"Raiden, izinkan aku bersama kalian. Kau boleh memukul sampai kau puas sekarang. Tapi aku mohon, Izinkan aku untuk selalu di dekat Hinata, izinkan aku untuk melihatmu tumbuh dan menjadi seorang ninja yang kuat. Setelah semua alasan yang kau katakan, aku tau aku memang tak pantas, aku tak berhak. Namun setidaknya saat kau mau mengubah masa depan, ubahlah sifatku yang berengsek ini, bukan kalian. Raiden..."
Sasuke menarik selimut dengan tidak santai, wajahnya terasa panas. Telinga dan seluruh pipinya memerah. Sudah hampir seminggu setelah kejadian itu, namun selalu saja terngiang kalimat yang ia ucapkan pada Raiden. Duh, kenapa ia bisa berkata hal yang memalukan seperti itu ya? Mengingatnya kembali benar-benar menggelikan.
Benar, sudah seminggu setelah kejadian itu, namun sampai saat ini Sasuke masih kepikiran. Ia jadi malu sendiri saat bertemu dengan gadis Hyuuga itu. Sasuke bahkan sering menghindar jika sudah merasakan chakra gadis itu berada di sekitarnya.
Sampai kapan ia harus seperti ini?
Apakah ini yang dinamakan pubertas?
Sasuke mengerang, "Ah, kenapa harus gadis kikuk itu sih? Lagi pula ia juga sangat mencintai Naruto. Sepertinya mustahil aku dan dia bisa bersama."
Hati Sasuke mendadak kelabu. Kesal, ia kemudian menyikap selimutnya. Mata bak arang menatap langit-langit. Terbayang wajah calon anaknya kelak. "Raiden... Apakah aku bisa bertemu lagi dengannya?"
•▪•
Dari kejauhan terlihat seorang gadis tengah berlari. Rambutnya yang pendek bergoyang ke kanan dan ke kiri membingkai pipi yang sedikit gembul.
Dua orang rekan satu timnya melambai-lambai ke arah gadis itu. Mereka sudah menunggunya selama setengah jam, ini kali pertama sang gadis terlambat.
"M-maaf aku terlambat." Gadis berambut indigo itu terengah-engah di depan dua rekannya. Ia membungkukkan tubuh sambil memegang lutut berusaha mengatur napas.
"Tidak apa-apa Hinata, tumben sekali kau terlambat latihan." Balas Shino yang menatap dari balik kacamata hitam.
Kiba yang tengah bermain-main dengan akamaru pun ikut menimpali, "iya, tumben sekali kau terlambat Hinata. Kau kesiangan?"
Hinata terdiam, pikirannya kembali mengungkit alasan mengapa ia terlambat bangun pagi ini. Seketika pipinya memanas, ah jangan lagi. Mengapa ia harus terus mengingat hal yang memalukan itu berhari-hari sih? Untung saja saat itu hanya ada Neji jadi aman. Tapi bagaimana kalau nanti bertemu dengan orang itu?
"A-ah, aku..." Hinata mencoba mencari alasan, otaknya berputar memikirkan balasan yang logis.
"Yo Kiba!"
Belum sempat Hinata menyelesaikan ucapan, suara Naruto terdengar. Kiba, Shino dan Hinata kompak menoleh. Terlihat anggota tim 7 datang mendekat ke arah mereka.
"Yo Naruto. Kalian mau latihan?" Sapa Kiba. Dari ujung mata ia melihat Hinata yang mulai salah tingkah. Kemudian pemuda Inuzuka itu mengajak tim 7 untuk sparing bersama. "Kalian mau latihan bersama?"
Mendengar tawaran Kiba membuat Hinata melongo. Temannya ini mau buat dia makin salah tingkah ya? Gadis itu masih tak bisa melupakan kejadian kemarin, ia bahkan terus terpikir bahwa kelak ia akan menjadi isteri Sasuke.
Bagaimana nasib kisah cintanya dengan Naruto?
Gelagapan, akhirnya Hinata melihat ke mana pun selain sosok yang ingin dia hindari. Pelan-pelan ia melipir, bermaksud menjauhkan diri dari Sasuke. Namun sayang, saat Hinata tak sengaja menatap Sasuke pemuda itu pun tengah menatapnya. Ia menatap dengan pandangan yang sulit Hinata artikan, entah itu rasa penasaran atau bukan tapi tatapan itu membuat Hinata bingung harus melakukan apa.
"Hinata-chan ada apa denganmu? Apa kau sakit?" Tanya Naruto saat akan membalas tawaran Kiba, namun menyadari seluruh wajah Hinata yang memerah.
Di lain pihak Kiba dan Shino saling bertatapan. Sebagai sahabat Hinata mereka tau betul alasannya. Ini pasti karena Naruto, batin mereka. Namun sayang, rona merah kali ini bukan disebabkan oleh Naruto.
"T-tidakー"
Tangan Naruto mencoba menyentuh dahi Hinata, namun suara bariton dingin menghentikan pergerakannya.
"Naruto..."
Semua yang ada di sana terdiam mendengar suara Sasuke yang baru saja lolos dari bibirnya. Kening mereka mengerut, Sakura bahkan membulatkan mata melihat aksi Sasuke menghentikan Naruto.
Menyadari semua pasang mata menatapnya membuat Sasuke memalingkan wajah. Apa yang baru saja ia lakukan? Ya ampun bikin malu saja, bisa-bisanya ia merasa sedikit kesal saat tau calon istrinya merona karena sahabatnya sendiri. Apa pula tingkahnya yang menghentikan Naruto begitu. Sialan kau mulut.
Sasuke terus menggerutu dalam diam, kalau begini terus bisa-bisa ia membatin setiap hari.
Ah, belum dimulai saja Sasuke sudah galau.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Raiden From The Future [Completed]
FanficFiclet - Kinda Canon Universe - slow pace Kembali ke masa lalu untuk mengubah masa depan? Apakah bisa? R15 untuk kata-kata kasar dan kekerasan. Raiden - OC SasuHina and all charas belong to MK