Epilog : Akhir sebuah penantian

3.7K 401 16
                                    


'Ketika semua pertanyaanku terjawab, karena dirimu. "

Adakah cara lain agar getaran menyakitkan itu hilang saat aku menyebut namamu?

Pertanyaan itu pernah,   atau sering,  hadir dalam lamunanku. Diantara pandangan tak berfokus,  atau kesunyian yang melingkupi kepalaku,  aku terus bertanya dalam hatiku. Aku pikir itu sebuah kalimat retoris. Aku belum siap melepas namamu dalam sehari-hari. Kala itu.

Dan sekarang aku terduduk lagi di persinggahan terakhirmu,  menggenggam tangan didada,  mengucap doa. Agar kau tenang disana,  agar kau rela kali ini aku akan pergi jauh lagi.

"Sayang?  Ayo... "

Aku menoleh mengikuti suara lembut itu. Tentu saja mataku menyipit dengan sudut bibir terangkat,  menatapnya bahagia. Jeon Jungkook, nae Jungkookie...

"Nde... "

Langkahku menjauh, mendatangi pria yang menyambutku dengan senyum kelincinya yang kekanakan. Dia mencintaiku,  aku sungguh percaya itu. Begitu pun aku.

Sekali lagi aku menoleh kearah gundukan tanah tertutup rumput pendek yang akan kutinggal pergi.

Hyung, aku menemukannya.
Aku menemukan sosok yang menggenggam tanganku saat kedinginan. Aku menemukan sosok yang memelukku saat aku menangis.
Aku menemukan dirinya diantara kebimbanganku saat aku kembali kesini kala itu.

Dan,  hyung. Terima kasih memberiku beberapa kenangan manis yang akan jadi pelajaran untukku. Beberapa kenangan pahit juga,, yang kini aku tak mau melupakannya. Berkat itu,  aku menemukan Jeon Jungkook ku.

Bisakah aku berjanji kali ini?

Aku menatap Jungkook yang kini asik menggosok telapaknya,  menempelkannya di pipiku. Sikapnya sedewasa umurku. 

"Gomawo... "

"Masih dingin? "

Aku mengangguk. Dia hanya tersenyum nakal lalu memelukku. 

"Aku akan menghangatkanmu nanti,  hyung. "

Aku mencubit pelan bagian perutnya. "Mesum!"

Dia tertawa,, dan aku merasakan inilah kebahagiaan yang telah menyambutku di akhir penantian.

.
.
.
.

Jungkook PoV

Aku mengerjap beberapa kali.  Buram masih memenuhi pandanganku,  tapi ingatanku tetap terpaku pada mimpi barusan. Percakapanku dengan diriku sendiri, atau seseorang yang mirip- yang terus saja mengikuti ku sambil berkata bahwa aku harus menjaga dia. Dan aku masih sangat ingat sebuah foto ditunjukan. Wajah bulat manis dengan mata melengkung sabit dan gigi berjajar rapi saat senyum itu mereka dalam lembaran gambar.  Anak kecil yang teramat manis,  aku tidak ingat siapa.

Aku di taman,  mencari objek lukis untuk hobiku.  Aku terhenyak dan diam dalam entah berapa lama.

Wajahnya yang menunduk sedih.  Hidung bangir kecil,  bibir penuh dengan warna pink pucat,  surai madu yang bergoyang pelan tertiup angin,  kulit seputih susu,  pipi bulat menawan tanpa cacat.

Itu dia.

Itu objekku.

Apa ini.....  Dia....

Aku berlari meninggalkan barangku,  berlari secepat yang kubisa,  menuju kafe di seberang taman. 

"Segelas cokelat panas. Terima kasih. " kataku sambil terengah.

.
.
.
.

Hai.

Kata yang memulai percakapan ku dengan dia.  Jimin,  namanya Jimin.  Usianya jauh diatasku,  hanya saja aku menganggapnya masih seperti bocah smp.  Perawakannya kecil dengan wajah yang imut. Tuhan,  benarkah mimpi yang selama ini aku alami?

Aku mencintainya. Aku jatuh cinta padanya.

Dan terimakasih pada sosok yang tak pernah kutemui,  yang menuntun jalanku pada manusia paling indah didunia ini.

"Jungkook?  Kau mau minum apa? " lirihnya, dengan senyum. 

"Apa saja,  sayang. "

"Baiklah. Uhmmm aku cokelat panas dua. "

Aku benar benar mencintai Park Jimin.

.
.
.

"Hey,  Park Jimin. "

"Ya,  Jungkook? "

"Marry me. "


End.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hey you !  ↭ Kookmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang