Cute Side: Berkat kucing, dia tahu prioritasnya.
"Apapun yang terjadi, jangan mendekatiku, paham?"
"Aku kemari hanya untuk kucing—bukan berselingkuh, jadi tenang saja."
"Jika ada yang mengangguku, aku akan mengabaikannya. Jika mereka sampai keterlaluan, aku akan memberi mereka satu atau dua pukulan di wajah, oke?"
"Kau yang mengajariku cara membela diriku, kan? Tidak bisakah kau menaruh percaya padaku?"
Deret demi deret kalimat (Name) lontarkan pada Samatoki, dan itu semua masih menggema di dalam kepala laki-laki dengan iris berwarna merah itu, saat dirinya memperhatikan (Name) dikelilingi oleh kucing-kucing.
'Tetap saja aku tidak bisa diam saja saat melihat laki-laki lain menatapmu seolah kau bisa diserang kapan saja, (Name),' batin Samatoki menggertakkan giginya saat melihat beberapa laki-laki tampak sedang mendekati (Name).
Akibat kejadian beberapa minggu yang lalu, dimana Samatoki sudah menyeret (Name) keluar dari taman karena 'lapar', (Name) sempat marah padanya—sehingga Samatoki berjanji pada (Name) akan membawanya ke acara yang sama hari ini. Tapi tetap saja, Samatoki tak bisa diam saja melihat beberapa laki-laki asing yang jelas sedang menggoda dan mengajak bicara (Name).
"Jika kau sampai turun tangan, percayalah Samatoki—kau tidak akan menyukainya."
Tapi Samatoki hanya bisa menahan dirinya mengingat ancaman terakhir (Name) sebelum meninggalkan dirinya di bangku taman.
Dia memang menghormati perempuan, tapi bukan berarti dia mengerti perempuan—jadi dia tidak tahu hal apa yang akan (Name) lakukan jika dia melanggar ucapan (Name).
Tapi perhatian Samatoki langsung berpindah pada (Name) yang asyik bermain dengan kucing, jelas-jelas mengabaikan laki-laki yang mengajaknya berbicara. Samatoki langsung memasang senyum bangga melihat (Name) mengabaikan laki-laki lain. Namun terlihat (Name) melepaskan kucing dari tangannya lalu berdiri, kemudian berlari kecil ke arah Samatoki.
'Apa yang perempuan itu ...?' batin Samatoki berdiri dari bangku taman.
Begitu sudah dekat, (Name) langsung bersembunyi di belakang Samatoki. Saat dua laki-laki tadi menoleh ke arah Samatoki, dia langsung memasang ekspresi paling galak dengan death glare yang jelas-jelas mengatakan: ada perlu apa dengan wanitaku, hah!?
Spontan saja semua laki-laki tadi langsung kabur entah kemana. Tak lama kemudian Samatoki mendengar helaan napas (Name), dan menoleh ke arah perempuan itu.
"Mereka benar-benar keras kepala, padahal sudah kubilang aku pergi bersamamu, dan aku datang untuk kucing-kucing yang imut ini," protes (Name) mengembungkan kedua pipinya.
Samatoki terdiam, tampak memperhatikan penampilan (Name) dari bawah sampai atas.
"Kenapa kau berpakaian seperti ini?" tanya Samatoki.
"Huh?"
(Name) memakai sebuah sundress dengan motif bunga berwarna biru muda, dengan sepatu tali berwarna putih.
Sederhana, tapi itulah kenapa dia dikelilingi laki-laki asing tadi.
"Kau bahkan tidak pernah berpakaian seperti ini saat kita date."
"Hm, apa yang kau bicarakan, Samatoki?" tanya (Name) tersenyum polos, "tentu aku berpakaian seperti ini demi kitty-kitty kesayanganku."
Sebenarnya, apa yang Samatoki harapkan dari pertanyaannya? Dia sudah menduga (Name) akan menjawabnya seperti itu.
Problem Side: Ya, lebih dariku, kekasihnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Obsession (Aohitsugi Samatoki)
Fanfiction• Samatoki × Philia!Reader • Obsesimu itu di mata orang lain mungkin terlihat aneh, atau mungkin normal saja bagi orang lain, bahkan mungkin membuat masalah bagi orang-orang. Namun bagiku, itulah yang membuatmu makin imut. (Aohitsugi Samatoki versio...