Shannon membuka matanya. Terlihat lampu yang menyala lurus didepannya. Saat menoleh ke kiri terlihat seorang pria yang tidur dalam posisi duduk dan kepalanya berada di shofa. Ia pun langsung terduduk.
"Ini dimana?dia siapa?" gumam Shannon.
Mendengar suara lirih Shannon, pria itu terbangun. Dilihatnya samar-samar wanita berambut pirang di shofa. Pandangan pun semakin jelas. Pria itu menjauhi shofa itu dengan segera. Shannon pun terkejut atas tingkahnya. Keheningan pun berlangsung. Seorang pria yang berdiri menjauhi shofa dan seorang wanita yang duduk di shofa. Mereka saling bertatapan.
Hingga beberapa detik kemudian mereka tersadar.
"Ah,maaf. Sudah sadar kan?kau bisa cepat pergi dari sini." kata pria itu dengan jutek.
'Kenapa jantungku denyutnya cepat sekali?' batin pria itu.
Pria itu tidak bisa menatap langsung wajah Shannon.
"Maaf sudah merepotkan, aku akan segera pergi. Tapi sebelum itu bisakah anda menjawab, ini dimana? Dan anda siapa?" kata Shannon.
"Reiz Williamz, ini rumahku. Di kota Albiez. " jawab pria itu.
'Reiz Willamz?sepertinya aku pernah dengar.' batin Shannon.
"Kenapa saya bisa berada di sini?" tanya Shannon lagi.
"Saat kutemukan kau berada di rumah panti asuhan desa Surasa. Kotak itu, bawalah bersamamu." kata Reiz sambil menunjuk suatu kotak.
Shannon pun terdiam.
"Pan,ti?bibi Fatih?dimana bibi Fatih? dimana?" kata Shannon.
Ia beranjak dari shofa dan berlari ke arah Reiz. Shannon menarik kerah baju Reiz dan berteriak padanya.
"Katakan padaku!dimana bibi Fatih!" teriak Shannon tepat di depan muka Reiz.
Air mata Shannon mulai mengalir kembali.
Sebuah pelukan hangat tiba-tiba dirasakan Shannon. Dua tangan Reiz memegangi tubuh Shannon dan menepuknya dengan halus. Amarah Shannon pun hilang tersisa tangis yang membasahi baju Reiz.
"Maafkan aku." kata Reiz.
Tepukan halus Reiz lama kelamaan membuat tangis Shannon berhenti. Shannon pun tersadar bahwa ia dipeluk oleh seorang laki-laki. Ia langsung lepas dari pelukan Reiz namun sialnya Shannon terpeleset terjungkal kebelangkang karena ia menginjak kain basah.
Spontan tangan Reiz langsung menarik tangan Shannon. Karena tarikan Reiz yang kuat.
"Akh."
Kepala Shannon membentur dada Reiz dengan keras hingga membuatnya kesakitan.
Reiz pun langsung menjauhkan badan Shannon dan membungkuk sedikit. Tangan Reiz mengelus kening Shannon yang merah.
'Kenapa kulit orang ini sensitif sekali? Dan langsung memerah. Mungkin karena kulitnya yang putih jadi merahnya terlihat sangat jelas.' batin Reiz..
"Maaf, kemarin aku menumpahkan banyak air disini, dan aku lupa menyingkirkannya." jelas Reiz.
Tangan Reiz beralih mengusap rambut Shannon. Shannon masih meringis kesakitan dan mengusap keningnya menggantikan tangan Reiz.
"Haha, ternyata kamu masih belum berubah ya, tuan putri Ilya L Kasis. Bukan, tapi Shannon Mills." kata Reiz.
Reiz pun berhenti mengusap rambut Shannon. Setelah mendengar kata-kata itu Shannon merasa bingung sesaat.
"Reiz?Reiz Williamz?" kejut Shannon.
Senyuman manis tergambar di wajah Reiz.
"Benar." kata Reiz.
"Bukankah tadi kamu jutek sekali?kenapa kamu baik sekali sekarang?" tanya Shannon.
Shannon menyadari perubahan sifat Reiz padanya.
'Dari buku yang kubaca jika ada orang sedang sedih, perilakumu harus berubah jadi baik tau.' Reiz memendam penjelasannya.
"Entahlah. Oiya omong-omong tentang tentang ibu Fatih," Reiz memenggal perkataannya.
Suasana menjadi hening.
"Ia sudah meninggal." lanjutnya.
"Ya, aku tau. Ini salahku, semua keluarga petinggi membenciku termasuk ayahku. Dan mereka mencari orang-orang yang membuatku bahagia dan membunuhnya. Andai aku tidak disana. Tidak andai aku tidak memiliki kekuatan ini." kata Ilya.
Reiz pun tersenyum kecil. Ia mengingat cerita Lion sebelumnya tentang kekuatan cahaya.
"Bukankah kau seperti kucing hitam?bahkan penampilanmu semuanya juga hitam." kata Reiz.
"Maksudnya?" tanya Shannon.
"Di negara ini kekuatan cahaya seperti kutukan? Dan apakah kamu tau di negaraku sebelumnya jika kekuatan cahaya itu pembawa berkah. Bukankah itu seperti kucing hitam? Dimana kucing hitam di Indonesia dianggap pembawa sial. Sementara di Jepang kucing hitam adalah pembawa keberuntungan." jelas Reiz
"Benarkah? Bukankah aku lebih baik ke negaramu?" kata Shannon.
"Berarti kamu akan menyerah?" tanya Reiz dengan nada mengejek.
"Ya, menyerah tinggal di negara ini." jawab Shannon.
Shannon hanya bisa menunduk.
"Aku yakin ibu Fatih tidak menginginkan itu. Kenapa kau tidak berusaha untuk menunjukkan kesemua orang bahwa sebenarnya kekuatanmu dan dirimu bukan kutukan?" kata Reiz.
"Aku nggak akan bisa." kata Shannon.
Tetesan air mata Shannon mengalir lagi mengingat bagaimana semua orang menyiksanya kecuali orang-orang dari desa Shannon.
"Lakukan saja, tidak ada yang tidak mungkin jika kamu berusaha. Aku Reiz Williamz akan melindungimu. Janji." kata Reiz.
Sebuah jari kelingking ia ajukan kedepan Shannon.
Shannon tidak sepenuhnya percaya kata-kata Reiz.
'Bibi, kamu pernah cerita kan kalo Shannon nantinya akan bertemu seseorang yang akan mengubah hidup Shannon? Aku akan mencoba mempercayainya walaupun tidak sepenuhnya percaya.' batin Shannon.
"Tolong buktikanlah kata-katamu benar." kata Shannon
Jari kelingking Shannon yang kecil mengait pada jari kelingking Reiz.
"Janji." kata kedua orang itu.
"Omong-omong kau bisa menempati kos-kosan disana. Sepertinya ibu sudah merencanakan kepindahanmu. Dan juga pasti kamu nggak punya baju kecuali seragam kan? Sepertinya ada uang didalam kotak itu dan cukup untuk membayar sewa kos dan membeli baju." kata Reiz.
Mata Shannon menyipit.
"Heee, kau membukanya lebih dulu sebelum orang yang seharusnya membukanya. Okelah terimakasih atas saranmu." kata Shannon.
'Sebenarnya polisi itu lebih dulu membukanya.' batin Reiz.
"Sebaiknya kamu keluar sekarang juga,cepat." kata Reiz.
"Aa, sifatmu kembali lagi." kata Shannon.
"Cepat pergi sana." kata Reiz.
"Iya-iya, trimakasih atas semuanya." kata Shannon.
Wanita berambut pirang itu meninggalkan rumah Reiz dengan membawa kotak yang ia peluk dengan erat.
Menyaksikan Shannon keluar. Senyum lebar Reiz hingga terlihat giginya yang putih tampak.
"Dasar kucing hitam(Black cat)." kata Reiz.
"Omong-omong ternyata buku itu benar. Cara menenangkan orang yang sedih dengan pelukan dan tepukan halus itu sangat ampuh." kata Reiz.
Ia melihat sebuah buku yang bertuliskan "Cara Peka" di atas meja ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Black Cat
FantasyDunia yang dipenuhi sihir lenyap. Setelah dua orang yang diberi takdir saling bertemu kembali. Dunia kembali normal. Tapi, apakah kehidupan kedua orang itu kembali normal? Ilya L Kasis dan Reiz Williamz, dua orang yang dapat mengubah takdir. Ingat...