Page 2

988 99 14
                                    

Typo adalah bonus, happy reading!



Hanya melihatnya dari kejauhan sudah membuatku bahagia

Diam merupakan pilihan terbaik untuk tetap bisa melihatnya

Tak tau apa yang terjadi jika tiba-tiba aku mengatakannya

Terlebih, banyak berita yang menyatakan dia seorang homophobic

Senyum meskipun itu sulit kulakukan saat dia berjalan,tertawa dan besama dengan seseorang yang lainnya

Semua itu adalah imbalan yang sebanding karena aku dengan beraninya mengaguminya dari kejauhan

Dengan lancangnya menyukai senyumnya, menginginkan kehadirannya, ingin selalu melihatnya

Ini sungguh pantas adanya karena dengan beraninya aku mengikrarkan kata "jika aku mencintainya", meskipun dalam hati

Tuhan bahkan menyalahkan keadaanku yang menyalahi kodrat dengan menyukai tidak sesuai garis takdir.

Setidaknya dengan melihatnya bahagia aku pun ikut bahagia.


Plan




Author POV

Sejak Junior Hight School Plan sudah mengagumi kakak kelasnya. Dia adalah Mean. Mean merupakan sosok lelaki idaman setiap wanita, memiliki tubuh tinggi 180 cm, kulit putih, hidung macung, mata sipit, rambut kecoklatan, rahang tegas yang menambah wajah menawannya ditambah dia atlit basket, bak dewa Yunani. Selain itu Mean terlahir dari keluarga terkaya yang menguasai kerajaan bisnis di Thailand dan beberapa Negara Asia, dia merupakan pewaris utama semua bisnis yang di pegang ayahnya karena dia putra satu-satunya, tak heran jika banyak yang menginginkannya. Kalian bisa memperkirakan sendiri betapa mempesonanya dia, siswa berbakat dengan segudang prestasi olahraga dan ribuan penggemar yang mengagung –agungkan namanya. Tak Cuma wanita, bahkan banyak lelaki imut yang ingin menjadi pacarnya. Sejak Senior Hight School dia sudah mempelajari bisnis yang ayahnya pegang. Bahkan saat dia menginjak kelas 2 dia sudah memegang beberapa perusahaan di Thailand.

Entah bagaimana takdir seakan mempermaikan keadaan Plan, disaat dia ingin menjauhi keadaan karena menyukai Mean itu melalahkan tapi seakan takdir berkata lain. Saat menginjak bangku Senior Hight School mereka ternyata satu sekolah. Plan mengetahuinya saat dia tidak sengaja melihat Mean latihan basket dilapangan sekolah.



Flashback On

Plan POV

"Tuhan aku harus merasa senang atau sedih karena telah dipertemukan di tempat yang sama. Terima kasih Tuhan masih memberiku kesempatan bertemu lagi dengannya, meskipun mengaguminya dalam diam itu menyakitkan".


Another day

Teett....Teett....Teett....

Bunyi bel istirahat berbunyi, akhirnya aku dapat meregangkan ototku setelah 3 jam pelajaran dengan pelajaran kimia. Jujur aku kurang menyukai pelajaran tersebut ditambah guru yang mengampu super killer membuatku was-was disaat jam pelajaran.

Huft...aku menghembuskan nafas lega karena aku bisa langsung membeli makanan kekantin, karena perutku keroncongan dari saat jam pelajaran berlangsung.

You (MeanPlan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang