus melepaskan? Apa sekarang gue harus merelakannya bersama yang lain? Apa sekarang saatnya gue harus ikhlas? Gak, gue gak bisa.. hanya nama itu yang bisa membuat gue bertahan sejauh ini. Gue harap dia bisa bersama gue suatu saat nanti. Iya suatu saat nanti..

-----------------------

yah :( Rena jadi sakit hatikan :( sedih banget..

gimana Rena kedepannya? penasaran? tunggu part selanjutnyaaa yah :))

vote and commennya ditunggu :D

Don't Leave Me Alone [PENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang