Side 3

2.1K 346 2
                                    

Cute Side: Dia selalu memasang wajah imut saat ditolak kucing.

"Maaf menganggu~" pintu apartemen Samatoki terbuka, menampilkan (Name) dengan wajah yang terlihat bahagia.

Perempuan itu langsung melepas sepatu yang dia pakai, kemudian berjalan menuju ke ruang TV, dimana dia melihat dua bersaudara Aohitsugi.

"Samatoki, Nemu-chan~" sapa (Name) menarik perhatian kakak beradik itu.

"(Name)-san, halo," balas Nemu tersenyum.

"Cepat juga kau datang," komentar Samatoki.

"Hehe," (Name) kemudian duduk di sebelah Samatoki, "tentu saja—bukannya Nemu membawa kitty hari ini?"

"Yup," jawab Nemu mengangguk, "agak sulit keluar dari Chuo-ku sambil membawa kucing tapi syukurlah aku bisa keluar, karena kudengar (Name)-san sangat ingin bertemu dengan kucingku."

"D'aww, Nemu-chan~" ucap (Name) memeluk Nemu dengan gemas, "aku tidak tahu kau sangat memikirkanku sampai berbuat sejauh ini."

Samatoki hanya bisa menggeleng melihat dua perempuan yang ada di dekatnya, tapi terlukis senyum kecil di wajahnya.

"Jadi," ucap (Name) seusai memeluk Nemu, "dimana kitty-nya?"

Iris (e/c) milik (Name) langsung berfokus pada seekor kucing yang berada tak jauh dari mereka. (Name) melihat penampilan kucing tersebut, dari atas sampai bawah.

Bulu putih, mata merah.

(Name) menoleh ke arah Nemu dan Samatoki yang memandang dirinya heran.

'Mirip,' pikir (Name) tertawa kecil.

Setelah itu (Name) turun dari sofa dan duduk di lantai, dengan kedua tangannya terentang.

"Kemari, kitty."

Kucing yang berada di depan (Name) hanya memandangnya, kemudian menjilat tubuhnya sendiri—jelas-jelas mengabaikan sang manusia.

"Egh," (Name) hanya bisa mengembungkan kedua pipinya, "dia tidak mau mendekat."

Nemu hanya tertawa kecil, sementara Samatoki tersenyum mengejek.

"Bagaimana jika (Name)-san yang mendekat?" saran Nemu.

(Name) terdiam, sebelum akhirnya mengangguk.

"Benar, tidak semua kucing mau mendekati manusia dengan sendirinya."

(Name) berdiri, kemudian melangkah mendekati kucing tersebut. Saat tersisa jarak satu meter, tiba-tiba sang kucing langsung mendesis tidak suka dan berlari keluar ruangan.

"Eh?"

Samatoki mendengus lucu.

"Padahal tadi dia langsung mau denganku," komentar Samatoki.

(Name) hanya menunduk, tidak bergerak dari posisinya. Suasana menjadi hening, dan kakak beradik Aohitsugi mulai merasa tak nyaman dalam kesunyian tersebut. Samatoki kemudian berdiri, mendekati (Name) yang masih tak bergerak dari posisinya.

"H-hei, (Name)," panggil Samatoki melihat wajah (Name).

Betapa terkejutnya Samatoki melihat wajah sang kekasih yang sudah berlinang air mata.

"(Name)!?"

"Eh, ada apa dengan (Name)-san!?" tanya Nemu ikutan panik saat melihat sang kakak.

"Bakatoki, aku tidak akan merasa sesedih ini jika kau tidak berkomentar seperti itu," ucap (Name) sesenggukan, "kucing kalian membenciku—apa kau puas?"

"H-hei, aku tidak bermaksud begitu," ucap Samatoki, "aku hanya bercanda tadi—lihat, tanganku sempat dicakar kucing albino tadi."

"Bakatoki, ini semua salahmu, dan kau juga albino."

"Jadi ini salahku? Dan apa maksudmu aku albino!?"

"A-aku akan membawa kucingku kemari, (Name)-san, jangan menangis!"

"H-hiks, dasar kakak beradik albino Aohitsugi sialan."

"Tunggu, kenapa kau justru marah pada kami berdua? Yang menolakmu itu kucing, bukan kami!"

Problem Side: Terkadang sampai menangis.

Her Obsession (Aohitsugi Samatoki)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang