Cute Side: Dia menjadi peka.
(Name) memandang Samatoki yang sedang bermain bersama kucing, tidak menoleh pada (Name).
"Samatoki," panggil (Name), "kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu, kan?"
Samatoki menoleh ke arah (Name), lalu mengangkat sebelah alisnya dengan heran.
"Apa yang membuatmu berpikiran seperti itu?"
"Hm," (Name) bergumam panjang, "kau bertingkah aneh hari ini."
'Sial, ketahuan ya?'
"Aneh?"
"Kau bermain bersama Mikan lebih lama lima menit hari ini."
Mikan, kucing orange yang (Name) selamatkan tempo hari, diberi nama demikian karena warna bulunya mengingatkan (Name) dengan buah jeruk.
"Yang benar saja, (Name)? Kau sebut itu bertingkah aneh?"
(Name) mengembungkan kedua pipinya.
"Hei, biasanya kau setiap kali bermain dengan Mikan hanya sampai 20 menit."
"Harusnya kau sebut dirimu yang bertingkah aneh—untuk apa kau menghitung jam bermainku dengan Mikan?"
"Agar aku bisa mempersiapkan diri untuk bermain bersama Mikan!" jawab (Name).
"Jika kau ingin bermain dengan Mikan, tinggal bilang saja (Name)," ucap Samatoki mengangkat Mikan dan mengarahkannya pada (Name)—disusul suara Mikan mengeong.
"Oh, terima kasih—tunggu dulu!" (Name) yang hendak menerima Mikan langsung berhenti, "kenapa kita keluar dari topik pembicaraan sekarang? Kau tidak membantah ucapanku sebelumnya, jadi benar hari ini kau bertingkah aneh."
Seharusnya Samatoki menyangkal ucapan (Name) tadi.
Samatoki mengerutkan alisnya, kembali meletakkan Mikan di atas pangkuannya.
"Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?" tanya Samatoki mengelus kepala Mikan.
"Hm," (Name) kembali memasang ekspresi berpikir.
"Jika kau tidak bisa menyebutkan alasanmu berpikiran seperti itu—berarti itu hanya perasaanmu saja," ucap Samatoki.
"Tapi kau tidak membantah ucapanku! Berarti aku benar kan?"
"Kau tidak menjawab pertanyaanku, (Name)—apa yang membuatmu berpikir demikian?"
"Urgh—asal tebak?" ucap (Name) mencoba menjawab—walaupun nada bicaranya terdengar tidak yakin.
"Alasan macam apa itu?"
"Setidaknya jawab apakah tebakanku ini benar atau salah—"
"Benar."
(Name) terdiam, kemudian menoleh ke arah Samatoki dengan ekspresi terkejut. Samatoki sendiri hanya membalas tatapan (Name) dengan datar.
"Eh?"
"Tapi aku tidak akan memberitahu alasannya."
"Ugh," (Name) menggerutu pelan—menatap kesal Samatoki yang masih bermain bersama Mikan.
Tapi percayalah, diam-diam Samatoki panik setengah mati.
'Bagaimana dia bisa tahu? Aku sudah berusaha untuk bersikap biasa saja,' pikir Samatoki, 'seharusnya hari ini aku tidak bermain bersama Mikan—tapi jika aku tidak bermain dengan Mikan, (Name) akan jadi semakin curiga—'
"Hari ini kau selalu berada di dekat Mikan," gumam (Name).
'Tidak bisakah kecurigaanmu ini tidak menyangkut kucing—'
"Oh!"
Samatoki menoleh ke arah (Name).
'Apa dia tahu kalau aku sedang—'
"Mikan sedang sakit ya!?" tanya (Name) langsung mengangkat Mikan.
Samatoki berkedip beberapa kali, menatap (Name) yang terburu-buru memasukkan Mikan ke tas yang biasa dia gunakan untuk membawa Mikan keluar.
"Hari ini Mikan tidak menghabiskan makanannya, dia juga tidur di sofa, bukan di tempat tidurnya, aku akan memeriksakan Mikan ke dokter hewan!"
Setelah itu (Name) langsung keluar dari apartemen yang dia tinggali bersama Samatoki, dengan Mikan yang mengeong dari dalam tasnya. Hening beberapa saat, sebelum akhirnya Samatoki menepuk keningnya, lalu menghela napas kasar.
"Ya, setidaknya dia tidak tahu aku habis membeli cincin."
Problem Side: Tapi untuk kucing saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Obsession (Aohitsugi Samatoki)
Fanfic• Samatoki × Philia!Reader • Obsesimu itu di mata orang lain mungkin terlihat aneh, atau mungkin normal saja bagi orang lain, bahkan mungkin membuat masalah bagi orang-orang. Namun bagiku, itulah yang membuatmu makin imut. (Aohitsugi Samatoki versio...