Raiden dari masa depan.

2K 359 40
                                    

Sepasang kelopak mata terbuka. Netra amethyst menangkap bayang sebuah pohon menjulang tinggi di atas wajahnya. Indera penglihatan bergerak-gerak, mendengar nyanyian burung-burung yang terbang bak berdansa sambil menyebrangi dahan. Seorang anak lelaki menghela napas berat, sekarang tubuhnya tengah berbaring di dekat semak-semak. Setiap inci badannya lemas, pun dengan hati dan pikiran. Ia sudah bisa menebak sekarang tengah di mana, suasananya begitu familiar. Namun ia tak langsung gegabah seperti sebelumnya. Raiden hanya berbaring sambil menatap langit, meratapi takdir yang akan melenyapkannya dari muka bumi.

"Hinata-sama... ayo kita pergi menangkap ikan."

"Un."

Telinga Raiden bergerak kala menangkap suara yang tak asing. Ia lalu terbangun dan mulai mengintip dari balik semak-semak. Terlihat dua orang remaja Hyuuga tengah bersiap-siap untuk pergi. Seorang gadis manis memakai kaus berwarna putih bergaris ungu dipadukan dengan celana selutut berwarna khaki tengah memakai sendal lilit berwarna biru tua. Sedangkan seorang remaja laki-laki berambut coklat panjang dan memakai baju berwarna cream dan celana pendek biru tengah menunggu sang gadis.

"Biar aku yang bawa ember dan jaringnya." Remaja laki-laki yang Raiden yakini bernama Neji itu mengambil ember dan jaring yang tergeletak di samping tubuh Hinata.

Kakak dari Hanabi mengangguk, lalu merespons dengan kata 'terima kasih'. Setelah selesai memakai sendal, mereka berdua pun berjalan menuju tempat perjanjian dengan Rookie 12 untuk menangkap ikan.

"Yang lain sudah jalan?" Tanya Hinata sambil berjalan dari halaman belakang rumah menuju pintu depan.

"Hm, mereka sudah terlebih dahulu ke sungai." Balas Neji.

Raiden yang mendengar percakapan mereka langsung bersiap untuk mengikuti mereka. Ia melompat ke atas pohon tinggi, tempat ia terbangun pertama kali. Dari sana ia melihat Hinata dan Neji berjalan menuju arah selatan. Ngomong-ngomong ini jam berapa ya? Tak sadar berada di masa lalu, Raiden merogoh sesuatu di saku celana. Tak lama, ia terlihat memegang sebuah benda persegi panjang berwarna ungu tua.

"Sial, baterai ponselku tinggal dikit." Bukan melihat waktu, Raiden malah gagal fokus melihat jumlah prosentase baterai ponselnya. Anak sematawayang Sasuke dan Hinata itu kembali memasukan ponsel ke saku. Matanya sedikit melebar saat melihat Neji dan ibunya sudah berjalan menjauh. Takut kehilangan jejak ia pun mengikuti mereka secara diam-diam.

Setelah berjalan kurang lebih dua puluh menit, mereka sampai di sebuah sungai dekat Hutan Nara. Selama perjalanan itu indera penglihatan milik Raiden tak absen melihat sosok Hinata. Matanya bak kamera yang tengah merekam setiap momen berharga di depannya. Bahkan saat tubuh Hinata terhalang sesuatu, ia menggunakan byakugan agar tetap menangkap sosok yang paling ia sayangi itu.

Pikirannya kembali kalut, ia menggigit dalam-dalam bibirnya. Matanya perih mengingat sang mama harus menyerah atas cinta pertama karena kedatangan Raiden dari masa depan. Remaja yang menyukai dango itu mengibaskan telapak tangan di depan wajah agar mata yang kian memanas mereda. Ia harus fokus, jangan sampai terbawa perasaannya pada Hinata.

Raiden mencoba menarik dan menghembuskan napas beberapa kali. Tak jauh di bawah terlihat dua belas anak tengah bermain di sungai. Sosok mereka tak asing di mata Raiden. Ada ayahnya Shikadai, ayahnya Metal Lee dan ayahnya Chou-chou. Ada pula ibunya Inojin, ada Shino Sensei, Paman Kiba, Hokage ketujuh, Haruno sensei, Bibi Ten Ten, Paman Neji, ibunya dan terakhir adalah Sasukeーsang ayah.

Bocah dua belas tahun itu menatap sengit Sasuke. Ia bahkan mendecih saat melihat sang ayah yang tengah digandrungi oleh Haruno Sensei dan Ibunya Inojin. Dalam hati Raiden terus menggerutu tentang Sasuke. Ia membatin sang ayah sok keren lah, sok jago lah, dan sebagainya. Beruntung sang mama malah sibuk dengan Paman Kiba dan Shino Sensei.

Raiden From The Future [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang