Page 3

915 81 6
                                    

Typo adalah bonus, happy reading!



Mean POV

Aku mencintainya dari dulu dan sudah lama menjadi pengagum rahasianya.

Diam dan diam hanya yang bisa kulakukan, jika begini akankah cintaku mengalami perkembangan?

Setidaknya setiap keinginan butuh sebuah penjuangan untuk dapat meraihnya.

Ya selama ini aku telah berusaha untuk mengenal dia, mencari informasi tentang nama lengkapnya, tempat tinggalnya, kepribadiannya, aktifitasnya, keluarganya, makanan minuman favoritnya, hobinya, media sosial, nomor Hpnya. Semua tentangnya aku tahu.

Benar hanya sebatas itu, bisa dibilang aku pengecut hanya diam-diam memandang dari kejauhan dan mengirimkan hadiah-hadiah kecil.

Meskipun aku menyimpan nomor handphonenya tak pernah sekalipun aku serius menghubunginya, hanya sebatas memberi teror-teror kecil dengan menelponnya diam-diam hingga disaat dia menjawab telponku kemudian aku matikan. Hanya mendengar suarannya saja sudah membuatku bahagia. Tapi itu dulu, sekarang aku ingin lebih dari mendengar suaranya.

Aku pernah bermimpi suatu saat nanti bisa berjalan sambil bergandengan tangan dengannya, membagi kisah sedih maupun bahagia bersamanya, diberi dukungan olehnya, menunggu kedatanganku saat pulang kerja, merawatnya, melihatnya setiap bangun tidur, mencicipi masakannya, penjadi pasangan hidupnya. Mungkin itu terdengar sangat muluk, tapi aku akan tetap berusaha untuk mewujudkannya sampai nanti takdir menyuruhku untuk menyerah dan disaat itu mungkin aku akan mendoakan untuk kebahagiannya mesti tak dapat memilikinya.

Seorang Plan, yang dapat memberiku semangat disaat keterpurukanku, disaat mereka mulai menjauhiku karena keadaan krisis keluargaku. Dia memegang tanganku disaat aku terjatuh, memberikan pelukan untuk menenangkanku bahkan membagi permen strawberry kesukannya disaat aku menangis karena bullyan dari teman sekolahku. Ada satu rahasia kecil yang harus kalian ketahui, dia tidak akan membagi permen kesukaannya kepada orang lain, tapi denganku entah mengapa dengan senyum khas anak kecilnya dia memberiku permen untuk menenangkanku dan disaat itulah rasa itu mulai tumbuh hingga sekarang.


#####


Author POV

Setelah jam kuliah berakhir Plan segera menuju ke kantin Fakultas Seni untuk bertemu Eart. Setelah menunggu 10 menit akhirnya Eart berjalan menghampiri Plan.

Eart : "Maafkan aku Plan harus menunggu lama"

Plan : "Ok, tak masalah Eart, ayo segera cari hadiah ulang tahun dulu setelah itu pergi ke toko mama"

Eart :"Plan Khab, kira-kira ada usulan gak buat hadiah ulang tahun sepupuku, aku bingung jika memilihnya sendiri".

Plan : "Ehm... berapa usia sepupumu?"

Eart : "Dia setahun lebih tua dari kita, dia laki-laki yang ramah dan menyukai basket"

Plan : "Oh gimana jika kau belikan bola saja, hehe... aku juga bingung soalnya !", sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

Eart : "Ok, apapun usulanmu aku suka!"

Plan : Bengong, "Heh secepat itu, oh kamu gak perlu menyetujui setiap usulku,,, kau bisa mencari hadiah yang lain Eart. Itu tak masalah"

Eart : " Tak masalah usulanmu lebih bermanfaat kok,,,, ayo segera ketoko olahraga" sambil menyeret Plan mencari toko olahraga. "kali ini Mean pasti senang karena hadiah yang kuberikan usulan dari Plan", guman Eart Pelan.

You (MeanPlan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang