Part❦︎1

658 106 16
                                    

Suasana koridor SMA Bayangan nampak ramai sebab perkelahian antara dua orang. Tak ada yang melerai, mereka justru bersorak saling mendukung jagoan mereka masing-masing.

Dari arah belakang, seorang gadis berkulit sawo matang dengan rambut yang di cepol asal berjalan membelah kerumunan sembari mengunyah permen karet di mulutnya. Badannya yang tak terlalu tinggi membuat ia sedikit kesulitan untuk menembus kerumunan itu.

Gadis itu menghembuskan napas kala berhasil melalui kerumunan siswa siswi tadi. Matanya menatap dua orang siswa yang tengah saling meninju. Ia meringis melihat luka dan darah di wajah keduanya.

Awalnya, ia hanya diam sampai salah satu dari kedua orang tadi mengambil sebuah kursi dan hendak di layangkan untuk memukul wajah sang lawan. Gadis itu langsung maju dan menghalangi aksi orang tadi.

"Lo gila? Lo mau bunuh dia, hah?!" teriaknya sembari menatap nyalang lelaki dihadapannya.

"Kalau iya emangnya kenapa? Lo mau gue bunuh juga?" balas lelaki itu disertai senyum miring.

"Lo mau bunuh gue? Sebelum lo membunuh gue, yang ada lo yang bakalan gue bunuh duluan!"

Mendengar ancaman gadis itu, sontak lelaki itu dan beberapa siswa disana tertawa. Mereka menatap gadis itu dengan tatapan menilai.

"Cewek lemah kayak lo mau membunuh gue?" ucap lelaki tadi tawa meremehkan.

"Jangan pernah sebut gue cewek lemah!" desis gadis itu. Dengan napas memburu, ia menendang dan meninju wajah lelaki tadi.

Lelaki tadi terhuyung, ia menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya. Matanya menatap tajam gadis itu.

"Sialan lo!" umpatnya. Ia langsung memukul gadis tadi namun dengan sigap sang gadis menghindar. Keduanya saling memukul, sudut bibir gadis itu robek. Disini, sang gadis sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda kekalahan.

Semua di buat tercengang kala gadis itu berhasil mengalahkan lelaki tadi.

"See? Sekarang lo tahu kan siapa yang lemah," ejek gadis itu pada lelaki yang sudah terkapar di lantai.

"Anak-anak Gentaru datang dan ngeroyok Abim, woy!" teriak salah satu siswa sembari berlarian di sepanjang koridor. Rahang semua siswa langsung mengeras, mereka berlari menuju gerbang sekolah.

Gadis tadi mengulurkan tangan untuk membantu lawannya tadi. Sang lawan menatap gadis itu dengan sinis dan menepis tangan sang gadis.

Lelaki tadi berdiri dan membaca name tag gadis itu.

"Rheana Zetta Queenara?" Dahi lelaki itu berkerut.

"Lo adeknya Reno?" tanya dia.

Gadis bernama Rhea itu mengangguk. "Sure."

Lelaki tadi menatap remeh Rhea. "Jadi lo adek dari pengecut yang bunuh diri akibat kalah dari anak-anak Gentaru?"

"Abang gue bukan pengecut!" desis Rhea. Kedua tangannya terkepal kuat.

Lelaki itu tertawa remeh. Ia mendekatkan diri. "Kalau Abang lo bukan pengecut, terus kenapa dia bunuh diri?"

"Abang gue ngga bunuh diri!" elak Rhea dengan tegas.

"Ngga bunuh diri ya, hm?" tutur lelaki itu di sertai tawa sinis. Ia berjalan menjauh dari Rhea. Sebelum akhirnya benar-benar pergi, ia sempat mengatakan sesuatu.

"Nama gue Xafar! Gue tahu sesuatu tentang Abang lo itu! Kalau lo mau tahu, temui gue besok di rooftop."

Rhea menatap kepergian lelaki bernama Xafar itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Matanya menyiratkan kemarahan, kedua tangannya terkepal. Ia mengalihkan pandangan kala mendengar suara gaduh dari area gerbang. Ia berdecak dan segera berlari ke sumber suara.

GENTARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang