"Mili bisa kau telepon sekolah aku akan datang terlambat. Ada beberapa berkas yang harus aku kerjakan dan ini sangat mendesak." Kata ku saat sambungan telepon ini tersambung.
"Baiklah akanku beri tahu wali kelasmu, Dei."
"Terima kasih."
Aku pun langsung melempar ponselku ke sembarang arah dan kembali fokus dengan berkas di hadapanku. Ini proyek yang akan ku kerjakan, dan aku belum melihat situasi disana. Tapi bebrapa kali Milli dan juga kak Al selalu menunjukan fhoto tempat dimana hotel ini akan berdiri. Aku belum bisa kesana karena sekolahku yang tak bisa di tinggal. Inilah yang aku benci dengan sekolah, waktu ku untuk bekerja sangat terbatas dan jadwal ku pun akan berantakan.
Tapi aku juga menyukai sekolah akhir-akhir ini, apa lagi saat bertemu dengan gmtemab baru dan lingkup baru.
Aku langsung menatap laptopku bagaimama pun caranya aku harus bisa menyelesaikan pekerjaanku sampai jam 9. Barulah aku akan pergi kesekolah.
Dengan teliti aku pun memperbaiki beberapa kata yang salah dan tak layak di gunakan. Dan sesekali menatap berkas dan juga email yang baru saja masuk.
"Davinci crop? Perusahan properti Oppa bilang di pegang alih sama cucunya, itu tandanya Gavriel dong. Astaga."
Bagaimana bisa aku harus bekerja sama dengan perusahaan itu. Dan lagi Gavriel lah yang memegang perusahan itu. Tentu saja akan membuatku susah.
Permintaan kencannya saja aku menolaknya apa lagi kalau bekerja sama dengan dia. Yang jelas dia akan meminta lebih dari itu. Atau tidak berkencan selama satu bulan penuh dengan Gavriel.
Tanpa mau memikirkan banyak hal aku pun langsung menyelesaikan tugasku lebih dulu. Yah itu lebih berarti daripada aku harus memikirkan anak orang.
"Sepertinya ini harus rapat." Guman ku pelan dan menatap berkas berwarna hijau
"Yah harus bertemu dengan Gavriel." Desah ku lagi.
Entah kenapa hal itu langsung membuat moodku buruk. Aku malas sekali bertemu dengan dia. Bertatap muka dengan dia membuatku teringat wajah songgongnya waktu kecil.
Aku pun langsung turun ke bawah dan menemui Omma yang sedang duduk santai dan sambil membaca majalah di pangkuannya.
"Omma." Panggil ku ragu.
Kanaya menoleh, "Hmm ada apa, Dei "
Aku mendadak ragu sendiri apa iya aku meminta sendiri nomor ponsel Gavriel astaga bahkan ini bukan aku kalau ini terjadi. Tapi demi perusahaan aku harus melakukannya apapun konsekuensinya. Termasuk permintaan aneh dari Gavriel soal kencan.
"Hmm ini omma, ak-aku, aku" Kataku terbata.
"Kamu kenapa, Dei." ucap Oma menatapku bingung.
"Hmm, Omma aku minta nomor ponsel Gavriel." Kata ku cepat berharap omma masih memiliki pendengaran yang baik.
Disana Kanaya malah tertawa kecil dan mengambil ponselnya. Entah apa yang di lakukan setelah itu ponselnya di letakkan kembali disamping nya.
"Sudah Omma kirim, kau bisa menelponnya, Dei."
Seketika itu juga aku berlari ke atas dan mengambil ponselku. Aku pun langsung membuka icon hijau dan menatap chat Omma.
Bukan hal itu hanya saja aku sedikit terkejut saat nama Gavriel berubah menjadi nama calon cucu menantu. Apa-apaan ini siapa juga yang ingin menikah dengan Gavriel. Pikirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Deira (TAMAT)
Romance#Sequel Most Wanted Is My Hubby #Deira Kanaya Rayen #judul lama Princess Hours ****** "Heii kau tidak melihat ada orang jalan di sini haa?" teriak bocah kecil berbaju putih itu dengan lantang. "Kamunya saja yang tidak liat kalau ada orang jalan." "H...