Part❦︎2

417 102 2
                                    


Suara ayam jago milik papanya hari ini bersuara sangat keras membangunkan Rhea yang sedang tertidur pulas. Dan saat menggeliat gadis itu meringis, tubuhnya memar semua.

Sialnya ini dikarenakan ulah sosok lelaki misterius yang menyerangnya dengan membabi buta.

Andai Rhea tau siapa dia. Maka, jangan harap hidupnya akan tenang.

Karena hal seperti ini sudah suatu hal yang biasa, Rhea tidak mempermasalahkannya.

Luka, rasa sakit sering ia rasakan.

Jadi ketika ia mendapatkannya. Semua akan dibawa enjoy saja.

Seperti tampak dirinya tidak apa-apa.

Untung saja wajahnya aman, hanya sedikit lebam dibagian sudut bibir.

Tapi tidak masalah.

memutuskan untuk bangun, Rhea pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Walau saat berjalan tubuhnya terasa sakit. Rhea, gadis bertubuh kecil itu menahannya. Memaksa agar rasa sakit yang ia rasakan saat ini seolah tidak terasa.

Selesai membersihkan diri, Rhea mendapatkan tamu tidak di undang datang ke kamarnya.

Ia melihat Ibu angkatnya itu duduk dipinggiran ranjang, menunggunya sambil membawa sebuah obat salep ditangan.

Menghembuskan napas lelah, Rhea menghampiri ibu angkatnya itu.

"Aku bisa send-"

"Duduk sini, Mama bantu," potong Sarah menyelah ucapan putrinya.

lalu menarik pelan lengan sang anak agar ikut duduk bersamanya.

Rhea yang masih menggunakan handuk kini dilepaskan, memperlihatkan punggungnya yang penuh luka lebam.

melihat itu Sarah meringis pelan.

Air matanya hampir saja menetes keluar.

"Dulu saat abang kamu masih hidup, mama yang biasa ngoles obat salep dipunggungnya yang penuh luka lembam seperti ini ...," saat mengobati luka, Sarah mulai bercerita.

"Terima kasih," ucap Rhea dingin.

"Jangan seperti itu, perlakukan saya seperti mama kamu sendiri. Walau faktanya kamu bukan anak kandung saya," tutur Sarah lemah lembut.

Rhea terdiam saat mendengar itu.

Dulu saat ditelepon abangnya sering bercerita tentang ibu angkat mereka yang baiknya seperti malaikat.

Entahlah, Rhea mulai merasakannya.

bahkan ibu kandungnya tidak pernah mengkhawatirkannya seperti ini, saat dirinya mendapatkan luka.

"Jangan buat perbedaan ini sebagai dinding tembok untuk kita, karena kalian berdua sudah saya anggap sebagai anak sendiri ...," jeda sebentar.

Sarah yang sudah selesai memoles tubuh Rhea dengan obat. Kini membantu menutupinya.

"Rhea, adakalahnya kamu harus mengerti alasan kenapa papa kamu bersikap seperti sekarang ini. Kematian Reno, adalah penyebabnya. Mama tidak ingin ikut campur, hanya saja rasanya berat banget kalau sampai kami harus kehilangan anak untuk yang kedua kali," Seperti suaminya, Sarah juga memiliki perasaan yang sama.

GENTARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang