Cute Side: Mudah membujuknya dengan kucing.
"(Name), apa kau marah?"
"Kau bertanya padaku, Samatoki?"
Samatoki menghela napas kasar, lalu menatap (Name) yang sedang membaca bukunya dengan wajah datar.
Benar juga, kenapa dia bertanya pada hal yang sudah jelas?
"Dengar (Name)," ucap Samatoki, "aku sudah bilang kalau kemarin aku tidak bisa menemanimu karena pekerjaanku kali ini tidak bisa ditinggal, kan? Aku bahkan sudah memberitahumu jauh hari sebelumnya sebelum kemarin."
"Iya, aku tahu," ucap (Name) tidak menoleh ke arah Samatoki, "kau sudah memberitahuku tiga hari sebelumnya, juga kemarin."
"Lalu kenapa kau marah padaku!?"
"Aku marah karena kau tidak mengatakan apa pun selain itu kemarin!"
Samatoki mengerutkan alisnya. Sementara (Name) hanya mengembungkan kedua pipinya, kali ini memunggungi Samatoki yang duduk di sebelahnya.
"Apa ada lagi yang harus kukatakan kemarin?"
"Ada tidak ya?" balas (Name) membalik halaman bukunya.
Satu perempatan muncul di kepala Samatoki, dan dia hanya bisa menghela napas kembali—mencoba mengingat ada apa dengan hari kemarin.
Oh, dia ingat.
"Haaah, merepotkan," gumam Samatoki berdiri dari sofa, "ayo pergi."
"Hah?"
"Berhenti menggerutu tak jelas begitu, ikuti saja aku. Kita pergi keluar."
[][][]
Iris (Name) melebar dan pancaran antusias terlukis di matanya.
"Uwah, apa ini surga?"
"Bukan, ini hanya toko biasa."
(Name) mengembungkan kedua pipinya, menatap kesal Samatoki yang tampak biasa saja melihat isi toko yang mereka masuki.
"Merusak suasana saja," gerutu (Name), "tapi aku baru tahu ada toko seperti ini."
"Ya, tokonya baru buka kemarin."
"Begitu ya?"
Mereka berdua kini berada di toko yang menjual segala sesuatu yang bertemakan kucing, termasuk kucing itu sendiri.
"Belilah semua yang kau mau, aku akan membayarnya," ucap Samatoki.
(Name) menoleh ke arah Samatoki.
"Terima kasih," ucap (Name) lalu memiringkan kepalanya, "tapi tumben? Biasanya kau hanya membelinya sesukamu lalu memberiku—aku tidak komplain, hanya memberitahu."
Samatoki terdiam, kemudian membuang pandangannya sambil bergumam pelan. (Name) yang tidak mendengar itu hanya bisa mengerutkan alisnya.
"Aku tidak mendengarnya."
"Sebagai ucapan minta maaf, ok!?"
(Name) berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya tahu apa maksud Samatoki. Seringai muncul di wajahnya saat (Name) mengangkat sebelah alisnya dengan heran.
"Minta maaf apa, ya?"
Samatoki mendecakkan lidah dengan kesal, sebelum akhirnya menatap (Name).
"Karena lupa kemarin itu anniversary kita."
Senyum (Name) melebar, dan kini dia beralih pada barang-barang serba kucing yang ada di depannya, melihat satu per satu barang yang menarik perhatiannya.
"Aku tidak masalah jika kita tidak merayakannya—tapi setidaknya ucapkan kata selamat," ucap (Name) menelusuri rak-rak toko tersebut, "karena kau membawaku ke toko ini—aku tidak bisa marah lagi padamu," komentar (Name) terkekeh—mencoba bando telinga kucing di kepalanya, "jadi aku akan membeli banyak barang, jadi persiapkan dompetmu, ok?"
Samatoki menghela napas lega, dia tidak peduli jika menyangkut masalah uang, setidaknya (Name) sudah tidak—
"Oh, aku tidak marah, tapi bukan berarti aku memaafkanmu ok?"
"Yang benar saja, onna!?"
"HAHAHA!"
Tarik pikiran Samatoki barusan.
Problem Side: Tapi hanya berlaku untuk kucing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Obsession (Aohitsugi Samatoki)
Fanfiction• Samatoki × Philia!Reader • Obsesimu itu di mata orang lain mungkin terlihat aneh, atau mungkin normal saja bagi orang lain, bahkan mungkin membuat masalah bagi orang-orang. Namun bagiku, itulah yang membuatmu makin imut. (Aohitsugi Samatoki versio...