Diana menutup pintu apartemennya dan langsung berhadapan dengan wajah penasaran Ruth. "Jadi dia Sam yang kamu benci itu?"
Diana memutar matanya mendengar pertanyaan itu. "Jelaskan padaku apa yang terjadi semalam. Kenapa aku bisa bersama si brengsek itu?" tanya Diana lalu duduk di samping Ruth.
"Si tampan itu mungkin maksudmu," ralat Ruth yang membuat Diana sekali lagi memutar matanya bosan. Ia juga tahu Sam tampan, seisi kantor juga mengaguminya, tapi itu semua tidak bisa menutupi sikapnya yang sangat buruk. Untuk apa punya wajah tampan tapi hati busuk.
"Kenapa aku bisa pulang dengannya?" tanya Diana lagi setelah duduk di samping Ruth.
"Simpel saja, dia menyelamatkanmu dari pria yang akan membawamu. Tidak hanya itu, dia meminta kami untuk membawa pulang mobilmu."
Diana menatap Ruth tidak percaya. "Kalian membiarkanku pulang dengan pria yang tidak dikenal?!"
"Dia memberikan kartu namanya dan kelihatannya dia tidak akan melakukan apapun padamu. Atau kalian melakukan sesuatu semalam?" tanya Ruth sambil memicingkan matanya.
Diana mengambil bantal di sofa dan menimpuk wajah Ruth. "Jika terjadi sesuatu padaku semalam, kau yang harus bertanggungjawab!"
Ruth tertawa. "Aku tidak mungkin menikahimu jika kau hamil. Minta saja dia yang tanggungjawab. Lagi pula-"
"Kami tidak melakukan apapun! Dan aku tidak pernah sudi menikah dengannya!" seru Diana lalu pergi ke kamarnya. Bicara lama-lama dengan Ruth bisa membuat kepalanya lebih pening.
Menikah dengan Sam? Lucu sekali. Dunia mungkin sudah kehabisan stok laki-laki jika Diana menikah dengan Sam.
Di dalam kamarnya, Diana menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul Sembilan pagi. Ia masih punya waktu tiga jam sebelum kembali ke kantor. Akhirnya, dengan malas ia menyalakan pendingin ruangan dan masuk ke dalam selimut lalu kembali tidur.
Entah sudah berapa lama Diana tertidur hingga ia terbangun tiba-tiba. Matanya menatap jam dinding di ruangannya yang sudah menunjukkan pukul dua siang.
Sial! Dia lupa membuat alarm tadi. Ruth juga pasti sudah pulang.
Diana mengacak rambutnya frustasi. Ia pasti akan tiba di kantor pukul empat sore kalau begini dan itu sama saja tidak berguna. Akhirnya ia mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Sam dengan alasan ia sakit sehingga tidak dapat kembali ke kantor. Lagi pula, dia tidak ingin pergi bersama Sam untuk mencari apartemen baru pria itu.
Setelah beberapa menit menunggu dan Sam tidak membalas pesannya, akhirnya Diana memutuskan untuk kembali tidur. Ia benar-benar memanfaatkan waktu tidurnya hari ini dengan sebaik-baiknya.
Tidur nyenyak Diana diinterupsi oleh bunyi bel pintu apartemennya. Pasti itu sahabatnya Ruth yang datang mengganggunya. Atau mungkin sahabatnya itu terlalu rindu padanya sampai harus kembali ke apartemennya.
Mengetahui itu Ruth, Diana memilih bergelung dulu sebentar di ranjangnya. Matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore dan perutnya sama sekali belum diisi sesuatu selain alkhol kemarin malam.
Diana bangun dengan tubuh yang terasa lemas karena belum makan satu sendok pun sejak tadi subuh. Terkahir kali perutnya diisi makanan yaitu kemarin malam sebelum ia pergi ke club.
Diana sudah biasa merasa lemas karena tidak makan. Dulu, ia sering melakukan diet extreme untuk menurunkan berat badannya dan sekarang rasa lemasnya tidak seberat dulu. Buktinya, ia bisa mencapai pintu apartemennya tanpa jatuh pingsan.

KAMU SEDANG MEMBACA
I ***E YOU!
RomanceDiana Ravenska Wijaya Dulu, ia hanya seorang gadis gendut, berkacamata tebal serta kutu buku. Tetapi sekarang Diana adalah wanita yang paling diidamkan oleh kaum pria. Cantik, sexy dan pintar. Ditambah lagi memiliki pekerjaan sebagai seorang genera...